per se illegal, perilaku tersebut mutlak dilarang tanpa suatu kajian terlebih dahulu. Sebagai contoh, meskipun dengan alasan strategi pemasaran, suatu perilaku jual
ikat mutlak dilarang. Perilaku dan praktik yang dilakukan para pelaku usaha di bawah ini merupakan praktik yang diduga kuat sudah menghambat persaingan
sehingga melanggar UU No 51999. Namun, ada juga kasus yang masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh otoritas persaingan, yaitu oleh Komisi
Pengawas Persaingan Usaha.
1. Melakukan pemblokiran blocking
Perilaku pertama yang diduga bahkan jelas melanggar UU No 5 Tahun 1999 mengenai larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat adalah
pemblokiran blocking yang dilakukan Telkom terhadap operator lainnya. Asosiasi Pengusaha Warung-telekomunikasi Indonesia APWI mengakui ada
tekanan dilakukan PT Telkom Tbk Telkom terhadap anggotanya menutup akses di luar jaringan Telkom. Karena sudah diatur dalam perjanjian kerja sama PKS
Telkom dengan “Warung Telkom”, pemblokiran dilakukan termasuk akses Sambungan Langsung Internasional SLI. Masalah itu muncul karena PKS yang ada
di Kandatel-Kandatel atau Divisi Regional Divre berbeda. Bahkan bulan Agustus 2003, Warung Telekomunikasi Wartel dipaksa ganti menjadi ”Warung Telkom”
dalam tempo seminggu, padahal ada wartel yang PKS-nya belum berakhir seperti di Jakarta harus diubah menjadi ”Warung Telkom”. Pada perangkat wartel memang
tidak ada pemblokiran. Namun yang terjadi adanya tekanan terhadap anggota APWI yang wartelnya ikut dalam ”Warung Telkom”, jadi bukan wartel warung
telekomunikasi biasa. Padahal dalam Keputusan Direksi Telkom Nomor 39 tahun 2003 dinyatakan ”Warung Telkom” merupakan outlet PT Telkom. Di satu pasal
menyebutkan semua jaringan normal open, artinya tidak ada pemblokiran terhadap jaringan lain.
Dalam implementasinya pemblokiran sulit dibuktikan wartel karena alatnya ada di Telkom. Tetapi terlihat dari bentuk pengalihan yang dilakukan
PT. Telkom, seperti konsumen telepon SLI-001 Indosat, karena Telkom belum ada SLI-007 maka panggilan dialihkan ke Telkom Global 017.
88
Warung Telkom adalah warung telekomunikasi yang melakukan perjanjian kerjasama dengan Telkom. Dari kerjasama tersebut selain memperoleh bagi hasil,
Warung Telkom juga dibebaskan dari biaya bulanan dan biaya pasang baru. Menurut Direktur Bisnis Jasa Telekomunikasi Telkom, Garuda Sugardo, hal
itu terjadi karena Warung Telkom melakukan perjanjian kerjasama dengan Telkom dan bertindak sebagai kepanjangan tangan perusahaan tersebut. Karena itu warung
telkom-warung telkom berkewajiban dan memang memilih seluruh produk Telkom. Pemblokiran tersebut terjadi hanya di tingkat perangkat Warung Telkom dan
bukannya di sentral Telkom. Di sentral, Telkom tidak melakukan pemblokiran, tapi di terminal terserah pelanggan. Pengusaha warung telekomunikasi lainnya juga lazim
melakukan penguncian akses interlokal di beberapa pesawat telepon. Penguncian yang dilakukan Warung Telkom adalah tidak salah, karena pengusaha melakukan itu
semua dengan senang hati dengan melakukan perjanjian kerjasama dengan Telkom.
89
88
Srijanto Tjokro Sudharmo, Ketua Umum BPP APWI kepada pers di Jakarta, Kamis tanggal 10 Juni 2004, dalam ”
APWI: Ada Tekanan Tutup Akses SLI di Luar Telkom”,
http:www.indomedia.com sriwijayapost .html
. Dari penelitian di lapangan, bahwa outlet-outlet yang dimonopoli oleh PT. Telkom tersebut secara fisik terlihat dari tulisan pada papan merek usaha yang bertuliskan “Warung Telkom”
89
Garuda Sugardo, Direktur Bisnis Jasa Telekomunikasi Telkom, http:www.tempointeraktif.com Telkom Akui Pemblokiran Akses SLI War-Tel.htm.
Telkom sama sekali tidak pernah mengunci akses ke SLI 001, karena pada pengusaha Warung Telekomunikasi Bersama, akses 017 dan SLI 001 bisa dilakukan
sekaligus, dengan ketentuan dikenai biaya bulanan dan pasang baru. Selain itu, warung telekomunikasi jenis ini melakukan perjanjian kerjasama dengan operator
lain dan bukan hanya dengan Telkom. Selanjutnya, Garuda Sudargo, menyatakan terminologi ”wartel mandiri”
sebenarnya tidak ada. Wartel mandiri di sini adalah pengusaha wartel yang menggunakan nomor telepon rumah untuk menyelenggarakan usaha dan tidak
melakukan kerjasama dengan operator.
90
Pernyataan pemblokiran adalah dilakukan oleh pengelola warung telekomunikasi, dibantah oleh Asosiasi Pengusaha Wartel Indonesia APWI, bahwa
Warung Telkom hanyalah sebuah merek dagang dan merupakan bagian dari warung telekomunikasi. Sebab selain Warung Telkom ada juga Wartel Club 008 milik PT
Satelit Palapa Indonesia, dan Wartel Ratelindo 2000 milik PT Radio Telepon Indonesia. Jadi Warung Telkom tetap harus mengacu pada Keputusan Menteri nomor
46 tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Wartel. Perangkat wartel tidak memungkinkan untuk melakukan pemblokiran, dan juga pemblokiran terhadap salah
satu akses akan merugikan pemilik wartel sendiri.
91
Pada awalnya APWI menyambut keberadaan ”Warung Telkom”, karena penyebaran warung telekomunikasi akan menguntungkan masyarakat, dan APWI
90
Ibid.
91
Srijanto Tjokrosudarmo, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Wartel Indonesia APWI dalam Ibid., hal.2.
menghimbau dalam pelaksanaan di lapangan tetap melakukan koordinasi dengan APWI, tetapi kenyataannya, pendirian Warung Telkom tidak pernah bekerjasama
dengan APWI, yaitu tanpa pemberitahuan tiba-tiba di satu daerah telah berdiri Warung Telkom.
92
Para pengusaha ”Warung Telkom” harus menandatangani perjanjian kerjasama PKS dengan Telkom. Dalam satu pasal di PKS itu menyebutkan,
pengusaha ”Warung Telkom” hanya diizinkan memakai jaringan Telkom. Dengan kata lain, akses SLI di luar jaringan Telkom, yakni 001 dan 008 milik PT Indosat Tbk
diblokir.
93
Atas kondisi itu, langkah Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pemblokiran SLI yang dilakukan Telkom.
Menurut KPPU pihaknya mendapat informasi pemblokiran itu terjadi di wartel-wartel di seluruh Indonesia. Pemblokiran itu melanggar UU No. 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
94
Mahkamah Agung MA akhirnya menguatkan putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU yang memutuskan agar PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
Telkom membatalkan perjanjian dengan warung telekomunikasi wartel yang mensyaratkan wartel hanya boleh menjual produk Telkom. Dengan keputusan MA
tersebut, wartel bisa menjual produk milik operator telekomunikasi lain seperti
92
Ibid., hal. 2
93
Ibid., hal. 1.
94
Murman Budijanto, Direktur Komunikasi KPPU, dalam Ibid., hal. 2.
Sambungan Langsung Internasional SLI 001 dan 008. Keputusan kasasi MA itu tercantum dalam nomor MA 01 KKPPU2005 yang diputuskan pada 15
Januari 2007. Dalam Keputusan MA tersebut Telkom diperintahkan untuk menghentikan
kegiatan praktek monopoli, maka Telkom harus membuka akses SLI dan atau jasa telepon internasional lain selain produk Telkom di ”Warung Telkom”. Karena dengan
menutup layanan kode akses sambungan langsung internasional SLI 001 dan 008 produk Indosat di beberapa wartel dan sebagai gantinya disediakan kode akses 017
produk Telkom, maka Telkom telah melanggar UU No 5 Tahun 1999 tentang persaingan usaha.
Sebelumnya dalam kasus ini, Pengadilan Negeri Bandung membatalkan putusan KPPU No 2KPPUI2004 yang diputuskan tanggal 13 Agustus 2004. Namun
KPPU mengajukan banding ke MA dan akhirnya MA memenangkan KPPU dan membatalkan putusan PN Bandung.
95
Jadi, dalam kasus di atas, walaupun pihak Telkom memberikan alasan bahwa ”Warung Telkom” adalah perpanjangan tangan Telkom sehingga dapat dikecualikan
dari UU No 5 Tahun 1999 tentang praktek monopoli dan praktek usaha tidak sehat. Namun, kenyataannya “Warung Telkom” merupakan badan usaha sendiri, bukan
merupakan pegawai Telkom, sehingga tidak dapat dikecualikan dari Pasal 50 huruf xx UU No 5 Tahun 1999 tentang praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
95
Arin Widiyanti, http:www.detiknet.comdetiknet
: MA Patahkan SLI Telkom di Wartel.htm., diakses tanggal 2 7 Mei 2008.
Dengan kata lain, warung telekomunikasi bukan merupakan agen Telkom yang menerima pendapatan dari hasil komisi. Karena sambungan ke luar negeri dari
produk di luar Telkom yang diblok oleh pihak Telkom dan dialihkan ke jaringan milik Telkom adalah melanggar UU No 5 Tahun 1999.
Selanjutnya yang pelanggaran terhadap UU No 5 Tahun 1999 adalah bundling yang dilakukan beberapa operator dalam upaya meningkatkan jumlah pelanggan.
Sebelumnya perlu dijelaskan perbedaan antara bundling dan tying-in sale jual ikat berikut ini:
96
Bundling adalah perilaku suatu pelaku usaha, di mana seseorang yang membeli suatu barang harus membeli barang lain tetapi dengan jumlah yang proporsional.
Misalnya, orang membeli mobil dan harus membeli juga empat ban karena untuk dapat berjalan mobil harus memiliki empat ban. Sedangkan jual ikat adalah
praktik penjualan suatu barang barang pengikat diharuskan membeli barang lain barang yang diikat yang tidak diperlukan oleh pembeli. Contoh yang ditemui
pada kasus telekomunikasi adalah apabila konsumen membeli kartu telepon diharuskan membeli ponsel dengan merek tertentu.
2. Interkoneksi