Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.
rasio kemandirian dari tahun 2005-2007 yang terus mengalami kenaikan. Walaupun mengalami peningkatan persentase yang tidak begitu besar, ini merupakan langkah yang
cukup baik didalam membenahi diri untuk menciptakan suatu kemandirian keuangan daerah yang optimal. Peningkatan ini juga menunjukkan adanya tingkat partisipasi dan kesadaran
masyarakat dari Kabupaten-Kabupaten di Propinsi NAD dalam pembangunan daerah dan dalam pembayaran pajak dan retribusi daerah, pembagian laba atas hasil pengelolaan
kekayaan daerah serta pemasukan dari pendapatan asli daerah yang sah yang meningkat. Sehingga dari sini, masyarakat memberikan pengharapan yang cukup besar terhadap peran
dan fokus dari pemerintahan kabupaten-kabupaten yang berada di Propinsi NAD untuk menciptakan dan memberikan tingkat kesejahteraan yang semakin membaik pula.
Sehingga hal ini akan memberikan penggambaran yang baik kepada pemerintah pusat atas pemberian status otonomi khusus kepada kabupaten-kabupaten yang berada di Propinsi
NAD, bahwa kinerja keuangan pemerintah setempat dalam hal kemandirian keuangan daerah semakin menunjukkan trend yang positif setiap tahunnya.
3. Rasio Efektifitas dan Efesiensi Pendapatan Asli Daerah
Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Rasio efektifitas =
Target Penerimaan PAD yg Ditetapkan Berdasarkan Potensi Riil Daerah
Biaya yang dikeluarkan untuk memungut PAD Rasio efisiensi =
Realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah
Tabel 4.3 Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah
Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2004-2008
Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.
Tabel 4.4 Rasio Efesiensi Pendapatan Asli Daerah
Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2004-2007
No. Nama Daerah
Rasio Efesiensi 2005
2006 2007
Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi
1 Aceh Selatan
28,18 46,6
1,15 0,78
2 Aceh Tenggara
4,59 1,05
0,47 0,43
0,45 3
Aceh Barat 20,12
0,31 18,83
0,16 0,20
4 Aceh Besar
20,98 1,13
0,40 0,26
0,33 5
Aceh Tengah 0,04
0,73 10,91
0,33 0,46
6 Aceh Utara
248,22 10,2
74,9 0,69
0,61 7
Aceh Timur 41,63
49,83 8
Aceh Tamiang 23,86
2,55 54,65
1,72 2,65
9 Aceh Singkil
36,87 0,75
19,96 0,63
3,24 10
Gayo Luwes 0,01
21,66 21,85
2,33 2,18
Rata-Rata 42,45
9,44 27,9
7,7 1,21
Berdasarkan atas hasil perhitungan yang dapat dilihat dari tabel 4.3 diatas dapat digambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah
No Nama Daerah
2005 2006
2007
1. Aceh Selatan
0,77 0,82
2. Aceh Tenggara
0,52 0,31
0,80 3.
Aceh Barat 1,11
0,81 0,81
4. Aceh Besar
0,58 1,3
0,79 5.
Aceh Tengah 0,73
1,01 0,72
6. Aceh Utara
1,00 2,17
1,12 7.
Aceh Timur 1,13
1,04 0,32
8. Aceh Tamiang
0,68 0,76
0,64 9.
Aceh Singkil 0,45
0,86 0,37
10. Gayo Luwes
0,31 0,46
1,06
Rata-Rata 0,62
0,96 0,74
Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.
yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah efektifitas. Dari hasil perhitungan rata-rata rasio efektifitas tahun 2005-2007
Sepuluh Kabupaten yang berada pada propinsi Nanggroe Aceh Darussalam sesudah diberlakukannya otonomi khusus yaitu diawali pada tahun 2005 rasio efektifitas sebesar 0,62
dan kemudian mengalami kenaikan di tahun 2006 menjadi 0,96 dan pada tahun 2007 rasio efektifitas mengalami penurunan menjadi 0,74. Pada dasarnya didalam analisis rasio
efektifitas diketahui bahwa kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai mencapai minimal sebesar 1 satu atau 100 persen.
Semakin tinggi rasio efektifitas, menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik. Melalui hasil perhitungan diatas dapat digambarkan kemampuan kabupaten-
kabupaten yang berada di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam didalam menjalankan tugasnya walaupun masih menunjukkan keadaan kurang stabil karena masih mengalami rasio
naik turun setiap tahun namun rata-rata selama kurun waktu 3 tahun yang dimulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 sesudah pemberlakuan kebijakan otonomi khusus. Untuk
rasio efektifitas terdapat beberapa kabupaten yang berada pada propinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah menunjukkan hasil yang efektif misalnya untuk kabupaten Aceh Barat
pada tahun 2005 rasio efektifitasnya mencapai 1 satu yaitu sebesar 1,11 dan kabupaten Aceh besar pada tahun 2006 rasio efektifitasnya sebesar 1,3 dan pada tahun 2006 kabupaten
Aceh Tengah rasio efektifitasnya juga mencapai 1 satu yaitu sebesar 1,01 dan kabupaten Aceh Utara pada tahun 2005 rasio efektifitasnya sebesar 1,00 kemudian pada tahun 2006 naik
menjadi 2,17 dan pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 1,12 dan untuk kabupaten Aceh Timur pada tahun 2004 dan 2005 rasio efektifitasnya juga mencapai 1 satu yaitu
sebesar 1,13 dan 1,04 dan kabupaten Gayo Luwes pada tahun 2007 rasio efektifitasnya juga mencapai 1 satu yaitu sebesar 1,06.
Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.
Hal ini menunjukkan bahwa untuk beberapa pemerintahan kabupaten yang berada di propinsi NAD sudah terampil didalam mengontrol rencana dan realisasi terhadap pajak
daerah dan retribusi daerah pada APBD. Dimana realisasi pendapatan yang diterima pemerintah daerah dari pajak daerah dan retribusi daerah lebih besar dari yang telah
direncanakan. Sedangkan untuk beberapa kabupaten-kabupaten yang berada pada propinsi NAD yang rasio efektifitasnya belum menunjukkan efektif atau rasio efektifitasnya belum
mencapai minimal sebesar 1 satu atau 100 persen antara lain adalah kabupaten Aceh Selatan pada tahun 2005 rasio efektifitasnya sebesar 0,77 dan tahun 2007 sebesar 0,82 dan
kabupaten Aceh Tenggara pada tahun 2005 rasio efektifitasnya sebesar 0,52 dan tahun 2006 sebesar 0,31 dan tahun 2007 sebesar 0,80. Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2006 dan 2007
rasio efektifitasnya sama yaitu sebesar 0,81. Kabuapten Aceh Tengah pada tahun 2005 rasio efektifitasnya sebesar 0,73 dan tahun 2007 sebesar 0,72. Aceh Timur pada tahun 2007 rasio
efektifitasnya sebesar 0,32. Aceh Tamiang pada tahun 2005 rasio efektifitasnya sebesar 0,68 dan tahun 2006 sebesar 0,76 dan tahun 2007 sebesar 0,64. Aceh Singkil pada tahun 2005
rasio efektifitasnya sebesar 0,45 dan tahun 2006 sebesar 0,86 dan tahun 2007 sebesar 0,37. Dan yang terakhir untuk kabupaten Gayo Luwes pada tahun 2005 rasio efektifitasnya sebesar
0,31 dan tahun 2006 sebesar 0,46. Kabupaten-kabupaten yang belum menunjukkan efektifitas ini mengalami
ketidakstabilan di setiap tahunnya yang disebabkan karena pemerintahan kabupaten tersebut kurang terampil didalam mengontrol dan mengelola rencana dan realisasi pendapatan asli
daerah yang diperoleh dari pajak daerah dan retribusi daerah pada APBD. Dimana realisasi pendapatan yang diterima pemerintah daerah dari pajak dan retribusi daerah lebih kecil dari
yang telah direncanakan. Namun perhitungan rata-rata rasio efektifitas yang dihasilkan mulai tahun 2005 sampai tahun 2007 menunjukkan trend positif sehingga dapat menutupi
Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.
ketidakstabilan kabupaen-kabupaten yang berada di Propinsi NAD didalam mengontrol rencana dan realisasi terhadap pajak dan retribus daerah tersebut.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, rasio efektifitas pendapatan asli daerah perlu disandingkan dengan rasio efesiensi pendapatan asli daerah yang dicapai pemerintah
daerah. Rasio ini menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima. Kinerja
pemerintah daerah dalam melakukan pemungutan pendapatan dikategorikan efesien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 satu atau dibawah 100 persen. Semakin kecil rasio
efesiensi berarti kinerja pemerintahan daerah semakin baik. Dari tabel 4.4 diketahui hasil perhitungan rasio efisiensi pemerintahan sepuluh
kabupaten yang berada pada propinsi Nanggroe Aceh Darussalam sesudah diberlakukannya otonomi khusus adalah sebagai berikut, untuk kabupaten Aceh selatan pada tahun 2005 rasio
efisiensi adalah sebesar 28,18 menunjukkan bahwa rasio efisiensi lebih dari 1 satu ini menandakan pada tahun 2005 kinerja pemerintah kabupaten Aceh Selatan dalam memungut
PAD dalam hal ini pajak daerah tidak efisien. Pada tahun 2006 rasio efesiensi tidak dapat dihitung dikarenakan terbatasnya data tentang potensi riil dari sumber pendapatan asli daerah
dan data biaya yang langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan pemungutan pendapatan daerah kabupaten Aceh Selatan, dan mengalami penurunan yang besar pada
tahun 2007 mencapai angka 0,78. Ini menandakan kinerja pemerintah didalam memungut PAD dalam hal ini pajak daerah sudah efisien yang ditandai dengan trend rasio yang kurang
dari 1 satu pada tahun 2007 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kabupaten Aceh Tenggara pada tahun 2005 rasio efesiensi adalah sebesar 4,59 dan pada
tahun 2006 mengalami penurunan menjadi 0,47 dan kembali mengalami penurunan pada tahun 2007 menjadi 0,45. Ini menggambarkan bahwa kinerja pemerintah didalam memungut
PAD pada tahun 2005 tidak efisien dibandingkan dengan tahun 2006 dan 2007 karena rasio
Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.
efisiensi menunjukkan angka lebih dari 1 satu, sedangkan pada tahun 2007 kinerja pemerintah kabupaten Aceh Tenggara sudah efisien yang ditandai dengan rasio efisiensi
yang kurang dari 1 satu. Demikian juga dengan beberapa kabupaten lainnya yang mengalami kenaikan dari
tahun ke tahun misalnya, kabupaten Aceh Barat pada tahun 2005 rasio efisiensi sebesar 20,12 dan pada tahun 2006 turun menjadi 18,83 dan kembali mengalami penurunan yang sangat
besar pada tahun 2007 mencapai angka 0,20. Hal ini menandakan kinerja pemerintahan kabupaten Aceh Barat pada tahun 2005 dan 2006 didalam memungut PAD belum efisiensi
karena menunjukkan angka yang lebih dari 1 satu, dan pada tahun 2007 kinerja pemerintah didalam memungut PAD sudah efisien ini ditandai dengan rasio efisiensi yang kurang dari 1
satu. Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2005 rasio efisiensi adalah sebesar 20,12 dan pada
tahun 2006 turun menjadi 18,83 dan kembali mengalami penurunan pada tahun 2007 menjadi 0,20. Ini menandakan bahwa pada tahun 2005 dan 2006 kinerja pemerintah sangat
tidak efisien dikarenakan rasio efisiensi menunjukkan jumlah yang sangat besar, dan pada tahun 2007 kinerja pemerintah mengalami kenaikan yaitu rasio efisiensi kurang dari 1 satu.
Kabupaten Aceh tengah pada tahun 2005 rasio efisiensi adalah sebesar 0,04 dan pada tahun 2006 mengalami kenaikan yang sangat besar menjadi 10,91 dan pada 2007 turun
kembali menjadi 0,46. Ini menggambarkan bahwa kinerja pemerintah kabupaten Aceh Tengah pada tahun 2005 dan 2007 sudah efisien yang ditandai dengan trend rasio yang
kurang dari 1 satu menandakan bahwa kinerja pemerintah didalam memungut PAD sudah efisien dibandingkan pada tahun 2005 rasio efisiensi menunjukkan trend rasio yang lebih dari
1 satu. Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2005 rasio efisiensi adalah sebesar 248,22 dan
pada tahun 2006 mengalami kenaikan yang sangat besar mencapai angka 74,9 dan pada
Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.
tahun 2007 kembali mengalami penurunan menjadi 0,61. Ini menggambarkan kinerja pemerintah pada tahun 2005 dan 2007 dalam memungut PAD sangat tidak efisien yang
ditandai dengan trend rasio yang lebih dari 1 satu. Sedangkan pada tahun 2007 menunjukkan trend rasio kurang dari 1 satu ini menandakan bahwa kinerja pemerintah
kabupaten Aceh Utara didalam memungut PAD sudah efisien dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Kabupaten Timur pada tahun 2005 rasio efisiensi adalah sebesar 41,63 dan pada tahun 2006 mengalami kenaikan menjadi 49,83 dan untuk tahun 2007 rasio efisiensinya tidak dapat
diketahui dikarenakan terbatasnya data tentang potensi riil sumber pendapatan asli daerah dan data biaya langsung maupun tidak langsung pada kabupaten Aceh Timur. Ini menandakan
bahwa pada tahun 2006 dan 2007 kinerja pemerintah didalam memungut PAD dalam hal ini pajak daerah sangat tidak efisien yang ditandai dengfan trend rasio yang lebih dari 1 satu
atau 100 persen dari tahun ketahun. Kabupaten Aceh Tamiang pada tahun 2005 rasio efisiensi adalah sebesar 23,86 dan
mengalami kenaikan pada tahun 2006 menjadi 54,65 dan pada tahun 2007 mengalami penurunan yang sangat besar mencapai angka 2,65. Ini menggambarkan bahwa pada tahun
2005 sampai dengan tahun 2007 kinerja pemerintah didalam memungut PAD dalam hal ini pajak dan retribusi daerah tidak efisien yang ditandai dengan trend rasio yang lebih dari 1
satu atau 100 persen dari tahun ketahun. Kabupaten Aceh Singkil pada tahun 2005 rasio efisiensi adalah sebesar 36,87 dan
mengalami penurunan pada tahun 2006 menjadi 19,96 dan pada tahun 2007 kembali mengalami penuruna menjadi 3,24. Ini menggambarkan bahwa kinerja pemerintah didalam
memungut PAD pada tahun 2005 sampai tahun 2007 tidak efisien yang ditandai dengan trend rasio yang lebih dari 1 satu atau 100 persen dari tahun ketahun.
Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.
Dan yang terakhir untuk kabupaten Kayo Luwes rasio efisiensi pada tahun 2005 adalah sebesar 0,01 dan mengalami kenaikan yang sangat besar pada tahun 2006 mencapai
angka 21,85 dan pada tahun 2007 turun menjadi 2,18. Ini menunjukkan bahwa kinerja pemerintah dalam memungut PAD dalam hal ini pajak daerah pada tahun 2005 sudah
efisien yang ditandai dengan trend rasio yang kurang dari 1 satu namun pada tahun 2006 dan 2007 menunjukkan kinerja pemerintah didalam memungut PAD tidak efisien
dikarenakan trend rasio yang lebih dari 1 satu. Secara keseluruhan hasil perhitungan rata-rata rasio efisiensi untuk pemerintahan
kabupaten yang berada pada propinsi NAD setelah diberlakukannya otonomi khusus dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 adalah sebagai berikut, pada tahun 2005 rasio efisiensi
adalah sebesar 42,45 dan mengalami penurunan pada tahun 2006 menjadi 27,9 dan kembali mengalami penurunan pada tahun 2007 menjadi 1,21. Ini menunjukkan bahwa secara
keseluruhan kinerja pemerintah kabupaten-kabupaten yang berada di propinsi NAD didalam memungut PAD dalam hal ini pajak dan retribusi daerah belum efisien yang ditandai
dengan trend rasio yang lebih dari 1 satu atau 100 persen dari tahun ketahun. Dimana perhitungan rata-rata rasio efisiensi 10 sepuluh Kabupaten-kabupaten yang berada pada
propinsi NAD selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 adalah sebagai berikut, pada tahun 2005 adalah sebesar 42,45 untuk realisasi anggaran dan pada tahun 2006 adalah sebesar
9,44 untuk rencana anggaran dan 27,9 untuk realisasi anggaran, dan tahun 2007 adalah sebesar 7,7 untuk rencana anggaran dan 1,21 untuk realisasi anggaran. Artinya, untuk
menghasilkan output yang optimal pemerintah telah mengeluarkan biaya yang banyak dibandingkan dengan hasil output yang didapat. Ini memberikan penggambaran kinerja
pemerintahan yang tidak baik, yang disebabkan karena biaya yang dikeluarkan untuk memungut PAD lebih besar dari realisasi penerimaan pendapatan asli daerah.
Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.
Oleh karena itu pemerintahan kabupaten-kabupaten yang berada di propinsi NAD harus lebih cermat menghitung seberapa besar biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan
seluruh pendapatan yang diterimanya sehingga dapat diketahui apakah kegiatan pemungutan pendapatannya tersebut efisien atau tidak. Hal ini perlu dilakukan karena meskipun
pemerintah daerah berhasil merealisasikan penerimaan pendapatan sesuai dengan target yang ditetapkan, namun keberhasilan itu kurang memiliki arti apabila ternyata biaya yang
dikeluarkan untuk merealisasikan target penerimaan pendapatannya itu lebih besar daripada realisasi pendapatan yang diterimanya.
4. Rasio Aktivitas