Anggaran Biaya Tidak Langsung

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010. sedangkan total upah untuk pekerja terlatih adalah Rp. 2.504.000.000 atau = total jam kerja langsung terlatih x tarif upah per jam = produksi yang dianggarkan x total jam kerja langsung per unit x tarif upah per jam = 313.000 unit x 0,8 x Rp. 10.000 = 250.400 jam x Rp.10.000 = Rp. 2.504.000.000 Sehingga total biaya upah tenaga kerja kerja langsung adalah Rp. 4.695.000.000 atau Rp. 2.191.000.000 + Rp. 2.504.000.000.

3. Anggaran Biaya Tidak Langsung

Anggaran biaya tidak langsung merupakan anggaran biaya-biaya di luar biaya bahan baku langsung dan upah langsung yang berhubungan dengan proses produksi namun tidak mempunyai hubungan langsung dengan hasil produksinya. M. Munandar 2000 : 157, menyatakan bahwa : “Anggaran Biaya Pabrik Tidak Langsung adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang beban biaya pabrik tidak langsung selama periode yang akan datang, yang didalamnya meliputi rencana tentang jenis kualitas, jumlah kuantitas dan waktu kapan biaya pabrik tersebut dibebankan, yang masing-masing dikaitkan dengan tempat departemen dimana biaya pabrik tidak langsung tersebut terjadi.” Secara umum, anggaran biaya tidak langsung mempunyai tiga kegunaan pokok, yaitu sebagai pedoman kerja, sebagai alat pengkoordinasian kerja, serta sebagai alat pengawasan kerja yang membantu manajemen dalam memimpin jalannya perusahaan. Sedangkan secara khusus anggaran biaya overhead pabrik Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010. berguna sebagai dasar untuk menyusun anggaran harga pokok barang yang diproduksikan cost of goods manufactured budjet dan anggaran harga pokok penjualan cost of goods sold budjet, yang tercantum dalam master income statement budjet, bersama-sama dengan anggaran biaya bahan baku langsung dan anggaran biaya upah tenaga kerja langsung. Tabel 2.6. : Anggaran Biaya Tidak Langsung PT. ABCD ANGGARAN BIAYA TIDAK LANGSUNG Tahun 2004 KETERANGAN Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan TOTAL I II III IV TRIWULAN I-IV Jam kerja langsung total 93.600 124.200 156.600 189.000 563.400 Biaya tidak langsung tetap Rp Rp Rp Rp Rp 1. Penyusutan 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 400.000.000 2. Perawatan gedung 22.500.000 22.500.000 22.500.000 22.500.000 90.000.000 3. Asuransi 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 300.000.000 Total biaya tidak langsung tetap 197.500.000 197.500.000 197.500.000 197.500.000 790.000.000 Biaya tidak langsung variabel 4. Biaya tenaga kerja tidak Langsung 135.600.000 158.520.000 174.128.200 188.835.000 657.083.200 5. Peralatan 7.663.000 8.472.000 9.907.000 11.215.300 37.257.300 6. Bahan baker 46.765.000 52.859.000 55.192.000 58.333.000 213.149.000 7. Listrik 16.696.000 24.883.000 30.736.000 39.204.000 111.519.000 Total biaya tidak langsung variable 206.724.000 244.734.000 269.963.200 297.587.300 1.019.008.500 Total biaya tidak langsung 404.224.000 442.234.000 467.463.200 495.087.300 1.809.008.500 Total anggaran biaya tidak langsung PT. ABCD untuk tahun 2004 adalah Rp.1.019.008.500 Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, 2010. Atau = total biaya tidak langsung tetap + total biaya tidak langsung variabel = Rp. 790.000.000 + Rp. 1.019.008.500 = Rp. 1. 809.008.500

D. Manfaat Pengawasan Biaya Produksi Terhadap Keputusan Manajemen.

Tinggi rendahnya biaya produksi yang dikeluarkan sangat mempengaruhi laba yang akan diperoleh perusahaan, karenanya perlu mendapat perhatian khusus dalam melakukan pengawasan oleh manajemen. Dengan pengawasan biaya produksi ini, tujuan perusahaan untuk memperoleh laba akan dapat tercapai. Pengawasan biaya produksi dapat dilakukan dengan menggunakan rencana kerja dan anggaran perusahaan yaitu anggaran biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya tidak langsung. Membandingkan rencana kerja dan anggaran tersebut dengan realisasinya maka manajemen perusahaan akan memperoleh informasi ada tidaknya ketidakefisienan dan ketidakefektifan pemborosanpenyelewengan yang terjadi dalam proses produksi. Jika ada pemborosanpenyelewengan maka perlu diambil tindakan perbaikan untuk mengurangi atau bahkan mencegah terjadinya pemborosanpenyelewengan. Pemborosanpenyelewengan yang dapat dikurangidicegah melalui pengawasan biaya produksi tentunya sangat menguntungkan bagi manajemen karena manajemen dapat mengambil keputusan yang tepat dalam hal penentuan tingkat harga, memilih barang atau jasa yang akan diprooduksi dan dijual, menyeleksi pelanggan, menentukan jumlah tenaga kerja, upah yang sesuai dan waktu kerja yang