Telkom terus berupaya memberikan layanan terbaik kepada pelanggannya. Untuk mewujudkan komitmennya tersebut, Telkom bermitra dengan perusahaan-
perusahaan global yang terbaik di bidangnya. Di bawah ini adalah perusahaan yang menjalin kemitraan strategis dengan Telkom Indonesia yaitu sebanyak 27 perusahaan,
yaitu: PT. Siemens Indonesia, PT. NEC Indonesia, PT. Industri Telekomunikasi Indonesia, PT. Compact Microwave Indonesia, PT. Alcatel Indonesia, Tomen
Corporation, Llyods Register Assurance Limited, SingTel, JICA Japan International Cooperation Agency, CISCO, KPN Netherlands, Mercer Cullen Egan Dell, AEOP
Australian Expert Overseas Program, Pt. Ericsson Indonesia, Konsorsium Siemens, Pt. Krakatau Industrial Estate, Kyowa Exeo Corp, Pt. Mcphee Andrewarthe Ced Ltd,
Pt. Motorolla Indonesia, Namyang Telecom Co., Ltd,. Nantere France, Pt. Nec Corporation, Nippon Telecomm Cons Co Ltd, Pdc - Philips Development Corp,
Telecom New Zealand Ltd, Telecon Ltd, Philips Australia Ltd, France Telecom, Fujitsu, Furukawa Elect, Hitachi Kabel Ltd, Hyundai, Samsung Electronics,
Singapore Telecomm, Sparcomm Comstream, Trt-Tel Radio-Electriquest, Dan Uniphone Ushasama Sdn Bhd.
84
2. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Kerjasama Bagi Hasil antara
PT. Telkom dengan Pengelola Warung Telekomunikasi Dengan memperhatikan peranan dan arti penting telekomunikasi bagi
perwujudan tujuan nasional dan keinginan untuk mewujudkan terselenggaranya
84
“Mitra Strategis” dalam http:www.telkom.co.id
. diakses tanggal 14 Mei 2008, hal. 1.
pelayanan di bidang telekomunikasi secara andal, maka untuk itu perlu diikutsertakan pihak swasta dalam penyelenggaraan jasa telekomunikasi.
Berhasilnya pembangunan nasional tergantung dari partisipasi seluruh rakyat, maka sejak awal disadari pula perlunya mendorong keikutsertaan masyarakat dalam
penyelenggaraan jasa telekomunikasi. Hal ini cukup penting dalam bidang telekomunikasi dengan membentuk warung telekomunikasi.
Pihak swasta dalam hal pengelola jasa telekomunikasi melalui warung telekomunikasi wartel yang ingin turut serta dalam penyelenggaraan jasa
telekomunikasi, maka terlebih dahulu mengadakan kerjasama dengan PT. Telkom selaku badan yang ditunjuk oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jasa
telekomunikasi. Perjanjian antara PT. Telkom dengan pengelola warung telekomunikasi lahir
pada saat pengelola warung telekomunikasi menerima jawaban dari PT. Telkom bahwa permohonannya disetujui yang kemudian dilanjutkan dengan penandatangan
perjanjian baku yang telah disiapkan oleh PT. Telkom. Setelah perjanjian kerjasama pengelolaan warung telekomunikasi tersebut ditandatangani oleh para pihak, maka
sejak saat itu telah dilahirkan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak yang harus dilaksanakan.
Atas dasar perjanjian kerjasama tersebut, pihak swasta dapat menyelenggarakan jasa telekomunikasi dengan mendirikan warung telekomunikasi.
Dalam perjanjian kerjasama tersebut ditentukan hak dan kewajiban dari masing- masing pihak yang harus dilaksanakan. Adapun hak dan kewajiban dari masing-
masing pihak dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Hak dan Kewajiban PT. Telkom
Berdasarkan Perjanjian Kerjasama Penyelenggaraan Warung Telkom antara Perusahaan Perseroan Persero PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. PT. Telkom,
dengan Pengelola Warung Telekomunikasi Wartel. Di dalam Pasal 5 perjanjian itu, diatur tentang hak dan kewajiban PT. Telkom, sebagai berikut:
85
a. Kewajiban PT. Telkom adalah: 1
Menyediakan satuan sambungan telekomunikasi untuk menyelenggarakan Warung Telkom;
2 Memelihara jaringan telekomunikasi milik Telkom agar selalu berfungsi
dengan baik. b. Hak PT. Telkom adalah:
1 Berhak mengisolir fasilitas telekomunikasi pada Warung Telkom, dalam hal
Mitra Pengelola Warung Telkom tidak menyetorkan pendapatan sesuai ketentuan Pasal 11 Perjanjian ini;
85
Lihat, Pasal 5, 6, 10 dan 11 Perjanjian Kerjasama Penyelenggaraan Warung Telkom Antara Perusahaan Perseroan Persero PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dengan Naek Ranto Pane
Nomor: TelHK8.10DO1.B20640002008.
2 Dalam Pasal 11 tentang Sanksi Denda dan Isolir, dinyatakan Telkom dapat
mengenakan sanksi berupa denda dan isolir kepada Mitra Pengelola Warung Telkom yang melaksanakan pembayaran diluar periode pembayaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 perjanjian, yaitu:seluruh pajak dan bea lain-lain yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan Perjanjian ini akan
ditanggung oleh masing-masing pihak sesuai dengan ketentuan perundang- undangan.
3 Melakukan promosi produk dan layanan TELKOMGroup pada Warung
Telkom; 4
Berhak melakukan pengecekan terhadap perangkat dan pengelolaan, guna memastikan penyelenggaraan Warung Telkom sesuai dengan ketentuan
Perjanjian ini; 5
Menagih seluruh pendapatan dari jaringan domestik, internasional maupun interkoneksi, dan jasa telekomunikasi produk lainnya yang diperoleh dari
penyelenggaraan Warung Telkom yang dikelola oleh Mitra Pengelola Warung Telkom, sesuai tagihan atas bukti pemakaian lainnya;
6 Memperoleh PPN jasa telekomunikasi sesuai tagihan L-11
7 Mengenakan sanksi denda dan isolir.
b. Hak dan Kewajiban Mitra Pengelola Warung Telekomunikasi Wartel
Hak dan kewajiban Mitra Pengelola Warung Telekomunikasi wartel diatur dalam Pasal 6 perjanjian, sebagai berikut:
a. Kewajiban Pengelola Warung Telekomunikasi Wartel adalah:
1 Menyediakan perangkat telekomunikasi untuk penyelenggaraan Warung
Telkom sesuai spesifikasi teknis sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal 4 Perjanjian, yaitu: Perangkat telekomunikasi yang dipergunakan dalam
penyelenggaraan Warung Telkom harus memenuhi persyaratan teknis danatau telah mendapat pengesahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Perangkat yang dimaksud meliputi: PTUS Pesawat Telepon Umum Swalayan dan PDPT Pencatat Data Pembicaraan Telepon; Faksimili,
Modem dan sebagainya. 2
Memasang papan nama Warung Telkom pada tempat usahanya sesuai ketentuan house-style Telkom.
3 Mencantumkan daftar tarif yang mudah dilihat oleh pengguna Warung
Telkom; 4
Melakukan perubahan setting tarif apabila terjadi perubahan tarif jasa telekomunikasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dalam menanggung beban atas pelaksanaan perubahan pelaksanaan setting terebut, mengenakan tarif jasa telekomunikasi kepada pengguna Warung
Telkom sesuai ketentuan; 5
Mencantumkan jenis layanan jasa yang disediakan; 6
Menjamin kerahasiaan berita; 7
Membayar pendapatan sesuai tagihan L-11 berikut PPN Jastel kepada Telkom;
8 Membebaskan Telkom dari segala gugatan dan tuntutan Pengguna jasa
Warung Telkom yang dirugikan akibat perbuatan yang dilakukan oleh Mitra Pengelola Warung Telkom yang melanggar Perjanjian ini danatau peraturan
perundang-undangan yang berlaku; 9
Membayar denda sesuai ketentuan Pasal 11 Perjanjian. b. Hak Pengelola Warung Telekomunikasi Wartel adalah: memungut biaya
percakapan dari pelanggan sesuai dengan jaringan percakapan yang terjadi beserta dengan PPN Jastel.
Selain itu, sebagaimana kewajiban PT. Telkom di atas akan secara otomatis menjadi Hak Pengelola Warung Telekomunikasi, yaitu:
1 Memperoleh satuan sambungan telekomunikasi untuk menyelenggarakan Warung Telkom;
2 Berhak memperoleh pemeliharaan jaringan telekomunikasi milik Telkom agar selalu berfungsi dengan baik.
Selanjutnya dalam Pasal 8 Perjanjian diatur tentang Tarif Jasa Telekomunikasi dan Bagian Pendapatan Mitra Pengelola Warung Telkom, sebagai
berikut:
86
1 Harga jasa Telkom Lokasi dan Telkom SLJJ On-Net yang harus dibayarkan
oleh Mitra Pengelola Warung Telkom kepada Telkom adalah sebesar 70 tujuh puluh persen dari tarif telekomunikasi yang berlaku. Sehingga Mitra
86
Lihat, Pasal 8 Perjanjian Kerjasama Penyelenggaraan Warung Telkom Antara Perusahaan Perseroan Persero PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dengan Naek Ranto Pane Nomor:
TelHK8.10DO1.B20640002008.
Pengelola Warung Telkom mendapatkan sekurang-kurangnya 30 tiga puluh persen dari pendapatan Telkom Lokal dan Telkom SLJJ On-Net yang
berasal dari dan ke jaringan telekomunikasi tetap yang sama. 2
Harga jasa percakapan domestik ke jaringan telekomunikasi operator lain dan seluler adalah 70 tujuh puluh persen setelah dikurangi biaya interkoneksi.
Sehingga Mitra Pengelola Warung Telkom mendapatkan sekurang-kurangnya 30 tiga puluh persen dari pendapatan domestik yang berasal dari jaringan
Telkom ke jaringan telekomunikasi lainnya setelah dikurangkan biaya interkoneksi.
3 Harga jasa Telkom SLI-007 yang harus dibayarkan oleh Mitra Pengelola
Warung Telkom kepada Telkom adalah sebesar 85 delapan puluh lima persen dari tarif jasa telekomunikasi yang berlaku. Sehingga Mitra Pengelola
Warung Telkom mendapatkan sekurang-kurangnya 15 lima belas persen dari pendapatan Telkom SLI-007.
4 Harga jasa SLI operator lain yang harus dibayarkan oleh Mitra Pengelola
Warung Telkom kepada Telkom adalah sebesar 92 sembilan puluh dua persen dari tarif jasa telekomunikasi yang berlaku. Sehingga mitra pengelola
Warung Telkom mendapatkan sekurang-kurangnya 8 delapan persen dari pendapatan percakapan internasional operator lain.
5 Biaya yang dipungut Mitra Pengelola Warung Telkom dari penggunapemakai
jasa telekomunikasi adalah biaya pembicaraan sesuai dengan jasa yang digunakan sesuai dengan tarif yang berlaku ditambah tarif pelayanan
maksimal 15 lima belas persen dari tarif jasa telekomunikasi yang berlaku dan PPN Jastel.
Dengan demikian, kedudukan para pihak dalam perjanjian kerjasama PT. Telkom dengan Pengelola Warung Telekomunikasi sebagaimana disebutkan
dalam Perjanjian Kerjasama Penyelenggaraan Warung Telkom Antara Perusahaan Perseroan Persero PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dengan Naek Ranto Pane
Nomor: TelHK8.10DO1.B20640002008, terlihat bahwa yang menjadi hak dari pengelola warung telekomunikasi adalah memperoleh jasa penyelenggaraan
telekomunikasi pada warung telekomunikasi bervariasi menurut saluran yang digunakan oleh pelanggan yang telah diperjanjikan, dan pengelola warung
telekomunikasi wartel berhak untuk memperoleh perawatan atau pemeliharaan jaringan telekomunikasi milik Telkom agar selalu berfungsi dengan baik.
BAB III KENDALA DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA BAGI
HASIL PROFIT SHARING ANTARA PT. TELKOM DENGAN PENGUSAHA WARUNG TELEKOMUNIKASI DI KOTA MEDAN
A. Praktek Monopoli Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi
Kebijakan persaingan di sektor telekomunikasi untuk jaringan telepon tetap ditetapkan duopoli, artinya hanya terdapat dua pelaku usaha penyelenggara jaringan
telepon tetap, yaitu PT Telkom dan PT Indosat. Adapun pada jaringan bergerak seluler sudah terdapat lebih dari lima pelaku
usaha sehingga terasa adanya nuansa persaingan yang sehat. Namun, Undang- Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi UU No 36 Tahun 1999
tidak mengenal istilah duopoli, bahkan UU No 36 Tahun 1999 telah mencerminkan semangat persaingan di sektor telekomunikasi.
Dalam menganalisis isu persaingan, acuannya adalah tetap pada Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat. Perilaku yang berpotensi atau diduga menghambat persaingan sebagaimana
telah ditetapkan dalam pasal-pasal UU No 5 Tahun 1999, yang dapat dikategorikan sebagai pasal-pasal yang bersifat rule of reason dan per se illegal. Sehingga menurut
Lembaga Kajian Pemerhati Persaingan Usaha Indonesia LKPPUI bahwa:
87
Dalam pasal rule of reason, perilaku pelaku usaha harus dikaji, apakah menghambat persaingan usaha atau tidak, sedangkan dalam pasal yang bersifat
87
Bambang P. Adiwiyoto, “Persaingan Di Sektor Komunikasi, di Publikasikan LKPPUI, dalam
http:www.lkppui.bloghi.com , diakses tanggal 15 Mei 2008.
Ali Amran : Analisis Hukum Kontrak Kerjasama Bagi Hasil Profit Sharing PT. Telkom Dengan Pelaku Usaha…, 2008 USU e-Repository © 2008
per se illegal, perilaku tersebut mutlak dilarang tanpa suatu kajian terlebih dahulu. Sebagai contoh, meskipun dengan alasan strategi pemasaran, suatu perilaku jual
ikat mutlak dilarang. Perilaku dan praktik yang dilakukan para pelaku usaha di bawah ini merupakan praktik yang diduga kuat sudah menghambat persaingan
sehingga melanggar UU No 51999. Namun, ada juga kasus yang masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh otoritas persaingan, yaitu oleh Komisi
Pengawas Persaingan Usaha.
1. Melakukan pemblokiran blocking