Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita dalam suatu rumah tangga berdasarkan kepada tuntunan agama. 1 Perkawinan mempunyai hubungan erat dengan anak yang dilahirkan. Oleh sebab itu, orang tua mempunyai kewajiban mengurusi anak-anak yang dilahirkan dari hasil sebuah perkawinan. Dalam kenyataan hidup membuktikan bahwa memelihara kehidupan berumah tangga bukanlah perkara yang mudah dilaksanakan, karena didalam kehidupan rumah tangga tidak lepas dari gejolak-gejolak yang ada. Apabila suami istri tidak dapat melewati gejolak-gejolak tersebut, maka tidak bisa dihindarkan lagi akan terjadi sebuah pemutusan tali pernikahan atau biasa disebut dengan perceraian. Perceraian adalah pemutusan tali pernikahan yang sah. 2 Jika perceraian itu terjadi, maka dapat menimbulkan sisi yang tidak baik untuk perkembangan anak. Oleh sebab itu, sebuah perceraian tidak dianjurkan oleh Islam, karena Islam sangat berkeinginan agar kehidupan rumah tangga tenteram dan terhindar dari sebuah keretakan yakni perpisahan. 1 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, cet.II, Jakarta: Elsas, 2008, h.3 2 Kamal bin As Sayyid Salim, Fiqih Sunnah Wqasaanita Jakarta: Tiga Pilar, 2007, h.627 1 Apabila suami istri berpisah atau bercerai maka tidak bisa dihindarkan lagi akan terjadi perebutan hak asuh anak, yang dalam istilah ilmu fiqih disebut hadhanah. Dalam pada itu Pengadilan Agama mempunyai kewenangan untuk memberikan putusan mengenai hak asuh anak yakni hadhanah bagi anak yang masih belum mumayyiz atau belum dewasa kepada orang yang dapat membimbing dan mendidik anak tersebut yang masih memerlukan perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Menurut para fuqaha, Hadhanah adalah hak untuk memelihara anak kecil, baik laki-laki maupun perempuan atau yang kurang sehat akalnya; jadi tidak termasuk disini pemeliharaan terhadap anak yang telah dewasa yang sehat akalnya. 3 Adapun yang terakhir ini dikala orang tua mereka bercerai maka dipersilahkan memilih mana yang lebih dia sukai, tinggal bersama ayahnya atau ibunya. Atau kalau dia laki-laki sudah tidak memerlukan lagi perawatan orang tuanya. 4 Namun demikian, syari’at tetap menyuruh anak-anak dari keluarga yang bercerai untuk berbakti kepada kedua orang tua dan memperlakukan mereka dengan baik. Adapun bagi anak perempuan, sekalipun telah dewasa, ia tetap tidak diperkenankan tinggal sendirian. Sehingga karena kelemahan dan tabiatnya ia 3 Ibrahim Muhammad al-Jamal, Fiqhul Mar’ah al-Muslimah. Penerjemah Anshori Umar Sitanggal, dkk Semarang: Asy Syifa’, 1981, h. 450 4 Ibid, h. 450 takkan diperkosa orang untuk melakukan hal yang memalukan keluarganya. 5 Para ulama berpendapat tentang berakhirnya masa pengasuhan dan konsekuensinya apabila kedua orang tuanya bercerai, ada beberapa pendapat : 1. Anak yang diasuh adalah laki-laki. Terkait dengan anak laki-laki yang telah selesai masa pengasuhannya. Untuk hal ini ada beberapa pendapat: a. Madzhab Hanafi berpendapat bahwa ayah lebih berhak mengasuh anak. Dengan alasan bahwa jika seorang anak laki-laki sudah bisa memenuhi kebutuhan dasarnya, maka yang ia butuhkan adalah pendidikan dan perilaku seorang laki-laki. Dalam hal ini si ayah lebih mampu dan tepat. b. Madzhab Maliki berpendapat bahwa ibulah yang lebih berhak selama si anak belum baligh. c. Madzhab Asy Syafi’i dan Ahmad, anak diberi kesempatan untuk memilih salah satu diantara keduanya. 6 2. Anak yang diasuh adalah perempuan. a. Madzhab Maliki berpendapat bahwa anak tetap tinggal bersama ibunya hingga anak perempuan tersebut menikah dan telah berhubungan intim dengan suaminya. b. Dengan mengacu pada pendapat Imam Ahmad, kalangan Madzhab 5 Ibid, h. 450 6 Abiyazid, ” Syarat Mendapatkan Hak Asuh Anak Hadhanah”, artikel diakses pada 29 Desember 2009 dari http:abiyazid. Wordpress.com20080312syarat-mendapatkan-hak-asuh-anak- hadhanah. Hanafi berpendapat bahwa manakala telah mengalami menstruasi anak perempuan diserahkan kepada ayahnya. c. Kalangan Madzhab Hanbali berpendapat bahwa anak diserahkan kepada ayahnya apabila telah mencapai usia 7 tahun. 7 Menurut hukum Islam syarat-syarat mengasuh anak yaitu : 1. Islam 2. Berakal 3. Baligh 4. Pandai mendidik dan sanggup memberikan pendidikan 5. Dipercaya dan berakhlak baik 6. Tidak menikah 7. Merdeka bukan budak 8 Menurut pendapat Ulama Madzhab Syafii meletakkan antara syarat utama hak penjagaan anak ialah penjaga itu mestilah agama Islam, orang kafir tidak boleh diberi amanah untuk menjaga anak muslim karena orang kafir tidak ada kuasa perwalian ke atas orang muslim. Dalillnya ialah Firman Allah SWT Q.S. An-Nisa: 141. Bahkan kemungkinan penjagaan anak-anak muslim oleh orang kafir akan membawa fitnah terhadap aqidah anak. Berkenaan pandangan ini juga dipersetujui oleh Madzhab Hanbali. 7 Ibid 8 Puspita Giana, ” Proses Hadhanah Dan Adopsi”, artikel diakses pada 13 Januari 2010 dari http:puspitagiana.blogspot.com200906proses-hadhanah-dan-adopsi.html Sedangkan Ulama Hanafi dan Maliki tidak mensyaratkan penjaganya mesti muslim, tetapi mereka bersepakat bahwa jika aqidah dan amalan agama anak-anak muslim itu terancam sekiranya dijaga yang bukan muslim seperti membawa anak itu ke rumah ibadat bukan Islam, membiasakan anak itu meminum arak dan memakan daging babi, maka hak penjagaan itu mestilah diserahkan kepada penjaganya yang beragama Islam. 9 Penelitian ini akan membahas tentang putusan Pengadilan Agama Depok Nomor : 458Pdt.G2006Pengadilan Agama Depok, yang memutuskan hak asuh anak diberikan kepada ibu, bukan kepada bapaknya dikarenakan anak masih berumur dibawah 12 tahun atau belum mumayyiz. Namun dalam kenyataan sang ibu melepas tanggung jawab yang telah diberikan kepadanya, karena sebagai wanita karir sibuk bekerja dari pagi hingga larut malam, sehingga pengasuhan sang anak diserahkan kepada neneknya atau orang tua perempuan dari ibu, yang beragama Protestan. Apabila pengasuhan anak ini diberikan kepada neneknya tersebut, maka secara tidak langsung sang nenek bisa mempengaruhi sang anak atau cucunya tersebut untuk berpindah agama. Dari permasalahan inilah penulis melakukan penelitian tentang : “HAK HADHANAH TERHADAP IBU WANITA KARIR Analisa Putusan Perkara Nomor : 458Pdt.G2006 Pengadilan Agama Depok” 9 Majelis Ulama Isma, ”Hak Penjagaan anak: Hukum Syari’ah Dan Undang-Undang Negara”, artikel diakses pada 19 Desember 2009 dari http:www.ismaweb.netv2Article1002.html.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah