dan memeliharanya untuk menghindarkan diri dari segala sesuatu yang dapat merusak dan mendatangkan madlarat atau kesengsaraan bagi anak.
14
Dalam KHI pasal 105 dinyatakan bahwa dalam hal terjadinya perceraian, maka :
a Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun
adalah hak ibunya; b
Pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak untuk memilih diantara ayah atau ibunya sebagai hak pemeliharaannya;
c Biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya.
B. Dasar Hukum Hadhanah
Dasar hukum hadhanah atau pemeliharaan anak adalah firman Allah SWT:
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu QS. At-Tahrim: 6 Pada ayat ini orang tua diperintahkan Allah SWT untuk memelihara
keluarganya dari api neraka, dengan berusaha agar seluruh anggota keluarganya
14
Zaitunah Subhan, Fiqh Pemberdayaan Perempuan Jakarta: el-Kahfi, 2008, h. 316
itu melaksanakan perintah-perintah dan larangan-larangan Allah, termasuk anggota keluarga dalam ayat ini adalah anak.
15
Sedangkan menurut para ulama menetapkan bahwa pemeliharaan anak itu hukumnya adalah wajib, sebagaimana wajib memeliharanya selama berada dalam
ikatan perkawinan. Adapun dasar hukumnya mengikuti umum perintah Allah untuk membiayai anak dan istri
16
dalam firman Allah:
.............
Artinya: ”Adalah kewajiban ayah untuk memberi nafkah dan pakaian untuk anak dan
isterinya. QS. al-Baqarah 2 ayat 233 Kewajiban membiayai anak yang masih kecil bukan hanya berlaku selama
ayah dan ibunya masih terikat dalam tali perkawinan saja, namun juga berlanjut setelah terjadinya perceraian.
17
C. Syarat-Syarat Sebagai Pemegang Hak Hadhanah
1. Berakal sehat, karena orang gila tidak boleh menangani dan
menyelenggarakan hadhanah. 2.
Merdeka, sebab seorang budak kekuasaannya kurang lebih terhadap anak dan kepentingan terhadap anak lebih tercurahkan kepada tuannya
18
15
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, h. 177
16
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia:Antara Fiqih Munakahat Dan Undang-Undang Perkawinan
, cet. II, Jakarta: Kencana, 2007, h. 328
17
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia:Antara Fiqih Munakahat Dan Undang-Undang Perkawinan
, cet. II, h. 328
3. Amanah dalam agama, sehingga wanita atau laki-laki yang fasiq tidak
dibenarkan untuk mendapatkan hak pengasuhan. 4.
Lingkungan yang baik. Harus memiliki lingkungan tempat tinggal yang baik dan aman serta tidak ada pengaruh pergaulan yang negatif, seperti maraknya
kemaksiatan dan kefasikan. Hal ini perlu agar seorang anak dapat tumbuh dengan sehat, beriman dan shaleh.
19
5. Islam. Orang kafir sama sekali tidak layak menjadi hadinah karena dikhuatiri
akan merusakkan aqidah anak tersebut. 6.
Baik akhlaknya. Orang yang buruk dan rusak akhlaknya tidak layak menjadi hadhinah.
7. Hadhinah perlu tinggal di tempat dimana kanak-kanak itu dipelihara. Oleh
sebab itu, ia akan memudahkan mereka menjalankan urusan penjagaan.
20
8. Keadaan perempuan tidak bersuami.
9. Dapat menjaga kehormatan dirinya.
21
D. Upah Hadhanah