Peraturan dan Perundang-undangan Yang Berkaitan Dengan Keuangan Daerah

Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010. menjadi Dewan Perwakilan Rakyat Aceh DPRA bagi propinsi serta Dewan Perwakilan Rakyat KabupatenKota bagi kabupatenkota.

2. Peraturan dan Perundang-undangan Yang Berkaitan Dengan Keuangan Daerah

dan Otonomi Khusus Sejak otonomi daerah mulai diberlakukan di Negara Kesatuan Republik Indonesia maka sejak saat itu sampai dengan sekarang telah banyak peraturan serta perundang- undangan yang dibuat. Peraturan tersebut mulai dari undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden, serta peraturan menteri. Kesemuannya dibuat agar pelaksanaan otonomi dapat berjalan dengan baik. Seperti diketahui, hal yang paling esensial dari adanya otonomi daerah ini adalah pada bidang keuangan. Bidang keuangan merupakan kunci dari penentu berhasil atau tidaknya otonomi daerah diterapkan di daerah-daerah di Indonesia Halim, 2002. Menurut Mahmudi dalam Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik 2006 : 23 menyatakan bahwa perjalanan reformasi manajemen keuangan daerah, dilihat dari aspek historis, dapat dibagi dalam tiga fase, yaitu “Era sebelum otonomi daerah, era transisi otonomi, era pascatransisi”. Era pra-otonomi daerah merupakan pelaksanaan otonomi ala Orde Baru mulai Tahun 1975 sampai 1999. Era transisi ekonomi adalah masa antara Tahun 1999 hingga 2004, dan era pascatransisi adalah masa setelah diberlakukannya UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004, UU Nomor 15 Tahun 2004, UU Nomor 32 dan 33 Tahun 2004. PP Nomor 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah memiliki keterkaitan dengan PP Nomor 108 Tahun 2000 tentang Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010. Pertanggungjawaban Kepala Daerah. Pengelolaan keuangan daerah secara khusus diatur dalam pasal 14 PP Nomor 105 Tahun 2000 yang menyatakan bahwa: a. Ketentuan tentang pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah. b. Sistem dan Prosedur Pengelolaan keuangan Daerah diatur dengan Keputusan Kepala Daerah ; dan c. Pedoman tentang Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasa keuangan Daerah, serta tata Cara penyusunan APBD, Pelaksanaan tata Usaha Keuangan Daerah, dan Penyusunan perhitungan APBD ditetapkan Keputusan Mneteri dalam Negeri. Berdasarkan ketentuan PP Nomor 105 Tahun 2000 Pasal 14 tersebut, kemudian Departemen Dalam Negeri mengeluarkan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002. Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 tersebut merupakan petunjuk teknis pelaksanaan PP Nomor 105 Tahun 2000 di bidang pengelolaan keuangan daerah dalam rangka pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah. PP Nomor 105 Tahun 2000 saat ini telah dirubah menjadi PP Nomor 58 Tahun 2005 dan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 saat ini telah dirubah menjadi Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 memberikan pendekatan baru dalam pengelolaan keuangan daerah. Perubahan-perubahan yang terjadi cukup besar, namum tetap dilakukan secara bertahap sesuai semangat reformasi, tidak radikal dan evolusioner. Berbagai perubahan dari pola lama ke pola baru yang diakibatkan kedua peraturan tersebut dapat lihat pada tabel berikut: Tabel 2.1 Perubahan Setelah PP Nomor 105 tahun 2000 PP 105 Tahun 2000 PERUBAHAN YANG MENDASAR LAMA BARU Sistem Anggaran Tradisional dengan ciri: Sistem Anggaran Kinerja Performance Budget Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010. Line-item Incrementalism Sistem Anggaran Berimbang Sistem Anggaran Defisit Struktur Anggaran: • Pendapatan, dan • Belanja Struktur Anggaran: • Pendapatan • Belanja • Pembiayaan Belanja dibagi: • Belanja rutin • Belanja pembangunan Belanja dikategorikan: • Belanja Administrasi Umum, • Belanja Operasi dan Pemeliharaan, • Belanja Modal, • Belanja Tidak Tersangka Belanja dipisahkan per sektor; tidak ada pemisahan Belanja Publik dengan Belanja Aparatur Belanja dipisahkan menjadi: • Belanja Aparatur, dan • Belanja Publik Peminjaman sebagai komponen Pendapatan Pinjaman sebagai komponen pembiayaan Laporan Pertanggungjawaban: Nota Perhitungan APBD Laporan Pertanggungjawaban : • Neraca • Laporan Arus kas • Laporan Perhitungan APBD • Nota Perhitungan APBD Sumber: Diolah dari Forum Dosen Akuntansi, 2006 : 26 Perubahan yang signifikan yang diakibatkan oleh Kepmendagri 292002, yaitu terkait dengan penatausahaan keuangan daerah. Perubahan itu sudah sampai pada teknik akuntansinya yang meliputi perubahan dalam pendekatan sistem akuntansi dan prosedur pencatatan, dokumen dan formulir yang digunakan. Tabel 2.2 Perubahan Setelah Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 KEPMENDAGRI NOMOR 29 TAHUN 2002 PERUBAHAN YANG MENDASAR LAMA BARU Struktur APBD: • Pendapatan • Belanja Struktur APBD: • Pendapatan • Belanja • Pembiayaan Arah dan kebijakan Umum APBD Pemegang Kas Daerah Bendaharawan Umum Daerah Bendaharawan Rutin Pembangunan Satuan Pemegang Kas Pembantu Pemegang Kas Pembukuan Tunggal single entry Pembukuan Berpasangan double entry Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010. Akuntansi Berbasis Kas Akuntansi Berbasis Kas Modifikasian Tidak ada Kebijakan Akuntansi Kebijakan Akuntansi Tidak Dikenal Depresiasi Aktiva Tetap Pembukuan Asset Daerah: • Nilai Buku • Depresiasi Kapitalisasi • Penghapusan Asset • Manajemen Asset Daerah Belum diwajibkan membuat Laporan Keuangan berupa Neraca dan Laporan Arus Kas Sistem Akuntansi Keuangan Daerah: • Sistem Pengendalian Internal • Prosedur Akuntansi • DokumenFormulir Catatan Akuntansi • Manajemen Asset Daerah Pengawasan oleh banyak pihak: Itwilprop, Itwilkab, Irjen, BPKP, dan BPK Pengawasan Internal Pengelolaan Keuangan Daerah Bawasda Sumber : Diolah dari Forum Dosen Akuntansi, 2006 : 27 Perubahan UU Nomor 22 dan 25 tahun 1999 menjadi UU Nomor 32 dan 33 Tahun 2004 menimbulkan implikasi perlunya dilakukan revisi peraturan perundang-undangan dibawahnya terkait dengan pengelolaan keuangan daerah, seperti PP Nomor 105, PP Nomor 108, dan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002. Sementara itu, pada tahun 2005, pemerintah mengeluarkan PP Nomor Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan SAP. Menurut Mahmudi 2006 : 29 “pada dasarnya antara PP Nomor 24 Tahun 2005 mengatur tentang standar akuntansi, sedangkan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 lebih banyak mengatur tantang sistem akuntansi pemerintah daerah.” Menurut Halim 2007 : 42 pada organisasi pemda : Laporan keuangan yang dikehendaki diatur oleh PP Nomor 105 Tahun 2000 Serta Kepmendagri Nomor 29 tahun 2002 Pasal 81 ayat 1 dan lampiran XXIX butir 11 peraturan tersebut diperbaharui dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 mengenai Standar Akuntansi Pemerintah, PP Nomor 58 Tahun 2005 mengenai Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006. Tabel 2.3 Perbandingan Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 dengan PP No. 24 Tahun 2005 Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010. Kepmendagri No. 29 tahun 2002 PP No. 24 tahun 2005 Basis kas Modifikasian Menuju Basis Akrual Basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan laporan LR Basis akrual untuk pencatatan asset, kewajiban dan ekuitas dana Neraca Aktiva Tetap diakui pada akhir periode dengan menyesuaikan Belanja Modal yang telah terjadi Aktivaasset tetap diakui pada saat hak kepemilikan berpindah dan atau saat diterima Aktiva tetap selain tanah didepresiasi dengan metode garis lurus berdasarkan umur ekonomisnya Aktiva tetap selain tanah dapat didepresiasi sengan metode garis lurus, metode saldo menurun dan metode unit produksi Kewajiban diakui menjadi belanja aparatur dan belanja publik Diakui pada saat dana pinjaman diterima dan atau kewajiban timbul Terdapat dana depresiasi Tidak terdapat dana depresiasi Jenis laporan keuangan: • Neraca • Laporan Perhitungan APBD • Laporan Aliran Kas • Nota Perhitungan APBD Jenis Laporan Keuangan: • Neraca • Laporan Realisasi Anggaran • Laporan Arus Kas • Catatan atas Laporan Keuangan Belanja dikelompokkan menjadi belanja aparatur dan belanja publik Tidak terdapat ketentuan mengelompokkan belanja aparatur dan belanja publik Belanja dikategorikan: • Belanja administrasi umum • Belanja operasi dan pemeliharaan • Belanja modal • Belanja tidak tersangka Masing-masing belanja dikelompokka menjadi: • Belanja Pegawai dan Personalia • Belanja Barabg dan Jasa • Belanja Perjalanan Dinas • Belanja Pemeliharaan Belanja dikelompokkan menurut klasifikasi ekonominya yaitu: Belanja Operasi • Belanja pegawai • Belanja barang • Bunga • Subsidi • Hibah • Bantuan sosial Belanja Modal Belanja Tak Terduga Laporan Aliran Kas dikelompokkan dalam tiga aktivitas yaitu: • Aktivitas Operasi • Aktivitas Investasi • Pembiayaan Laporan Arus Kas dikelompokkan dalam empat aktivitas, yaitu • Aktivitas operasi • Aktivitas investasi • Pembiayaan • Aktivitas non-anggaran Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010. Sumber : Diolah dari Forum dosen Akuntansi, 2006 : 30 Atas dasar itu maka pemerintah mengeluarkan PP Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan keuangan daerah dan Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan keuangan. PP No. 58 tahun 2005 merupakan pengganti dari PP No. 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah yang selama ini dijadikan sebagai landasan hukum dalam penyusunan APBD, pelaksanaan, penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah. Substansi materi kedua PP dimaksud, memiliki persamaan yang sangat mendasar khususnya landasan filosofis yang mengkedepankan prinsip efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas. Sedangkan perbedaan, dalam pengaturan yang baru dilandasi pemikiran yang lebih mempertegas dan menjelaskan pengelolaan keuangan daerah, sistem dan prosedur serta kebijakan lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dibidang penetausahaan, akuntansi, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan daerah. Tujuan dikeluarkannya PP No. 58 Tahun 2005 dan Permendagri No.13 Tahun 2006 adalah agar pemerintah daerah dapat menyususn laporan keuangan sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan SAP yaitu PP No. 24 Tahun 2005 yang merupakan panduan atau pedoman bagi pemerintahan daerah dalam menyajikan keuangan yang standar, bagaimana perlakuan akuntansi, serta kebijakan akuntansi. Khusus untuk propinsi NAD mengenai regulasi tentang keuangan daerah telah diatur dalam Qanun No. 7 Tahun 2002 Tentang pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan. Dalam Qanun ini dikatakan bahwa Kepala daerah adalah pemegang kekuasaan umum dalam pengelolaan keuangan. Asas dalam pengelolaan keuangana adalah tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku efisien, efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.

Dokumen yang terkait

Studi Komperatif Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebelum dan Sesudah Otonomi Khusus (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Aceh Timur).

1 47 113

Restrukturisasi Organisasi Perangkat Daerah Dalam Rangka Pelaksanaan UU No. 22 Tahun 1999 Dan Otonomi Khusus Di Provinsi Naggroe Aceh Darussalam

0 31 190

PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI KHUSUS PADA KABUPATEN/KOTA SE- PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN PAPUA

3 34 72

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PADA ERA OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN BOYOLALI

0 5 131

OTONOMI KHUSUS DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN ( PEMKAB ) NABIRE SEBAGAI DAERAH OTONOM DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT DI ERA OTONOMI KHUSUS.

0 3 10

EVALUASI KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH MELALUI ANALISIS RASIO KEUANGAN APBD DALAM ERA OTONOMI DAERAH Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar).

0 1 9

ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI.

0 1 9

ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO.

0 0 13

ANALISIS PERBANDINGAN DAN PERKEMBANGAN KINERJAKEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM ERA OTONOMI ANALISIS PERBANDINGAN DAN PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM ERA OTONOMI DAERAH PADA KABUPATEN KLATEN DAN KABUPATEN SRAGEN.

0 2 14

OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH SEBAGAI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

0 0 25