Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
prinsip responsibility accounting. Artinya menetapkan siapa yang secara akuntansi bertanggung jawab terhadap biaya yang terjadi. Adapun
departemen-departemen yang bertanggung jawab terhadap biaya tidak langsung produksi adalah departemen produksi dan departemen
penunjangjasa. Departemen produksi adalah departemen yang melakukan produksi atau kegiatan proses pengolahan yang menghasilkan
produk atau jasa. Sedangkan departemen penunjangjasa adalah departemen yang berfungsi untuk memberikan jasa-jasa tertentu untuk
departemen produksi misalnya perawatan mesin dan bangunan, penerangan dan latihanpendidikan.
b. Pemisahan biaya tidak langsung menjadi dua golongan yaitu biaya tidak
langsung tetap dan biaya tidak langsung variabel. Biaya tidak langsung tetap adalah biaya tidak langsung pabrik yang
jumlahnya tidak berubah.atau tetap, contohnya biaya gaji, biaya penyusutan gedung kantor dan pabrik. Sedangkan biaya tidak langsung
variabel adalah biaya tidak langsung pabrik yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan., contohnya bahan bakar mesin
pabrik. Pemisahan ini perlu dilakukan untuk memudahkan pengawasan.
3. Rencana Kerja dan Anggaran Biaya Produksi
a. Rencana Kerja
Sebelum melakukan operasinya, manajemen perusahaan harus terlebih dahulu melakukan penelitian, mempelajari dan mengamati masalah-masalah yang
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
berhubungan dengan kegiatan yang akan dilakukan. Setelah itu maka manajemen merumuskan rencana kerja.
Rencana kerja adalah rumusan mengenai kegiatan-kegiatan apa yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang, bagaimana melaksanakannya dan hasil apa
yang akan dicapai dari kegiatan-kegiatan tersebut.. Rencana kerja dijadikan pedoman kinerja perusahaan di masa depan sehingga
manajemen perusahaan harus mampu mengalokasikan sumber daya yang ada sesuai dengan kebutuhan dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana kerja
untuk mencapai sasaran perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Rencana kerja dibuat berdasarkan standar. Standar adalah satuan pengukuran
yang ditetapkan sebagai patokan dalam pelaksanaan pekerjaan. Standar ini akan terus berubah dengan catatan pada kuantitas dan kualitas tidak akan pernah berubah
kecuali terjadi perubahan spesifikasi produk yang dirancang oleh tata tehnik industri. Rencana kerja sangat penting karena dengan adanya rencana kerja maka
dapat ditentukan arah yang akan dituju perusahaan tersebut dan setiap aktifitas perusahaan yang berhubungan dengan pangsa pasar, produk dan teknologi produksi,
keuangan, kepegawaian, citra perusahaan, sistem informasi manajemen, budaya perusahaan dan lain sebagainya dapat terkoordinasi.
Untuk memproduksi suatu produk maka manajemen perusahaan terlebih dahulu juga akan membuat rencana kerja biaya produksi, yaitu rencana tertulis
mengenai biaya yang akan datang untuk bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung serta biaya produksi tidak langsung biaya overhead pabrik.. Dalam
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010.
rencana kerja biaya produksi biasanya juga didasarkan pada standar tertentu, yakni sistem akuntansi biaya standar atau sering disingkat dengan biaya standar.
Biaya standar adalah patokan biaya yang ditetapkan dimuka untuk biaya- biaya yang seharusnya dikorbankan dalam proses produksi. Biaya standar dinyatakan
dalam nilai uang. Perubahan biaya standar hanya terjadi apabila harga-harganya berubah secara periodik, misalnya upah jam kerja, biaya pembelian bahan baku atau
penyimpangan harga lainnya cukup mempengaruhi perubahan biaya standar. Pada suatu perusahaan yang organisasinya sehat dengan rencana
administrasi anggaran perusahaan yang teratur akan dihadapkan dengan anggaran dan biaya standar yang ditentukan terlebih dahulu sebelum periode anggaran
berjalan. Oleh karena itu biaya standar juga bermanfat sebagai dasar penentuan dan keputusan rencana anggaran sebagai alat pengukur efisiensi. Dalam hal ini biaya
aktual dapat dibandingkan dengan biaya yang direncanakan terlebih dahulu secara periodik sehingga efisiensi produksi dapat diperhitungkan. Apabila biaya aktual yang
dikeluarkan lebih kecil dari biaya standar, maka taksiran anggaran yang ditinjau secara insidentil akan menunjukkan efisiensi. Sebaliknya apabila pengeluaran aktual
terjadi berlebihan, maka keadaan ini menggambarkan pemborosan, bahkan bila mencolok diperlukan perbaikan dimasa depan.
b. Anggaran Biaya Produksi