Pertimbangan Hukum PERTIMBANGAN HUKUM MAJELIS HAKIM

muka Penggugat secara terus menerus. Karena tidak diberi kesempatan untuk membela diri, akhirnya Penggugat berteriak sejadi-jadinya. Pemukulan itu berhenti saat telepon rumah berbunyi. Kesempatan ini dipergunakan oleh Penggugat untuk menghindar. Namun Penggugat dikejar dan kembali dipojokkan untuk duduk di kursi dekat telepon sambil tangan serta kaki Tergugat menahan dada Penggugat sehingga Penggugat tidak bisa bergerak. Dan kemudian Penggugat kembali dipukul secara bertubi-tubi oleh orang tua Penggugat dan Tergugat.

B. Pertimbangan Hukum

Pertimbangan yang dijadikan dasar hukum terhadap Perkara N omor : 458Pdt.G2006Pengadilan Agama Depok adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan pengakuan Tergugat dan dari Kutipan Akta Nikah No. 358231996, tanggal 5 Oktober 1996 dinyatakan terbukti bahwa Penggugat dan Tergugat telah terikat dalam suatu ikatan perkawinan yang sah. 2. Dari jawaban dan duplik Tergugat dalam hubungannya dengan dalil-dalil gugatan dan replik Penggugat ternyata tidak saling dibantah oleh kedua belah pihak, dinyatakan terbukti dalam berumah tangga antara Penggugat dan Tergugat telah terjadi perselisihan dan pertengkaran. 3. Berdasarkan keterangan saksi-saksi Irwan dan Maryam dibawah sumpah masing-masing, ternyata pihak keluarga telah berusaha mendamaikan Penggugat dan Tergugat agar rukun kembali dalam berumah tangga, tetapi tidak berhasil. 4. Pendapat Mahkamah Agung Republik Indonesia tentang yang dimaksud dalam Pasal 19 huruf f dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 Tahun 1975 yang menyatakan : “Antara suami isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengakaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga” 5. Bahwa sekalipun baik dalam sikap maupun ucapannya di muka persidangan, Tergugat telah menunjukkan betapa ia menolak untuk bercerai dengan Penggugat, namun Penggugat nampaknya sama sekali tidak terpengaruh dan masih tetap tegar dalam pendiriannya untuk bercerai dengan Tergugat. 6. Menurut Pasal 1 Undang-undang No 1 Tahun 1974 “Perkawinan ialah ikatan lahir dan bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang kekal dan bahagia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu unsur ikatan perkawinan adalah unsur ikatan bathin, apabila unsur ini tidak ada lagi maka berarti perkawinan itu pecah. 7. Pengadilan berpendapat bahwa perselisihan dan pertengkaran antara Penggugat dengan Tergugat tidak saja sudah berlangsung secara terus menerus, tetapi juga sudah tidak ada harapan akan rukun lagi dalam berumah tangga. 8. Menurut Pasal 2 Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 menyatakan “Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miistaaqan ghaliizhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. 9. Demi menghindarkan Penggugat dan Tergugat berlarut-larut dalam kemelut rumah tangga dan dosa yang berkepanjangan maka gugatan Penggugat harus dikabulkan berdasarkan Pasal 19 huruf f dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 Tahun 1975. 10. Berdasarkan pengakuan Penggugat dan Tergugat bahwa dari perkawinan Penggugat dan Tergugat telah dilahirkan 2 dua orang anak yang bernama Anggraita Maurizqa , umur 9 tahun dan Ahmad Thoriq Arif, umur 3 tahun. 11. Bahwa kedua anak tersebut masih berumur dibawah 12 tahun atau belum mumayyiz, maka tuntutan Penggugat agar kedua anak tersebut berada dibawah asuhan dan pemeliharaannya dapat dikabulkan berdasarkan Pasal 105 Kompilasi Hukum Islam.

C. Putusan Pengadilan