Spasial Ruang Kota Analisis Kwantitas Ideal Moda Transportasi Studi Kasus : Beca Motor Di Kota Padangsidimpuan

2.5. Spasial Ruang Kota

Kota adalah sebuah istilah atau kata yang sudah sangat populer di kalangan masyarakat awam maupun masyarakat yang memperdalam studinya mengenai kota. Dalam pemahaman awam, kota merupakan suatu tempat yang berasosiasi dengan kompleks pertokoan besar yang berjajar-jajar, keramaian lalu lintas yang luar biasa dan bangunan yang berjubel. Ada beberapa defenisi kota yang ditinjau dari berbagai sisi, antara lain : 1. Kota ditinjau dari segi fisik morfologi Dalam morfologi kota, suatu kota dapat didefenisikan sebagai suatu daerah tertentu dengan karakteristik pemanfaatan lahan non pertanian, pemanfaatan lahan mana sebagian besar tertutup oleh bangunan baik bersifat residensial maupun non residensial secara umum tutupan bangunan building coverage, lebih besar dari tutupan vegetasi vegetation coverage, kepadatan bangunan khususnya perumahan yang tinggi, pola jaringan jalan yang kompleks, dalam satuan pemukiman yang kompak contigous dan relatif lebih besar dari satuan permukiman ke desaan yang disekitarnya. 2. Kota ditinjau dari segi jumlah penduduk Kota adalah daerah tertentu dalam wilayah negara yang mempunyai aglomerasi jumlah penduduk minimal yang telah ditentukan dan penduduk mana bertempat tinggal pada satuan permukiman yang kompak. Alasan utama yang muncul mengapa batasan ini digunakan adalah adanya kenyataan bahwa sejumlah penduduk yang berkonsentrasi pada sesuatu tempat tersebut telah mampu Erwin Syah Lubis : Analisis Kwantitas Ideal Modal Transportasi Studi Kasus : Beca Motor Di Kota Padang…, 2008 USU e-Repository © 2009 mengakibatkan muncul dan tumbuhnya fungsi-fungsi tertentu sebagaimana layaknya sebuah kota. 3. Kota ditinjau dari segi sosio kultural Menurut Sujarto 1970, kota merupakan kesatuan masyarakat yang heterogen dan masyarakat kota mempunyai tuntutan kebutuhan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan penduduk pedesaan, sebagaimana gambaran perbedaan kota dengan desa. Tabel 2.5. Perbedaan Ciri-Ciri Desa dan Kota No Unsur Pembeda Desa Kota 1 Mata pencaharian Agraris homogen Non agraris heterogen 2 Ruang kerja Terbuka lapangan Ruang tertutup 3 Musim cuaca Penting menentukan Tidak penting 4 Keahlian keterampilan Umum menyebar Spesialisasi dan mengelompok 5 Jarak rumah dengan tempat kerja Dekat relatif Jauh terpisah – relatif 6 Kepadatan penduduk Rendah Tinggi 7 Kepadatan rumah Rendah Tinggi 8 Kontak sosial Frekuensi rendah Frekuensi tinggi 9 Strata sosial Sederhana Kompleks 10 Kelembagaan Terbatas Kompleks 11 Kontrol sosial Adat tradisi berperanan besar Adat tradisi tidak berperanan besar, tetapi UU peraturan tertulis berperanan besar 12 Sifat Masyarakat Gotong royong Individualisme 13 Mobilitas penduduk Rendah Tinggi 14 Status sosial stabil Tidak stabil Sumber : Raldi H, 2001 Erwin Syah Lubis : Analisis Kwantitas Ideal Modal Transportasi Studi Kasus : Beca Motor Di Kota Padang…, 2008 USU e-Repository © 2009

2.5.1. Fisik Kota

Komunitas secara fisik adalah daerah binaan di perkotaan yang terletak saling berdekatan, meluas dari pusatnya hingga ke daerah pinggiran kota. Radius jarak dari pusat kota ke pinggiran kota bervariasi dan menggambarkan besarnya sebuah kota. Kota secara fisik terdiri atas tiga tingkatan, yaitu bangunan-bangunan dan kegiatannya yang berada di atas atau dekat permukaan tanah, instalasi-instalasi di bawah tanah, termasuk beberapa utilitas di bawah permukaan tanah; dan kegiatan-kegiatan dalam ruang. Bentuk kota secara keseluruhan mencerminkan lokasi geografiknya dan aransemen medan geografi-fisiknya, Branch 1996 mengemukakan contoh pola perkembangan kota pada medan datar dalam bentuk ilustrasi seperti: a. Topografi, b. bangunan, c. jalur transportasi, d. ruang terbuka, e. kepadatan bangunan, f. iklim lokal, g. vegetasi tutupan, h. kualitas estetika. Jalur-jalur transportasi dan utilitas kota merupakan pembentuk pola penggunaan lahan di kota. Sejak awal pertumbuhan, berbagai kegiatan usaha memilih Erwin Syah Lubis : Analisis Kwantitas Ideal Modal Transportasi Studi Kasus : Beca Motor Di Kota Padang…, 2008 USU e-Repository © 2009 lokasi dan sepanjang jalur-jalur lalu-lintas primair dan di tempat-tempat konsentrasi pelanggan komersial. Radial Menerus Radial Tidak Menerus Radial Tidak Menerus Grid Menerus Radial Konsentris Linier Menerus Menerus Sumber : Raldi H, 2001 Gambar 2.7.1. : Pola Umum Perkembangan Lahan Perkotaan

2.5.2. Teori Spasial Kota

Tiga model spasial klasik dan struktur perkotaan ditujukan dalam pola tata guna tanah yang ditimbulkan oleh tiga faktor penggunaan lahan yang berinteraksi saling timbal balik yaitu : Erwin Syah Lubis : Analisis Kwantitas Ideal Modal Transportasi Studi Kasus : Beca Motor Di Kota Padang…, 2008 USU e-Repository © 2009 Sumber : Sofyan, Daim,1991 Gambar 2.5.2.1. : Kerangka Penggunaan Lahan Perkotaan Akibat dari aksi ketiga factor tersebut menghasilkan corak spasial kota yaitu : a. Teori Konsentris Teori ini merupakan hasil penelitian Burgess terhadap struktur kota besar Chicago pada tahun 20-an yang kemudian dibukukan dengan nama The City 1925. Aktivitas Manusia Lokasi Perumahan Penghasilan Rendah Perumahan Penghasilan Sedang Perumahan Penghasilan Tinggi Kawasan Para Penglaju Pabrik-Pabrik Ringan Pusat Perdagangan Sumber : Hari, 2001 Gambar 2.5.2.2. : Teori Konsentris Burgess 1925 Erwin Syah Lubis : Analisis Kwantitas Ideal Modal Transportasi Studi Kasus : Beca Motor Di Kota Padang…, 2008 USU e-Repository © 2009 b. Teori Sektor Teori ini dikemukakan oleh Homer Hoyt setelah mengadakan riset pada tahun 30-an melanjutkan penelitian yang dilakukan oleh Burgess pada teori ini dia memberikan koreksi pada teori konsentris dan menamakannya teori sector Sumber : Hari, 2001 Gambar 2.5.2.3. : Teori Sektor Hoyt 1930-an c. Teori Inti Berganda Teori ini pertama kali dikemukan oleh Harris dan Ullman pada tahun 1945 yang kemudian di bukukan dengan judul Readings in Urban Geography, mereka mengemukakan bahwa tidak selamanya kota berbentuk konsentris dan sector tetapi suatu tempat Negara ada fenomena yang begitu komplek, banyak kawasan daerah yang kenyataannya ada yaitu lokasi pabrik besar, pusat perdagangan di pinggiran kota, perumahan penglaju dan lokasi industri di luar kota. 2 3 4 3 Keterangan 3 1 = Central Bisnis Distric 1 3 2 = Pabrik Ringan 3 = Perumahan Penghasilan Rendah 4 = Perumahan Penghasilan Sedang 5 = Perumahan Penghasilan Tinggi 5 3 4 3 Erwin Syah Lubis : Analisis Kwantitas Ideal Modal Transportasi Studi Kasus : Beca Motor Di Kota Padang…, 2008 USU e-Repository © 2009

2.5.3. Teori Linkage

Kawasan atau lokasi di perkotaan mempunyai keterkaitan dengan lokasi lainnya di kota tersebut, sebagaimana pendapat Fumihiko Maki 1964 dalam buku Inverstigations in Collective Form yang berbunyi : Linkage is simply the glue of the city. It is the act by which we unite all the layers of activity and resulting form in the city. Dia melihat keterkaitan antar ruang lokasi di suatu kota merupakan lem perekat kota yang merupakan aksi yang dilakukan oleh seluruh penduduk kota dalam melakukan aktivitas dan juga merupakan hasil dari bentuk kota itu sendiri. Kota merupakan suatu yang komplek dan rumit, maka perkembangan kota sering mempunyai kecenderungan membuat orang merasa tersesat dalam gerakan di daerah kota yang belum mereka kenal, hal ini akan terjadi pada kota yang tidak mempunyai linkage Markus Z, 1999. Linkage ini dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu linkage visual, linkage structural dan linkage bentuk kolektif.

2.6. Studi Terdahulu