Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.
pemekaran wilayah hingga sekarang mencapai 5 pemerintahan kota dan 18 kabupaten yaitu sebagai berikut yaitu : Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh
Besar, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh
Timur, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Gayo Luwes, Kabupaten Naga Raya, Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie jaya, dan Kabupaten
Simeulue. Dan 5 Kota : Kota Banda Aceh, Kota Langsa, Kota Lhoksemawe, Kota Sabang, dan Kota
Subussalam. Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam secara spesifik memiliki letak geografis yang
sangat strategis, yaitu berada pada jalur lintas barat Negara Republik Indonesia yang terletak antara 2°-6° Lintang Utara dan antara 95°- 98° Bujur Timur, dan memiliki luas 55.390 km²,
maka Propinsi NAD juga menjadi Lintas Perdagangan Internasional dengan lambang Pancacita dari bahasa Sansekerta, yang artinya “Lima cita-cita”.
B. Perhitungan dan Analisis Perkembangan Rasio dan Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah Nanggroe Aceh Darussalam.
1. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal
Pendapatan Asli Daerah Rasio Desentralisasi =
x 100 Total Penerimaan Daerah
Rasio Pendapatan Asli Daerah Terhadap Penerimaan Daerah = Bagi Hasil pajak dan Bukan Pajak Untuk Daerah
x 100 Total Penerimaan Daerah
Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.
Tabel 4.1 Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal
Kabupaten-kabupaten di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2004-2007
No Nama Daerah PADTPD Tahun
BHPBPTPD Tahun 2005
2006 2007
2005 2006
2007
1 Aceh Selatan
1,56 2,17
2,92 25,69
18,07 12,62
2 Aceh Tenggara
0,98 0,86
2,38 26,95
19,59 10,78
3 Aceh Barat
3,23 3,58
4,72 25,33
17,36 12,14
4 Aceh Besar
2,84 2,62
3,06 21,34
14,65 10,45
5 Aceh Tengah
2,16 2,34
3,97 _
15,88 7,89
6 Aceh Utara
4,55 9,78
9,43 45
40,24 41,86
7 Aceh Timur
0,16 1,63
1,56 38,20
28,66 23,53
8 Aceh Tamiang
2,20 2,18
4,08 38,49
30,31 20,39
9 Aceh Singkil
1,81 2,23
1,78 15,68
18,14 11,80
10 Gayo luwes
0,49 0,81
1,44 31,52
23,95 17,53
Rata-Rata 1 1,99
2,82 3,53
Rata-Rata 2 26,82
22,68 16,89
Derajat desentralisasi fiskal digunakan untuk melihat kontribusi pendapatan asli daerah PAD terhadap pendapatan daerah secara keseluruhan. Secara umum, semakin tinggi
kontribusi pendapatan asli daerah PAD terhadap total penerimaan daerah dan semakin tinggi kemampuan daerah untuk membiayai pengeluarannya sendiri akan menunjukkan
kinerja keuangan daerah yang positif. Dalam hal ini, kinerja keuangan positif dapat diartikan
Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.
sebagai suatu kemandirian keuangan daerah dalam membiayai kebutuhan daerah dan mendukung pelaksanaan otonomi daerahotonomi khusus pada daerah tersebut.
Tabel 4.1 menunjukkan derajat desentralisasi fiskal Kabupaten-kabupaten yang berada di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam setelah diberlakukan status otonomi khusus
mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2007. Sebagai hasilnya kita dapat melihat terjadinya peningkatan dan penurunan PAD dari tahun 2005-2007 yang menandakan terjadinya
peningkatan dan penurunan kinerja keuangan pemerintah kabupaten-kabupaten di Propinsi NAD setelah diberlakukannya kebijakan otonomi khusus. Kabupaten-kabupaten yang
mengalami peningkatan pendapatan asli daerah PAD terhadap total penerimaan daerah TPD mulai tahun 2005-2007 antara lain adalah kabupaten Aceh selatan, Aceh Barat, Aceh
Tengah, Aceh Utara, dan Gayo Luwes. Sedangkan untuk kabupaten-kabupaten yang mengalami penurunan pendapatan asli daerah PAD terhadap total penerimaan daerah TPD
antara lain adalah kabupaten Aceh Tenggara, Aceh Besar, Aceh Timur, Aceh Tamiang, dan Aceh Singkil. Sehingga dengan adanya peningkatan dan penurunan pendapatan asli daerah
PAD pada kabupaten-kabupaten di propinsi NAD juga menandakan bahwa terjadinya penurunan dan peningkatan kinerja pemerintahan yang terjadi selama tahun 2005-2007.
Penurunan kinerja pemerintah tersebut diakibatkan karena adanya ketidakkonsistenan pemerintah dalam kinerjanya. Seperti adanya ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola
pendapatan asli daerah, dan juga terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan sehingga menyebabkan penurunan kapasitas fiskal daerah, karena beberapa sumber penerimaan daerah
misalnya Pajak dan Retribusi cenderung menurun, baik jenisnya maupun nominalnya. Secara umum Kabupaten yang memiliki persentase PAD yang paling tinggi dimulai
dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 adalah Aceh Utara sebesar 9,43 yang artinya tingkat perbandingan PAD terhadap TPD kabupaten tersebut merupakan kabupaten yang
paling baik atau kabupaten yang paling mampu untuk membiayai pengeluarannya sendiri.
Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.
Kemampuan kabupaten Aceh Utara untuk membiayai daerahnya sendiri didasarkan kepada kemampuan pemerintah kabupaten tersebut untuk mengumpulkan pendapatan asli daerah
seperti pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain. Sedangkan untuk kabupaten yang memiliki persentase paling rendah mulai tahun 2005 sampai tahun 2007 adalah Gayo Luwes
yaitu sebesar 1,44 yang artinya kabupaten tersebut memiliki pendapatan asli daerah yang sangat kecil dibandingkan total pendapatan daerah tersebut. Hal ini dikarenakan adanya
berbagai faktor seperti luas kabupaten dan jumlah penduduk yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lainnya, sehingga pendapatan asli daerah yang
diperoleh dari penduduk misalnya iuran pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah menghasilkan total PAD dalam jumlah yang rendahsedikit.
Untuk rasio BHPBP terhadap TPD pada kesepuluh kabupaten di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam setelah diberlakukannya otonomi khusus mulai dari tahun 2005-2007
terjadi penurunan. Hal ini dikarenakan kabupaten di propinsi NAD menerapkan otonomi khusus sehingga dana yang disetorkan ke pemerintah pusat tidak seluruhnya, sebagian dana
digunakan untuk pengembangan daerah di NAD, sehingga dana yang dikembalikan oleh pemerintah pusat ke pemerintah daerah pun semakin tahun semakin berkurang.
Berdasarkan interval kriteria kinerja keuangan hasil penemuan tim Fisipol UGM Tabel 2.4, maka kita dapat menyimpulkan bahwa persentase derajat desentralisasi fiskal
untuk rasio pendapatan asli daerah PAD terhadap total penerimaaan daerah TPD pada sepuluh kabupaten yang berada di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang diteliti mulai
dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 berada pada posisi sangat kurang. Hal tersebut menandakan bahwa pada kabupaten-kabupaten tersebut kinerja keuangan pemerintahannya
masih sangat kurang. Kualitas pemerintahan, yang merupakan variabel gabungan dari partisipasi
masyarakat, orientasi pemerintah, pembangunan sosial, dan manajemen ekonomi makro
Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.
berhubungan positif dengan derajat desentralisasi fiskal. Artinya, semakin tinggi derajat desentralisasinya maka semakin baik pula partisipasi masyarakatnya, orientasi pemerintah,
pembangunan sosial, dan manajemen ekonomi makro. Sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas pemerintahan pemerintah Kabupaten-kabupaten yang berada di Propinsi NAD
setelah diberlakukannya status otonomi khusus masih kurang baik.
2. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah