Rasio Aktivitas Perhitungan dan Analisis Perkembangan Rasio dan Kinerja Keuangan Pemerintah

Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010. Oleh karena itu pemerintahan kabupaten-kabupaten yang berada di propinsi NAD harus lebih cermat menghitung seberapa besar biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan seluruh pendapatan yang diterimanya sehingga dapat diketahui apakah kegiatan pemungutan pendapatannya tersebut efisien atau tidak. Hal ini perlu dilakukan karena meskipun pemerintah daerah berhasil merealisasikan penerimaan pendapatan sesuai dengan target yang ditetapkan, namun keberhasilan itu kurang memiliki arti apabila ternyata biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan target penerimaan pendapatannya itu lebih besar daripada realisasi pendapatan yang diterimanya.

4. Rasio Aktivitas

Total Belanja Rutin Rasio Belanja Rutin terhadap APBD = x 100 Total APBD Total Belanja Pembangunan Rasio Belanja Pembangunan terhadap APBD= x100 Total APBD Tabel 4.5 Rasio Aktifitas Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2005-2007 No. Nama daerah Rasio Belanja Rutin Terhadap APBD Tahun Rasio Belanja Pembangunan Terhadap APBD Tahun 2005 2006 2007 2005 2006 2007 1 Aceh Selatan 62,82 49,56 13,50 21,03 18,43 25,46 2 Aceh Tenggara 57,61 52,73 7,91 15,58 20,37 35,99 3 Aceh Barat 59,78 82,16 0,32 36,97 17,25 32,69 4 Aceh Besar 69,00 63,30 9,20 16,77 22,16 28,63 5 Aceh Tengah 74,28 50,23 7,92 16,31 35,09 34,34 6 Aceh Utara 23,37 15,48 54,35 11,64 8,06 16,82 7 Aceh Timur 62,76 58,35 22,49 28,79 18,83 25,24 8 Aceh Tamiang 44,74 30,86 36,22 17,95 15,56 18,17 9 Aceh Singkil 69,01 57,38 4,84 23,72 27,94 38,19 10 Gayo Luwes 55,80 59,27 1,25 44,20 35,11 42,39 Rata-rata 1 58,32 51,93 15,73 Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010. 23,30 21,88 29,79 Rasio ini menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal. Semakin tinggi persentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin berarti persentase belanja investasi belanja pembangunan yang digunakan untuk menyediakan sarana prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil. Belum ada patokan yang pasti berapa besarnya rasio belanja rutin maupun pembangunan terhadap APBD yang ideal, karena sangat dipengaruhi oleh dinamisasi kegiatan pembangunan dan besarnya kebutuhan investasi yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan yang ditargetkan. Namun demikian, sebagai daerah dinegara berkembang peranan pemerintah daerah untuk memacu pelaksanaan pembangunan masih relatif besar. Oleh karena itu, rasio belanja pembangunan yang relatif masih kecil perlu ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan pembangunan didaerah. Berdasarkan Perhitungan tabel 4.5 diatas maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa untuk sebagian besar kabupaten-kabupaten yang berada di Propinsi NAD setelah diberlakukannya kebijakan otonomi khusus di mulai pada tahun 2005 pemerintahan kabupaten dipropinsi NAD lebih memprioritaskan alokasi dananya terhadap belanja rutin dengan persentase rata-ratanya sebesar 58,32 sedangkan persentase rata-rata rasio belanja pembangunan terhadap APBD masih relatif kecil hanya sebesar 23,30 yang berarti semakin tingginya persentase rasio belanja rutin terhadap APBD menandakan semakin rendah persentase belanja pembangunan atau investasi yang digunakan untuk menyediakan sarana prasarana ekonomi masyarakat. Kabupaten-kabupaten yang banyak mengalokasikan dananya ke belanja rutin diatas 50 dananya dialokasikan kebelanja rutin antara lain : Kabupaten Aceh selatan, Aceh Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010. Tenggara, Aceh Barat, Aceh Besar, Aceh Tengah, Aceh Timur, Aceh Timur, Aceh Singkil, dan Gayo Luwes. Sedangkan untuk Kabupaten Aceh Utara dan Aceh Tamiang alokasi dananya untuk biaya rutin maupun biaya pembangunan dibawah 50 ini berarti alokasi dananya yang terbesar bukan untuk belanja rutin maupun belanja pembangunan. Sama halnya pada tahun 2006 pemerintahan Kabupaten NAD juga masih memprioritaskan alokasi dananya terhadap belanja rutin dengan persentase rata-rata rasio belanja rutin terhadap APBD sebesar 51,93 sedangkan persentase rata-rata rasio belanja pembangunan terhadap APBD menjadi semakin kecil dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 21,88. Kabupaten-kabupaten yang lebih banyak mengalokasikan dananya kebelanja rutin antara lain kabupaten Aceh Tenggara, Aceh Barat, Aceh Besar, Aceh Tengah, Aceh Timur, Aceh Singkil, dan Gayo Luwes. Sedangkan untuk kabupaten Aceh Selatan, Aceh Utara, dan Aceh Tamiang alokasi dananya untuk biaya rutin maupun biaya pembangunan sangat rendah dalam hal ini dana alokasinya dibawah 50. Ini menunjukkan bahwa alokasi dana yang tersedia tidak digunakan untuk belanja rutin dan belanja pembangunan. Pada tahun anggaran 2007 persentase rasio belanja rutin terhadap APBD mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya menjadi 15,73 dan persentase rasio pembangunan terhadap APBD mengalami kenaikan yaitu berada diatas rasio belanja rutin dan juga mengalami peningkatan dari dua tahun sebelumnya menjadi 29,79. Pada tahun ini sudah banyak kabupaten-kabupaten yang mengalokasikan dana yang lebih besar untuk belanja pembangunan meskipun dana yang dialokasikan masih dibawah 50, namun persentase rasio belanja pembangunan terhadap APBD pada tahun 2007 menunjukkan persentase rasio yang lebih besar jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya antara lain yaitu kabupaten Aceh Selatan, Aceh Tenggara, Aceh Barat, Aceh Besar, Aceh Utara, Aceh Tamiang, Aceh singkil, dan Gayo Luwes. Hal ini menunjukkan bahwa persentase rasio Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010. belanja pembangunan mengalami kenaikan dibandingkan rasio belanja rutin yang menandakan bahwa Pemerintahan kabupaten-kabupaten yang berada di propinsi NAD sudah mulai mengalihkan fokus aktivitas wilayah pemerintahannya dengan lebih mengarah kepada belanja pembangunan yang tentunya ini akan memberikan dampak kepada usaha peningkatan pendapatan daerah dari segi pembangunan daerah. Aktivitas wilayah merupakan rangkaian kegiatan yang tidak terpisahkan dari pengembangan yang terpadu dengan memanfaatkan saling keterkaitan antar sektor yamg membentuk struktur ruang wilayah. Wilayah sebagai wadah kegiatan ekonomi memiliki peran penting bagi wilayahnya sendiri maupun daerah sekitar wilayah. Memahami sistem aktivitas wilayah, pola perilaku manusia merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan wilayah, yaitu sistem kegiatan yang menyangkut hubungan yang lebih kompleks cross relationship dengan berbagai sistem kegiatan yang lain, baik dengan perorangan, kelompok, dan lembaga. Sehingga ini menunjukkan awal yang lebih baik bagi Kabupate-kabupaten yang berada dipropinsi NAD untuk lebih fokus didalam membenahi pembangunan daerahnya yang akan memberikan pengaruh yang baik terhadap pendapatan yang akan diterima daerah.

5. Rasio Pertumbuhan

Dokumen yang terkait

Studi Komperatif Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebelum dan Sesudah Otonomi Khusus (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Aceh Timur).

1 47 113

Restrukturisasi Organisasi Perangkat Daerah Dalam Rangka Pelaksanaan UU No. 22 Tahun 1999 Dan Otonomi Khusus Di Provinsi Naggroe Aceh Darussalam

0 31 190

PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI KHUSUS PADA KABUPATEN/KOTA SE- PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN PAPUA

3 34 72

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PADA ERA OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN BOYOLALI

0 5 131

OTONOMI KHUSUS DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN ( PEMKAB ) NABIRE SEBAGAI DAERAH OTONOM DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT DI ERA OTONOMI KHUSUS.

0 3 10

EVALUASI KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH MELALUI ANALISIS RASIO KEUANGAN APBD DALAM ERA OTONOMI DAERAH Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar).

0 1 9

ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI.

0 1 9

ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO.

0 0 13

ANALISIS PERBANDINGAN DAN PERKEMBANGAN KINERJAKEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM ERA OTONOMI ANALISIS PERBANDINGAN DAN PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM ERA OTONOMI DAERAH PADA KABUPATEN KLATEN DAN KABUPATEN SRAGEN.

0 2 14

OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH SEBAGAI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

0 0 25