d. Kontrak kerjasama bagi hasil merupakan perjanjian kerjasama bagi hasil
PT. Telkom dengan pengelola wartel dibuat secara tertulis, didasarkan pada peraturan standar dan isinya telah dituangkan dalam bentuk formulir yang
ditandatangani para pihak, dan masing-masing pihak telah mengikatkan diri di dalamnya.
e. Profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih dari
total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.
44
G. Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan dan menganalisis data yang diperoleh
secara sistematis, faktual dan akurat tentang pelaksanaan kontrak kerjasama bagi hasil profit sharing antara PT. Telkom dengan wartel suatu penelitian di Kota
Medan Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis empiris yang didukung
dengan data primer dan data sekunder. Pendekaan yuridis empiris yaitu melihat secara langsung pelaksanaan perjanjian kerjasama bagi hasil profit sharing antara
PT. Telkom dengan Pengelola Warung Telekomunikasi.
44
Tim Pengembangan Perbankan Syariah IBI, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syari’ah, Jakarta : Djambatan, 2001, hal. 264
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Baru di Kota Medan, dengan dasar pertimbangan Kota Medan merupakan daerah ibukota Provinsi
Sumatera Utara, dimana peluang bisnis wartel sangat banyak berdiri.
3. Populasi dan Sampel
Wilayah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wartel di Kota Medan dari tahun 2006 sd 2007, yaitu jumlah wartel di area Kandatel Medan adalah
sebanyak 2.206 wartel di tahun 2006 dan sebanyak 2.140 wartel di tahun 2007, dengan populasi sasaran di Kecamatan Medan Baru yang diketahui sangat banyak
pengelola warung telekomunikasi yaitu sebanyak 123 wartel di tahun 2006 dan sebanyak 119 wartel di tahun 2007.
Dari populasi tersebut kemudian dipilih menjadi unit sampel penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pemilihan penggunaan teknik
tersebut didasarkan kepada pertimbangan bahwa sampel yang akan diteliti memiliki karakteristik yang relatif sama untuk dipilih menjadi sampel responden. Bentuk
sampling tersebut biasa diterapkan dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas hukum dalam masyarakat. Di samping alasan tersebut,
purposive sampling dipilih agar benar-benar dapat menjamin, bahwa responden adalah unsur-unsur yang hendak diteliti dan yakin masuk dalam sampel yang
dipilih.
45
Sehingga dalam penelitian ini penarikan sampel secara purposive sampling
45
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 1986, hal. 196-197
ditentukan sebanyak 5 dari jumlah populasi yaitu sebanyak 119 responden penyelenggara warung telekomunikasi, maka jumlah sampel adalah sebanyak 6
enam usaha penyelenggara warung telekomunikasi di Kecamatan Medan Baru.
46
Penarikan sampel ini didasari pada Keputusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor: 01 KKPPU2005 yang diputuskan tanggal 15 Januari 2007, tentang
penghapusan monopoli PT. Telkom, dan mengintruksikan untuk dilakukan perubahan amandemen terhadap perjanjian kerjasama penyelenggaraan kemitraan warung
telekomunikasi antara PT Telkom dengan penyelenggara wartel dalam waktu 6 enam bulan terhitung sejak Mei 2007.
Dengan demikian, sampel yang dipilih tersebut adalah usaha wartel yang kontrak kerjasama bagi hasilnya telah dilakukan sebelum diputuskannya kasasi
Mahkamah Agung tersebut. Sehingga diharapkan akan terlihat keadaan kontrak kerjasama bagi hasil sebelum dan sesudah dilakukan perubahan oleh PT. Telkom.
4. Teknik Pengumpulan Data