Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
rencana kerja biaya produksi biasanya juga didasarkan pada standar tertentu, yakni sistem akuntansi biaya standar atau sering disingkat dengan biaya standar.
Biaya standar adalah patokan biaya yang ditetapkan dimuka untuk biaya- biaya yang seharusnya dikorbankan dalam proses produksi. Biaya standar dinyatakan
dalam nilai uang. Perubahan biaya standar hanya terjadi apabila harga-harganya berubah secara periodik, misalnya upah jam kerja, biaya pembelian bahan baku atau
penyimpangan harga lainnya cukup mempengaruhi perubahan biaya standar. Pada suatu perusahaan yang organisasinya sehat dengan rencana
administrasi anggaran perusahaan yang teratur akan dihadapkan dengan anggaran dan biaya standar yang ditentukan terlebih dahulu sebelum periode anggaran
berjalan. Oleh karena itu biaya standar juga bermanfat sebagai dasar penentuan dan keputusan rencana anggaran sebagai alat pengukur efisiensi. Dalam hal ini biaya
aktual dapat dibandingkan dengan biaya yang direncanakan terlebih dahulu secara periodik sehingga efisiensi produksi dapat diperhitungkan. Apabila biaya aktual yang
dikeluarkan lebih kecil dari biaya standar, maka taksiran anggaran yang ditinjau secara insidentil akan menunjukkan efisiensi. Sebaliknya apabila pengeluaran aktual
terjadi berlebihan, maka keadaan ini menggambarkan pemborosan, bahkan bila mencolok diperlukan perbaikan dimasa depan.
b. Anggaran Biaya Produksi
1. Pengertian Anggaran Biaya Produksi
Selain rencana kerja, manajemen perusahaan juga menggunakan anggaran budjet sebagai pedoman atau patokan pada aktifitas-aktifitas di perusahaan. Karena
di dalam anggaran terdapat perkiraan dana yang diperlukan untuk melaksanakan
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
rencana kerja di masa akan datang. Seperti yang diungkapkan oleh M. Munandar 2000:1:
“Anggaran ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit kesatuan moneter
dan berlaku untuk angka waktu periode tertentu yang akan datang”. Agus Ahyari 2002:18menyatakan bahwa,
“Anggaran merupakan perencanaan secara formal dari seluruh kegiatan perusahaan di dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan di dalam unit
kuantitatif.moneter”. Anggaran memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
- Rencana
Anggaran merupakan suatu rencana dana yang akan dikeluarkan untuk kegiatan yang akan datang.
- Meliputi seluruh kegiatan perusahan
Anggaran harus mencakup seluruh kegiatan yang akan dilakukan semua bagian yang ada dalam perusahaan. Karena anggaran dijadikan pedoman kerja,
alat pengkoordinasian dan pengawasan. -
Dinyatakan dalam unit moneter Anggaran dinyatakan dalam unit moneter sehingga seluruh kegiatan
perusahaan akan dapat dihitung, dianalisis dan kemudian dapat dilakukan pengawasan
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
- Jangka waktu tertentu yang akan datang
Anggaran dibuat untuk jangka waktu tertentu. Untuk jangka waktu yang relatif singkat, biasanya anggaran ini disebut anggaran jangka pendek. Jangka
waktu anggaran ini yakni per minggu, per bulan, per triwulan, per semester atau per tahun. Ada juga anggaran dibuat untuk jangka waktu yang
panjanglebih dari satu tahun. Anggaran tersebut dinamakan rencana jangka panjang
- Sumber daya
Dalam anggaran, manajemen perusahaan harus mampu merencanakan seluruh sumber daya yang ada sesuai dengan kebutuhan untuk melaksanakan kegiatan
operasional perusahaan. Glenn A. Welsch 2000:3 berpendapat:
‘Profit planning and control may be broadly as defined as sistematic and formalized approach for accomplishing the planning, coordinating and
control responsibility of management. Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa:
a. Anggaran harus bersifat formal artinya disusun dengan
sengaja dan sungguh-sungguh dalam bentuk tertulis. b.
Anggaran harus bersifat sistematis artinya anggaran disusun dengan berurutan dan berdasarkan logika.
c. Setiap manajer dihadapkan pada suatu tanggung jawab untuk
mengambil keputusan sehingga anggaran merupakan hasil pengambilan keputusan yang berdasarkan asumsi tertentu.
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
d. Untuk keputusan yang diambil manajer tersebut, merupakan
pelaksanaan fungsi manajer dari segi perencanaan, pengorganisasian, mengarahkan dan pengawasan..
Berdasarkan pengertian anggaran dan unsur-unsur biaya produksi yang telah dibahas sebelumnya, maka anggaran biaya produksi adalah rencana biaya yang akan
dikeluarkan perusahaan untuk membiayai keseluruhan proses produksi pada periode tertentu di masa yang akan datang. Anggaran biaya produksi terdiri dari: anggaran
biaya bahan baku langsung, anggaran biaya upah langsung dan anggaran biaya tidak langsung.
2 Prosedur Penyusunan Anggaran Biaya Produksi
Agar kegiatan operasional perusahaan dapat terlaksana dengan baik, maka perusahaan menyusun anggaran budget yang dijadikan sebagai pedoman kerja, alat
pengkoordinasi kerja dan alat pengawasan kerja. Sebagaimana yang diungkapkan M. Munandar 2000,10 bahwa budget mempunyai tiga kegunaan pokok yaitu:
a. “Sebagai pedoman kerja
Budjet berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arah serta sekaligus memberikan target-target yang harus diacapai oleh
perusahaan di masa yang akan datang.
b. Sebagai alat pengkoordinasi kerja
Budget juga berfungsi sebagai alat pengkoodinasi kerja agar semua bagian-bagian yang terdapat di dalam perusahaan dapat saling
menunjang, adanya kerja sama yang baik untuk menunjang sasaran yang dituju.
c. Sebagai alat pengawasan kerja
Budget berfungsi sebagai tolak ukur, sebagai pembanding untuk menilai realisasi evaluasi kegiatan perusahaan akan datang. Dengan
membandingkan antara apa yang tertuang di dalam angggaran dengan apa yang dicapai oleh realisasi perusahaan, dapat dinilai apakah
perusahaan telah sukses bekerja atau tidak.”
Ada tiga metode untuk menyusun:anggaran, yakni:
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
- Top Down
Dalam metode ini, pemimpin perusahaan yang menyusun dan menetapkan anggaran. Sedangkan setiap karyawan atau bawahan
merupakan pelaksana dari anggaran yang telah dibuat pimpinan. Metode ini diterapkan apabila karyawan atau bawahan perusahaan
tersebut tidak mampu menyusun anggaran karena tidak memiliki keahlian.
- Bottom Up
Pada Metode Bottom Up, penyusunan anggaran diserahkan kepada karyawan atau bawahan. Hal ini karena karyawan atau bawahan telah
mampu menyusun anggaran sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan tepat waktu.
- Campuran atau Top Up dan Bottom Up
Berdasarkan metode campuran, penyusunan anggaran dimulai oleh atasan atau pemimpin perusahaan. Atasan memberikan pedoman terhadap
anggaran dan dilanjutkan atau dilengkapi oleh bawahan sesuai dengan intruksi atasan.
Penyusunan anggaran bukan menjadi tanggungjawab satu pihak atau bagian saja, alasannya adalah:
1 Bila anggaran disusun oleh satu pihak saja tanpa melibatkan
bagian-bagian lain yang terkait, maka penyusunan anggaran tersebut akan mengalami kesulitan untuk menentukan
kebutuhan tiap-tiap bagian atau departemen lainnya.
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
2 Ada kemungkinan anggaran yang telah disusun tidak dapat
diterapkan dilapangan tidak praktis, karena tidak melibatkan pihak-pihak yang terkait.
Oleh karena itu anggaran harus merupakan hasil kerja sama dari seluruh departemenbagian yang ada pada perusahaan atau setidak-tidaknya beberapa
departemen yang saling berhubungan. Dari departemen-departemen tersebut dibentuk panitia anggaran yang terdiri dari:
- Unsur Direksi, dalam hal ini diwakili oleh Direktur Keuangan yang
bertugas memberikan pedoman umum yang akan dipakai dalam penyusunan anggaranManajer penjualan yang bertugas menyusun
anggaran penjualan. -
Manajer produksi, bertugas menyusun anggaran yang berhubungan dengan seluruh kegiatan produksi, seperti jumlah yang akan dihasilkan,
bahan baku, tenaga kerja, pembelian dan biaya overhead. -
Manajer keuangan, bertugas menyusun anggaran yang berhubugan dengan posisi keuangan perusahaan, seperti anggaran kas, anggaran laba-
rugi, dan anggaran neraca. -
Manajer umum, administrasi dan personalia, bertugas menyusun anggaran yang berhubungan dengan biaya umum, administrasi dan personalia.
Jika anggaran telah tersusun maka seluruh anggaran disebut sebagai anggaran induk atau anggaran berdasarkan seluruh aktivitas dari setiap departemenbagian
yang ada dalam perusahaan. Secara skematis digambarkan sebagai berikut:
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
Gambar 2.1: Struktur Anggaran Perusahaan
a. Anggaran Penjualan
Anggaran penjualan merupakan rincian rencana penjualan yang ingin dicapai perusahaan pada masa akan datang. Anggaran penjulan disusun dengan menganalisis
data penjualan dan data-data lain yang berhubungan dengan penjualan pada periode sebelumnya juga faktor-faktor berikut ini
Faktor pemasaran: -
Daerah pasar : lokal, regional, nasional atau internasional -
Persaingan : monopoli, oligopoly atau bebas -
Konsumen : selera konsumen, daya beli konsumen -
Faktor keuangan : ketersediaan modal kerja yang cukup terhadap target penjualan yang dinggarkan
- Faktor ekonomis : adanya peningkatan laba atau tidak setelah melakukan
penjualan
Anggaran T. Kerja
Anggaran Produksi
Anggaran Bahan Baku
Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Anggaran Biaya AdministrasiUmum
Anggaran Penjualan
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
- Faktor teknis : fasilitas yang tersedia pada perusahaan seperti mesin-
mesin, peralatan dan teknologi untuk produksi dan penjualan -
Faktor lainnya seperti perubahan musim dan keadaan perekonomian nasional yang mempengaruhi permintaan untuk antisipasi meningkatkan
atau menurunkan penjualan. Berdasarkan hasil analisis data dan faktor-faktor tersebut maka manajemen
perusahaan membuat ramalan penjualan produk untuk menilai target penjualan yang akan dicapai dalam periode akan datang. Adanya ramalan penjualan inilah yang
menjadi alasan mengapa anggaran penjualan yang pertama kali disusun dibandingkan dengan anggaran-anggaran yang lain karena ramalan penjualan harus
ditentukan terlebih dahulu. Setelah perusahaan memiliki ramalan penjualan ini, maka disusunlah anggaran penjualan seperti contoh berikut:
Tabel 2.1.: Anggaran Penjualan
PT. ABCD ANGGARAN PENJUALAN
Tahun 2004
KET Triwulan
Triwulan Triwulan
Triwulan TOTAL
TRIWULAN I-IV
I II
III IV
Unit Penjualan
48.000 66.000
84.000 102.000
300.000 Harga Jual
per unit Rp
32.000 32.000
32.000 32.000
32.000 Jumlah
Penjualan Rp
1.536.000.000 2.112.000.000 2.688.000.000 3.264.000.000 9.600.000.000
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
Penjualan yang dianggarkan PT. ABCD untuk tahun 2004 adalah Rp.9.600.000.000 Nilai tersebut dicapai dengan menjual produk sebanyak 300.000
unit dengan harga Rp. 32.000 per unit 2.
Anggaran Produksi Anggaran produksi merencanakan volume barang yang harus dihasilkan oleh
perusahaan dimasa yang akan datang untuk memenuhi tingkat volume penjualan yang telah diramalkan. Setiap unit barang yang akan diproduksi disesuaikan dengan
penjualan yang telah dianggarkan dan tingkat persediaan awal dan akhir yang dianggarkan perusahaan pada periode tersebut.
Untuk mengetahui jumlah unit yang akan diproduksi dapat dihitung dengan cara berikut:
Penjualan yang dinggarkan XXX
Persediaan akhir XXX +
Produk tersedia unit XXX
Persediaan awal XXX -
Yang akan diproduksi unit XXX Adanya anggaran produksi yang terencana, akan memudahkan melakukan
penyusunan anggaran biaya produksi. Sebab dalam penyusunan anggaran produksi, telah diperhitungkan hal-hal yang berhubungan dengan bidang produksi seperti
faktor tersedianya bahan bakupelengkap, tenaga kerja dan infrastruktur yang mendukung kelancaran proses produksi
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
Berdasarkan contoh anggaran penjualan pada tabel 2.1, maka disusun anggaran produksi dengan contoh sebagai berikut:
Tabel 2.2 : Anggaran Produksi
PT. ABCD ANGGARAN PRODUKSI
Tahun 2004
KETERANGAN unit
Triwulan Triwulan Triwulan
Triwulan TOTAL
TRIWULAN I
II III
IV I - IV
Penjualan dianggarkan
48.000 66.000
84.000 102.000
300.000 Ditambah
Target persediaan akhir
5.000 8.000
11.000 14.000
38.000 Total produk
tersedia 53.000
74.000 95.000
116.000 338.000
Dikurangi Persediaan awal
1.000 5.000
8.000 11.000
25.000 Yang harus
diproduksi 52.000
69.000 87.000
105.000 313.000
Jumlah barang yang harus diproduksi PT ABCD adalah 313.000 unit. Produksi sejumlah 313.000 unit diperoleh dari
= total produk tersedia – persediaan awal = total penjualan + total persediaan akhir - total persediaan awal
= 300.000 + 38.000 – 25.000 = 313.000 unit 3. Anggaran Biaya Produksi
Anggaran biaya produksi merupakan penjabaran dari anggaran produksi. Sehingga penyusunan anggaran biaya produksi sangat dipengaruhi oleh penyusunan
anggaran produksi. Selanjutnya anggaran biaya produksi berarti rencana tertulis mengenai biaya-biaya yang akan dikeluarkan dalam usaha mengubah bahan baku
menjadi barang jadi,
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
Anggaran biaya produksi meliputi unsur : a.
Anggaran Biaya Bahan Baku Langsung
Anggaran biaya bahan baku langsung merupakan anggaran semua bahan
yang langsung dipergunakan dalam proses produksi untuk mengolah barang setengah jadi dan barang jadi.
M. Munandar 2000 : 134 yang menyatakan bahwa: “Anggaran biaya bahan baku langsung adalah anggaran yang
merencanakan secara lebih terperinci tentang biaya bahan baku untuk produksi selama periode yang akan datang, yang di dalamnya
meliputi rencana tentang jenis kualitas bahan baku yang diolah, jumlah kuantitas bahan baku yang diolah, harga bahan baku yang
diolah dan waktu kapan bahan baku tersebut akan diolah dalam proses produksi, yang masing-masing dikaitkan dengan jenis barang
jadi produk yang membutuhkan bahan baku tersebut.”
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran biaya bahan baku langsung, yaitu :
1 anggaran kebutuhan bahan baku
2 anggaran pembelian bahan baku
3 metode akuntansi pembukuan bahan baku
ad 1. Anggaran kebutuhan bahan baku Anggaran kebutuhan bahan baku adalah anggaran yang merencanakan bahan
baku yang diperlukan dalam proses produksi pada periode yang akan datang. Faktor- faktor yang mempengaruhi penyusunannya adalah
1. anggaran unit yang diperlukan dalam produksi, khususnya tentang jenis
kualitas dan jumlah kuantitas bahan baku yang dibutuhkan dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
2. .standar pemakaian bahan baku atau ketentuan teknis yang berlaku dalam
jangka waktu tertentu yaitu selama perusahaan belum mengadakan penggantian teknologi yang bersangkutan.
Contoh anggaran pemakaian bahan baku untuk tahun 2004 adalah Tabel 2.3 : Anggaran Pemakaian Bahan Baku
PT. ABCD ANGGARAN PEMAKAIAN BAHAN BAKU
Tahun 2004
KETERANGAN Triwulan
Triwulan Triwulan
Triwulan TOTAL
TRIWULAN I
II III
IV I-IV
Produksi yang diaanggarkan unit
52.000 69.000
87.000 105.000 313.000
Bahan baku untuk satu unit produk
5 5
5 5
5 Bahan baku yang
dibutuhkan untuk produksi unit
260.000 345.000 435.000 525.000 1.565.000
Persediaan awal bahan baku unit
8.200 10.500
13.600 16.500
48.800 Biaya per unit
500 650
800 950
2.900 Persediaan awal
bahan baku Rp 4.100.000 6.825.000
10.880.000 15.675.000 141.520.000
Pembelian bahan baku Rp
158.145.000 262.000.000 395.115.000 520.725.000 1.335.985.000 Bahan baku yang
tersedia Rp 162.245.000 268.825.000 405.995.000 536.400.000 1.477.505.000
Persediaan akhir bahan baku yang
diinginkan unit 10.500
13.500 16.500
20.000 60.500
Biaya per unit 650
800 950
990 3.390
Persediaan akhir bahan baku yang
diinginkan Rp 6.825.000 10.800.000
15.675.000 19.800.000 205.095.000
Biaya total bahan baku yang digunakan
dalam produksi Rp 155.420.000 258.025.000 390.320.000
516.600.000 1.272.410.000
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
Data pada tabel 2.3 tersebut disusun berdasarkan contoh anggaran produksi pada tabel 2.2. Dari tabel 2.3 anggaran pemakaian bahan baku dapat diketahui bahwa
bahan baku yang dibutuhkan untuk produksi adalah 1.565.000 unit, atau = total produksi yang dianggarkan x bahan baku yang dibutuhkan untuk satu
unit produk = 313.000 unit x 5 = 1.565.000 unit
Selain itu juga dapat diketahui bahwa total biaya bahan baku yang digunakan dalam produksi tahun 2004 adalah Rp. 1.272.410.000,. atau
= Total persediaan awal bahan baku x total biaya per unit persediaan awal bahan baku + total pembelian bahan baku pada anggaran pembelian –
persediaan akhir bahan baku yang diinginkan x biaya per unit persediaan akhir bahan baku yang diinginkan
= 48.800 unit x Rp.2.900 + Rp. 1.335.985.000 – 60.500 unit x Rp.3.390 = Rp.141.520.000 + Rp.1.335.985.000 – Rp.205.095.000
= Rp.1.272.410.000 ad. 2. Anggaran pembelian bahan baku
Anggaran pembelian bahan baku khususnya rencana tentang harga beli dari masing-masing jenis bahan baku yang dibeli dari waktu-kewaktu selama periode
yang akan datang seperti pada tabel 2.4 pada halaman 34
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
Tabel 2.4. : Anggaran Pembelian Bahan Baku
PT. ABCD ANGGARAN PEMBELIAN BAHAN BAKU
Tahun 2004
KETERANGAN Triwulan
Triwulan Triwulan
Triwulan TOTAL
I II
III IV
I-IV Jumlah bahan baku yang
dibutuhkan dalam produksi unit
260.000 345.000
435.000 525.000
1.565.000 Persediaan akhir bahan
baku yang diinginkan unit 10.500
13.500 16.500
20.000 60.500
Jumlah bahan baku yang dibutuhkan unit
270.500 358.500
451.500 545.000
1.625.500 Dikurangi
Persediaan awal bahan baku unit
8.200 10.500
13.600 16.500
48.800 Jumlah pembelian bahan
baku unit 262.300
348.000 437.900
528.500 1.576.700
Jumlah biaya pembelian bahan baku Rp
158.145.000 262.000.000 395.115.000 520.725.000
1.335.985.000
Dari tabel anggaran pembelian bahan baku tersebut dapat diketahui bahwa jumlah pembelian bahan baku adalah 1.576.700 unit, atau
= jumlah bahan baku yang dibutuhkan dalam produksi + persediaan akhir bahan baku – persediaan awal bahan baku
= 1.565.000 unit + 60.500 unit – 48.800 unit = 1.576.700 unit
Ad. c. Metode akuntansi pembukuan bahan baku Metode akuntansi pembukuan bahan baku yang dipakai oleh perusahaan
khususnya yang berhubungan dengan masalah penilaian bahan baku yang diolah dalam proses produksi. Beberapa metode untuk pembukuan bahan baku, antara lain:
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
a. Metode First In First Out FIFO, yaitu metode yang menganggap
bahwa bahan baku yang lebih awal dibeli merupakan bahan baku yang lebih awal pula diolah dalam proses produksi. Harga biaya
bahan baku dari pembelian pertama sebagai beban perkiraan biaya bahan baku.
b. Metode Last In First Out LIFO, yaitu metode yang menganggap
bahwa bahan baku yang lebih akhir dibeli merupakan bahan baku yang lebih awal diolahnya dalam proses produksi. Hargabiaya
bahan baku dari pembelian terakhir sebagai beban perkiraan biaya bahan baku
c. Metode Moving Average, yaitu metode yang menganggap bahwa
nilai harga bahan baku yang diolah, didasarkan pada rata-rata nilai harga pembelian-pembelian bahan baku yang pernah
dilakukan perusahaan, sejak awal sampai dengan yang terakhir. Metode yang akan digunakan harus mempertimbangkan sifat dari kegiatan
produksi, berbagai kebutuhan internal dan eksternal pada informasi dan keinginan untuk menyederhanakan prosedur akuntansi.
7 Anggaran Biaya Upah Tenaga Kerja Langsung
Anggaran biaya upah tenaga kerja langsung merupakan taksiran penilaian dan kebutuhan tenaga kerja dan upah langsung guna menghasilkan jenis dan kuantitas
produksi yang direncanakan dalam anggaran produksi. Anggaran upah langsung dibuat bedasarkan ketentuan yang ditentukan oleh pimpinan produksi yang
membantu bagian personalia untuk menetapkan jumlah dan jenis tenaga kerja yang
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
diperlukan. Jika tenaga kerja telah bekerja didalam perusahaan selama beberapa tahun dan bagian produksi tidak membutuhkan tambahan tenaga kerja, maka tugas
dari bagian personalia menjadi lebih ringan. Jika penambahan tenaga kerja atau pengurangan tenaga kerja diperlukan, maka bagian personalia harus membuat
rencana jauh sebelumnya untuk menjamin tersedianya tenaga kerja yang dibutuhkan. Menurut M. Munandar 2000 : 143 menyebutkan bahwa :
“Anggaran Biaya Upah Tenaga Kerja Langsung adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang upah yang akan
dibayarkan kepada Tenaga Kerja Langsung selama periode yang akan datang, yang didalamnya meliputi rencana tentang jumlah waktu yang
diperlukan oleh para Tenaga Kerja Langsung untuk menyelesaikan unit yang akan diproduksikan, tarif upah yang akan dibayarkan dan waktu
kapan kegiatan proses produksi dilaksanakan, yang masing-masing dikaitkan dengan jenis barang jadi produk yang akan dihasilkan, serta
tempat dimana para Tenaga Kerja Langsung akan bekerja.”
Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran biaya upah tenaga kerja langsung yang harus dipertimbangkan antara lain :
a. Anggaran Unit yang akan diproduksikan, khususnya rencana tentang jenis
kualitas dan jumlah kuantitas barang yang akan diproduksikan dari waktu-kewaktu selama periode yang akan datang.
b. Standar waktu Time Standard untuk mengerjakan proses produksi yang
telah ditetapkan oleh perusahaan. Untuk menetapkan angka-angka standar ini dapat dilakukan dengan dua cara metode, yaitu :
- Dengan cara mendasarkan diri pada data historis atau pengalaman
diwaktu-waktu yang lalu. -
Dengan cara yang mendasarkan diri pada penelitian-penelitian khusus.
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
Sistem pembayaran upah yang dipakai oleh perusahaan, pada dasarnya ada tiga sistem pembayaran upah, yaitu :
- Sistem upah menurut waktu, yang menentukan bahwa besar kecilnya
upah yang akan dibayarkan kepada masing-masing tenaga kerja, tergantung pada banyak-sedikitnya waktu kerja mereka.
- Sistem upah menurut hasil output, yang menentukan bahwa besar-
kecilnya upah yang akan dibayarkan tergantung pada banyak-sedikitnya unit output yang mereka hasilkan selama bekerja.
- Sistem upah dengan insentif, yang menentukan bahwa besar-kecilnya
upah yang akan dibayarkan tergantung pada waktu lamanya mereka bekerja, atau jumlah unit hasil output yang mereka selesaikan, ditambah
dengan insentif tambahan upah yang besar-kecilnya didasarkan pada prestasi dan keterampilan kerja mereka.
Contoh anggaran biaya upah langsung seperti pada tabel 2.5 halaman 38
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
Tabel 2.5 : Anggaran Biaya Upah Langsung
PT. ABCD ANGGARAN BIAYA UPAH LANGSUNG
Tahun 2004
KETERANGAN
Triwulan Triwulan
Triwulan Triwulan
TOTAL I
II III
IV I-IV
Semi Terlatih 1. Produksi yang dianggarkan 52.000 69.000 87.000 105.000 313.000
2. Jam kerja langsung per unit 1 1 1 1 1 3.Total jam kerja langsung
52.000 69.000 87.000 105.000 313.000 4. Tarif upah per jam Rp
7.000 7.000 7.000 7.000 7.000 5. Total upah untuk pekerja
semi terlatih Rp 364.000.000 483.000.000 609.000.000 735.000.000 2.191.000.000
Terlatih 6. Produksi yang dianggarkan 52.000 69.000 87.000 105.000 313.000
7. Jam kerja langsung per unit 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 8. Total jam kerja langsung
41.600 55.200 69.600 84.000 250.400 9. Tarif upah per jam Rp
10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10. Total upah untuk
pekerja terlatih Rp 416.000.000 552.000.000 696.000.000 840.000.000 2.504.000.000
Total 11. Total jam kerja langsung
Produksi 93.600 124.200 156.600 189.000 563.400
12. Total biaya tenaga kerja Langsung produksi Rp
780.000.000 1.035.000.000 1.305.000.000 1.575.000.000 4.695.000.000
Terdapat dua golongan tenaga kerja yang terlibat langsung dalam kegiatan produksi 313.000 unit yaitu tenaga kerja semi terlatih dan tenaga kerja terlatih. Total upah
untuk pekerja semi terlatih adalah Rp. 2.191.000.000, atau = total jam kerja langsung semi terlatih x tarif upah per jam
= total produksi yang dianggarkan x total jam kerja langsung per unit x tarif upah per jam
= 313.000 unit x 1 jam x Rp.7000 = Rp.2.191.000.000
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
sedangkan total upah untuk pekerja terlatih adalah Rp. 2.504.000.000 atau
= total jam kerja langsung terlatih x tarif upah per jam = produksi yang dianggarkan x total jam kerja langsung per unit x tarif upah
per jam = 313.000 unit x 0,8 x Rp. 10.000
= 250.400 jam x Rp.10.000 = Rp. 2.504.000.000
Sehingga total biaya upah tenaga kerja kerja langsung adalah Rp. 4.695.000.000 atau Rp. 2.191.000.000 + Rp. 2.504.000.000.
3. Anggaran Biaya Tidak Langsung