84
Gambar 4.12. Grafik porositas rata – rata benda uji untuk variasi limbah beton
Dari hasil pengukuran dan perhitungan yang tertera pada grafik di atas terlihat bahwa porositas sampel bata beton dengan kandungan limbah beton yang besar
cenderung memiliki porositas yang besar. Hal ini disebabkan ukuran butiran limbah beton lebih tersebar merata jika dibandingkan dengan ukuran pasir. Hal ini
terlihat pada harga fine modulus fm limbah beton sebesar 2,75 lebih kecil dari pada fine modulus pasir yaitu 3,33. Dari grafik tentang porositas tersebut di atas
terlihat bahwa sampel bata beton yang memiliki kandungan fly ash dan kulit kerang dengan perbandingan yang sama mempunyai porositas yang kecil dari
pada benda uji yang memiliki kandungan kapur yang sedikit. Hasil porositas terkecil diperoleh pada sampel dengan komposisi agregat 25 limbah beton –
75 pasir dan bahan substitusi semen mencapai 20 dari berat semen dengan perbandingan berat fly ash dan kulit kerang = 1:1. Dengan data-data tersebut di
atas dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi linier yang negatif antara pertambahan persentase fly ash dan kulit kerang terhadap besarnya porositas.
4.2.3. Serapan Air Water Absorbtion
Serapan air adalah kemampuan bata beton konstruksi dalam menyerap air. Daya serap air untuk beton berbanding lurus dengan porositas. Beton berporositas
besar cenderung memiliki serapan air yang besar. Hal ini disebabkan karena air
Universitas Sumatera Utara
85
akan mengisi pori-pori yang ada pada beton tersebut. Besarnya serapan air pada sampel bata beton konstruksi dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut :
Gambar 4.13. Grafik penyerapan air untuk sampel 25 limbah beton – 75 pasir
Grafik serapan air benda uji dengan agregat 25 limbah beton – 75 pasir terhadap persentase komposisi bahan substitusi semen ditunjukkan pada gambar
4.13. Serapan air dari benda uji tersebut berkisar 5,51 – 11,68 dengan nilai rata-rata serapan air 8,09. Untuk variasi persentasi bahan substitusi semen
dengan fly ash : kulit kerang = 1:1 rata-rata serapan air benda uji mencapai 7,60, sedangkan untuk variasi substitusi semen dengan fly ash : kulit kerang = 2:1
memiliki rata-rata serapan air sebesar 8,58.
Universitas Sumatera Utara
86
Gambar 4.14.. Grafik serapan air pada komposisi 50 limbah beton – 50 pasir
Grafik serapan air sampel dengan agregat 50 limbah beton – 50 pasir terhadap persentase komposisi bahan substitusi semen ditunjukkan pada gambar 4.14.
Serapan air dari sampel tersebut berkisar 5,86 – 10,58 dengan nilai rata-rata serapan air 8,90. Untuk variasi persentasi bahan substitusi semen dengan fly ash
: kulit kerang = 1:1 rata-rata serapan air benda uji mencapai 8,73, sedangkan untuk variasi substitusi semen dengan fly ash : kulit kerang = 2:1 memiliki rata-
rata serapan air sebesar 9,27.
Gambar 4.15. Grafik serapan air pada komposisi 75 limbah beton – 25 pasir
Universitas Sumatera Utara
87
Grafik serapan air benda uji dengan agregat 75 limbah beton – 25 pasir terhadap persentase komposisi bahan substitusi semen ditunjukkan pada gambar
4.15. Serapan air dari benda uji tersebut berkisar 6,82 – 12,66 dengan nilai rata-rata serapan air 9,44. Untuk variasi persentasi bahan substitusi semen
dengan fly ash : kulit kerang = 1:1 rata-rata serapan air benda uji mencapai 9,06, sedangkan untuk variasi substitusi semen dengan fly ash : kulit kerang = 2:1
memiliki rata-rata serapan air sebesar 9,81.
Gambar 4.16. Grafik serapan air benda uji dengan 100 limbah beton – 0 pasir
Grafik serapan air sampel dengan agregat 100 limbah beton – 0 pasir terhadap persentase komposisi bahan substitusi semen ditunjukkan pada gambar 4.16.
Serapan air dari sampel tersebut berkisar 7,76 – 13,32 dengan nilai rata-rata serapan air 10,15. Untuk variasi persentase bahan substitusi semen dengan fly
ash : kulit kerang = 1:1 rata-rata serapan airnya mencapai 9,74, sedangkan untuk variasi substitusi semen dengan fly ash : kulit kerang = 2:1 memiliki rata-
rata serapan air sebesar 10,56.
Universitas Sumatera Utara
88
Gambar. 4.17. Gambar serapan air rata-rata terhadap persentase pengganti pasir
Gambar 4.18. Grafik serapan air rata-rata benda uji terhadap substitusi semen
Fly ash dan kulit kerang merupakan material yang sangat hydrophilic yang mempunyai kemampuan menyerap air sangat besar. Sebaliknya berat jenis bata
beton menurun seiring peningkatan kandungan Fly ash dan kulit kerang. Daya absorbsi yang tinggi pada bata beton akan menyebabkan terhisapnya cairan pada
limbah beton yang akan membawa partikel halus semen sehingga menciptakan ikatan yang kuat antara limbah beton dan bahan perekat, akan tetapi penyerapan
yang terlalu besar dalam hal ini di atas 10 akan menyebabkan berkurangnya air
Universitas Sumatera Utara
89
untuk reaksi hidrasi pada semen. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka diperlukan adanya fly ash dan serbuk kulit kerang atau agregat direndam sampai
hampir jenuh dan dibiarkan sampai kering permukaan.
Pada penelitian sebelumnya, untuk beton konvensional menghasilkan serapan air berkisar 5,5 Blaga, dkk., 1985. SNI mensyaratkan serapan air maksimum yang
diperkenankan untuk beton yang berfungsi sebagai dinding kurang dari 35 untuk tingkat mutu bata beton II dan 25 untuk tingkat mutu bata beton I.
Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan di atas, maka terlihat bahwa semua sampel bata beton konstruksi memiliki serapan kurang dari 25, sehingga
memenuhi persyaratan SNI untuk bata beton tingkat mutu I.
4.2.4. Kuat Tekan