Unsur Pengawasan Biaya Produksi

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010. pengawasan terhadap biaya produksi sangat dibutuhkan untuk menilai apakah setiap kegiatan perusahaan dapat berjalan secara efisien dan efektif. Dengan terlaksananya pengawasan biaya produksi, maka kegiatan –kegiatan produksi akan terkoodinasi dan kuantitas maupun kualitas produk serta waktu pengerjaannya yang ditetapkan dapat dicapai. Untuk melaksanakan pengawasan biaya produksi, maka diperlukan suatu sistem pengawasan yang baik seperti yang diungkapkan Wilson and Champell 2001 : 83: “Pengawasan biaya produksi meliputi : a. Menetapkan suatu norma standar pengukuran b. Membandingkan pelaksanaan yang sebenarnya terhadap norma standar c. Mencari sebab-sebab terjadinya penyimpangan atau variance d. Mengambil tindakan korektif”. Pengawasan biaya produksi adalah mengevaluasi adanya penyimpangan antara biaya yang ditetapkan sebelumnya dengan biaya yang sesungguhnya dikeluarkan. Adanya penyimpangan ini merupakan suatu hal yang biasa di dalam perusahaan, sejauh penyimpangan tersebut masih dalam batas-batas kewajaran. Pengukuran terhadap penyimpangan biaya yang ditetapkan perusahaan terhadap realisasi pelaksanaannya harus dievaluasi sebab-sebab terjadinya penyimpangan tersebut.

2. Unsur Pengawasan Biaya Produksi

Pengawasan biaya produksi secara garis besar meliputi tiga unsur biaya yaitu: a. Pengawasan biaya bahan baku langsung b. Pengawasan biaya upah langsung Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010. c. Pengawasan biaya produksi tidak langsung Ad a. Pengawasan biaya bahan baku langsung Pada setiap perusahaan industri, bahan baku merupakan bagian yang penting dan cukup besar jumlahnya pada aktiva lancar, sehingga perlu diawasi. Tujuan pengawasan bahan baku adalah untuk menjaga keseimbangan jumlah bahan baku sehingga tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan bahan baku. Kelebihan bahan baku akan mengakibatkan peningkatan biaya penyimpanan dan biaya produksi terutama penggunaanya dalam proses produksi, termasuk kerugian karena kerusakan bahan baku, bertambahnya ruang pergudangan yang diperlukan serta penggunaan danamodal yang tidak produktif. Selain itu kekurangan bahan baku akan berakibat terhentinya proses produksi, meningkatnya biaya memulai kembali produksi yang terhenti dan juga biaya pemesanan bahan baku akan bertambah. Sofyan Assaury 2003 : 230 menyampaikan bahwa tujuan pengawasan bahan baku adalah sebagai berikut : 1 “Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan bahan baku sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi. 2 Menjaga agar supaya pembentukan bahan baku oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar. 3 Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.” Perusahaan mengeluarkan biaya untuk pengadaan, penyimpanan dan penggunaan bahan baku. Biaya yang dikeluarkan perusahaan ini perlu diawasi. Mengawasi biaya bahan baku adalah mengukur kemampuan manajemen perusahaan Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010. untuk memastikan apakah biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan membeli, menyimpan dan menggunakan bahan baku adalah dalam jumlah, mutu, harga dan waktu yang tepat. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan perusahaan dari kerugian akibat adanya pemborosan dan penyelewengan sehingga keuntungan dan tujuan perusahaan dapat tercapai. Ad. b. Pengawasan biaya upah langsung Pengawasan biaya upah langsung dimulai dengan perencanaan produksi disertai dengan jam kerja yang diperlukan juga dilengkapi dengan biaya pekerja. James D. Wilson dan John B. Campbell menyatakan bahwa pengawasan upah langsung meliputi: 1. menetapkan prosedur-prosedur untuk membatasi pegawai yang dimasukkan dalam daftar upah sampai sejumlah yang diperlukan untuk rencana produksi. 2. menyediakan informasi pra perencana yang akan dipergunakan dalam menetapkan standar regu kerja dengan menghitung standar jam manusia yang diperlukan untuk program produksi. 3. melaporkan per jam, per hari, atau per minggu prestrasi kerja dari buruh yang sebenarnya dibandingkan dengan standarnya. 4. menetapkan prosedur-prosedur untuk pendistribusian yang cermat dari biaya buruh yang sebenarnya, termasuk pengklasifikasian tenaga kerja yang penting untuk menyediakan analisa biaya tenaga kerja yang informatif. 5. meyediakan data tentang prestasi pelaksanaan masa yang lalu dalam hubungannya dengan penetapan standar. 6. memlihara catatan-catatan yang memadai mengenai standar tenaga kerja dan tetap siap terhadap revisi-revisi yang diperlukan. 7. menyediakan laporan-laporan data tambahan mengenai tenaga kerja, seperti: a. jam dan biaya premi lembur, untuk pengendalian lembur overtime b. biaya-biaya kontrak, komparatif, yaitu perbandingan diantara kontrak-kontrak yang lama dengan yang baru. c. Jam kerja rata-rata per minggu, penerimaan rata-rata dan data yang serupa untuk negosiasi. Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010. d. Analisa terperinci mengenai biaya tenaga kerja yang berada di atas atau di bawah standar. e. Data statistik tentang perputaran tenaga kerja, masa kerja, biaya latihan. Tujuan pengawasan biaya upah langsung adalah: - menetapkan secara layak dan tepat jumlah upah yang dibayarkan, - meningkatkan prestasi kerja para pekerja, - menghindari pemborosan. Ad. c. Pengawasan biaya produksi tidak langsung Pengawasan biaya produksi tidak langsung merupakan pengawasan dalam penetapan jumlah biaya produksi tidak langsung yang harus dibebankan ke dalam proses produksi untuk menghasilkan sejumlah produk.. Pengawasan biaya produksi tidak langsung meliputi pengawasan pada: 1 biaya-biaya tidak langsung departemen penunjang yang dialokasikan ke departemen-departemen produksi 2 biaya-biaya tidak langsung yang dibebankan kepada produk. Pengawasan biaya overhead dilakukan dengan cara: a. Departemenlisasi biaya tidak langsung pabrik Departemenlisasi biaya overhead pabrik adalah penetapan departemen yang bertanggung jawab terhadap biaya tidak langsung. Penetapan ini untuk memudahkan pengawasan. Agar pengawasan dapat dilakukan dengan akurat maka persyaratannya antara lain adalah pengklasifikasian perkiraan secara wajar. Pengklasifikasian utama yang dilakukan adalah menuntut tanggung jawab masing-masing individu dengan menetapkan Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010. prinsip responsibility accounting. Artinya menetapkan siapa yang secara akuntansi bertanggung jawab terhadap biaya yang terjadi. Adapun departemen-departemen yang bertanggung jawab terhadap biaya tidak langsung produksi adalah departemen produksi dan departemen penunjangjasa. Departemen produksi adalah departemen yang melakukan produksi atau kegiatan proses pengolahan yang menghasilkan produk atau jasa. Sedangkan departemen penunjangjasa adalah departemen yang berfungsi untuk memberikan jasa-jasa tertentu untuk departemen produksi misalnya perawatan mesin dan bangunan, penerangan dan latihanpendidikan. b. Pemisahan biaya tidak langsung menjadi dua golongan yaitu biaya tidak langsung tetap dan biaya tidak langsung variabel. Biaya tidak langsung tetap adalah biaya tidak langsung pabrik yang jumlahnya tidak berubah.atau tetap, contohnya biaya gaji, biaya penyusutan gedung kantor dan pabrik. Sedangkan biaya tidak langsung variabel adalah biaya tidak langsung pabrik yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan., contohnya bahan bakar mesin pabrik. Pemisahan ini perlu dilakukan untuk memudahkan pengawasan.

3. Rencana Kerja dan Anggaran Biaya Produksi