Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.
a. Defenisi dan Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah daerah
Menurut Mahsun 2006 : 25 “Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatanprogramkebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan
visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis strategic planning suatu organisasi.
Disamping itu, menurut Sedarmayanti 2003 : 64 “Kinerja performance diartikan sebagai hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara
keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat diukur dengan dibandingkan standar yang telah ditentukan”.
Faktor kemampuan sumber daya aparatur pemerintah terdiri dari kemampuan potensi IQ dan kemampuan ability knowledge + skill, sedangkan faktor motivasi terbentuk dari
sikap attitude sumber daya aparatur pemerintah dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang mengerakkan sumber daya aparatur pemerintah dengan terarah
untuk mencapai tujuan pemerintah, yaitu good governance. Menurut Mardiasmo 2002 : 121 “Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah
suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai alat ukur finansial dan nonfinansial.
Dalam penelitian ini, istilah yang penulis maksudkan dengan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah adalah tingkat capaian dari suatu hasil kerja di bidang keuangan daerah
yang meliputi penerimaan dan belanja daerah dengan menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu periode
anggraran. Bentuk kinerja tersebut berupa rasio keuangan yang terbentuk dari unsur Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah berupa perhitungan APBD.
Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.
b. Tujuan dan Manfaaat Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Prestasi pelaksanaan program yang dapat diukur akan mendorong pencapaian prestasi tersebut. Pengukuran prestasi yang dilakukan secara berkelanjutan memberikan umpan balik
untuk upaya perbaikan secara terus menerus dan pencapaian tujuan di masa mendatang. Salah satu alat menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan
daerahnya adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakannya. Menurut Widodo dalam Halim 2002 : 126 hasil analisis
rasio keuangan ini bertujuan untuk : 1.
Menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi daerah.
2. Mengukur efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan daerah.
3. Mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah daerah dalam membelanjakan
pendapatan daerahnya. 4.
mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam pembentukan pendapatan daerah.
5. Melihat pertumbuhan perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran ynag
dilakukan selama periode waktu tertentu.
Menurut Widodo dalam Halim 2000 : 126 terdapat beberapa analisa rasio didalam pengukuran kinerja keuangan daerah yang dikembangkan berdasarkan data
keuangan yang bersumber dari APBD adalah sebagai berikut :
1 Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal
Ukuran ini menunjukkan kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk menggali dan mengelola pendapatan. Rasio ini
dimaksudkan untuk mengukur tingkat kontribusi Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber pendapatan yang dikelola sendiri oleh daerah terhadap total penerimaan daerah.
Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.
Pendapatan Asli Daerah PAD merupakan penerimaan yang berasal dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan milik daerah
serta lain-lain pendapatan yang sah. Total Pendapatan Daerah merupakan jumlah dari seluruh penerimaan dalam satu tahun anggaran.
Pendapatan Asli Daerah Rasio Desentralisasi =
x 100 Total Penerimaan Daerah
Rasio Pendapatan Asli Daerah Terhadap Penerimaan Daerah = Bagi Hasil pajak dan Bukan Pajak Untuk Daerah
x 100 Total Penerimaan Daerah
Bagi Hasil Pajak merupakan pajak yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat untuk kemudian didistribusikan antara pusat dan daerah otonom. Rasio ini dimaksudkan untuk
mengukur tingkat keadilan pembagian sumber daya daerah dalam bentuk bagi hasil pendapatan sesuai potensi daerah terhadap total penerimaan daerah. Semakin tinggi hasilnya
maka suatu daerah tersebut semakin mampu membiayai pengeluarannya sendiri tanpa bantuan dari pemerintah pusat. Derajat desentralisasi fiskal, khusunya komponen PAD
dibandingkan dengan TPD, menurut hasil penemuan Tim Fisipol UGM menggunakan skala interval sebagaimana yang terlihat dalam tabel berikut :
Tabel 2.4 Skala Interval Derajat Desentralisasi Fiskal
PADTPD Kemampuan Keuangan Daerah
10.00 Sangat Kurang
10.01 – 20.00 Kurang
Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.
20.01 – 30.00 Cukup
30.01 – 40.00 Sedang
40.01 – 50.00 Baik
50.00 Sangat Baik
Sumber: Munir, 2004:106 2
Rasio Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah
Kemandirian keuangan daerah otonom fiskal menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada
masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya
pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain, misalnya bantuan pemerintahan pusatpropinsi ataupun dari pinjaman.
Total Pendapatan Asli daerah PAD Rasio Kemandirian =
Bantuan Pemerintah PusatPropinsi dan Pinjaman Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana
ekstern. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern terutama Pemerintah Pusat dan Propinsi semakin
rendah, dan demikian pula sebaliknaya. Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian,
semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama pendapatan asli daerah. Semakin tinggi masyarakat membayar
pajak dan retribusi daerah akan menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin tinggi.
Ukuran ini menunjukkan tingkat efisiensi dari setiap penggunaan uang daerah sisa anggaran Sisa perhitungan Anggaran merupakan selisih lebih antara penerimaan daerah atas
Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.
belanja yang dikeluarkan dalam satu tahun anggaran ditambah selisih lebih transaksi pembiayaan penerimaan dan pengeluaran. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat
kemampuan perencanaan sesuai prinsip-prinsip disiplin anggaran sehingga memungkinkan setiap pengeluaran belanja menghasilkan sisa anggaran sehingga memungkinkan setiap
pengeluaran belanja menghasilkan sisa anggaran. Semakin kecil rasio akan menunjukkan peran perencanaan dan pelaksanaan anggaran semakin baik.
Pengeluaran lainnya merupakan pengeluaran yang bersal dari pengeluaran tidak termasuk bagian lain ditambah dengan pengeluaran tidak tersangka yang direalisasikan dalam
satu tahun anggaran. Total Belanja Daerah merupakan jumlah keseluruhan pengeluaran daerah dalam satu tahun anggaran yang membebani anggaran daerah. rasio ini mengukur
pengendalian dan perencanaan anggaran belanja. Semakin kecil rasio akan menunjukkan bahwa pemerintah daerah telah berupaya sejauh mungkin mengurangi biaya lain-lain atau
biaya taktis yang tidak jelas tujuan pemenfaatannya.
3 Rasio Aktifitas Rasio Keserasian
Rasio ini menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal. Semakin tinggi
persentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin berarti persentase belanja investasi belanja pembangunan yang digunakan untuk menyediakan sarana prasarana ekonomi
masyarakat cenderung semakin kecil. Secara sederhana rasio keserasian itu dapat diformulasikan sebagai berikut :
Total Belanja Rutin
Rasio Belanja Rutin terhadap APBD = Total APBD
Total Belanja Pembangunan
Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.
Rasio Belanja Pembangunan terhadap APBD = Total APBD
Belum ada patokan yang pasti berapa besarnya rasio belanja rutin maupun pembangunan terhadap APBD yang ideal, karena sangat dipengaruhi oleh dinamisasi
kegiatan pembangunan dan besarnya kebutuhan investasi yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan yang ditargetkan. Namun demikian, sebagai daerah dinegara berkembang
peranan pemerintah daerah untuk memacu pelaksanaan pembangunan masih relatif besar. Oleh karena itu, rasio belanja pembangunan yang relatif masih kecil perlu ditingkatkan sesuai
dengan kebutuhan pembangunan didaerah.
4 Rasio Efektifitas dan Efesiensi Pendapatan Asli Daerah
Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang
ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
Rasio efektifitas = Penerimaan PAD yg Ditetapkan Berdasarkan
Potensi Riil Daerah Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang
dicapai mencapai minimal 1 satu atau 100 persen. Namun demikian semakin tinggi rasio efektifitas, menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik. Guna memperoleh
ukuran yang lebih baik, rasio efektifitas tersebut perlu dipersandingkan dengan rasio efesiensi yang dicapai pemerintah daerah.
Rasio efesiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang
diterima. Kinerja keuangan pemerintah daerah dalam melakukan pemungutan pendapatan dikategorikan efesien apabila yang dicapai kurang dari 1 satu atau dibawah 100 persen.
Semakin kecil rasio efesiensi berarti kinerja pemerintahah daerah semakin baik.
Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.
Biaya yang dikeluarkan untuk memungut PAD Rasio efisiensi =
Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
5 Rasio Pertumbuhan
Dalam rasio pertumbuhan ini akan dilihat empat pertumbuhan komponen APBD yaitu: Pendapatan Asli Daerah, Total Pendapatan Daerah, Total Belanja Rutin, dan Total
Belanja Pembangunan. Rasio pertumbuhan Growth Ratio mengukur severapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya
yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya. Dengan diketahuinya pertumbuhan untuk masing-masing komponen sumber pendapatan dan pengeluaran, dapat digunakan
mengevaluasi potensi-potensi mana yang perlu mendapatkan perhatian. Realisasi Penerimaan APBD Xn-Xn-1
Realisasi Pertumbuhan APBD = Realisasi Penerimaan PAD Xn-1
Realisasi Penerimaan Pendapatan Xn-Xn-1 Rasio Pertumbuhan pendapatan =
Realisasi Penerimaan Pendapatan X n -1 Realisasi Belanja Rutin Xn-Xn-1
Rasio Pertumbuhan Belanja Rutin = Realisasi Belanja Rutin Xn-1
Realisasi Belanja Pembangunan Xn-Xn-1 Rasio Pertumbuhan Belanja Pembangunan
=
Realisasi Belanja Pembangunan Xn-1 Keterangan :
Xn = Tahun Yang dihitung Xn-1 = Tahun SebelumnyaEfisiensi Penggunaan Anggaran
Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian seperti ini pernah dilakukan oleh Ahzir Erfa 2008 mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dengan judul “ Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah Setelah Otonomi Khusus Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Aceh Utara”. Didalam melakukan analisis data peneliti menggunakan indikator rasio didalam pengukuran
kinerja keuangan pemerintah daerah setempat, antara lain ; Rasio Kemandirian, Rasio Efektifitas dan Efesiensi Pendapatan Asli Daerah, Rasio Keserasian, Rasio Upaya Fiskal,
Rasio Pertumbuhan, Rasio Desentralisasi Fiskal. Dari hasil analisis data dapat digambarkan bahwa dengan diberlakukannya otonomi khusus dapat merubah dan menaikkan rata-rata
kinerja pemerintah daerah Kabupaten Aceh Utara. Dimana PAD mengalami peningkatan dengan sedikit bantuan yang diperoleh pusat dan propinsi, pemerintah dapat meminimumkan
biaya yang digunakan untuk memungut PAD, pemerintah mulai bisa manyeimbangkan antara belanja pembangunan dan belanja rutin, upaya fiskal dan pertumbuhan daerah serta kinerja
pemerintah daerah kabupaten Aceh Utara dalam hal pajak daerah sangat maksimal. Penelitian juga pernah dilakukan oleh Martha Yurdila Janur 2009 mahasiswi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dengan judul Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo Sesudah Otonomi Daerah. Pengujian akan