Kuat Patah PENGUJIAN BENDA UJI

101 sebelum terjadi keruntuhan sehingga energy yang dapat diserap lebih banyak sedangkan pada benda uji tanpa bahan substitusi semen hanya mengalami sedikit retakan yang terpusat. Menurut Satyarno 2004, aplikasi beton berdasarkan kuat tekannya antara 0,35 – 7 MPa dapat digunakan sebagai dinding pemisah atau isolasi, 7 – 17 MPa digunakan sebagai dinding pemikul beban, dan lebih besar dari 17 MPa dapat digunakan sebagai beton normal structural. Menurut PUBI 1982 batako diklasifikasikan menjadi : 1 Batako dengan mutu A1, dengan kuat tekan mimimum 17 kgfcm 2 .; 2 Batako dengan mutu A2, dengan kuat tekan mimimum 30 kgfcm 2 ; 3 Batako dengan mutu B1, dengan kuat tekan mimimum 45 kgfcm 2 ; dan 4 Batako dengan mutu B2, dengan kuat tekan mimimum 65 kgfcm 2 . Sedang menurut SNI 03-0349-1989 kuat tekan bata beton dengan tingkat mutu II mencapai 65 kgfcm 2 dan untuk tingkat mutu I 90 kgfcm 2 . Dari perhitungan hasil uji kuat tekan maka benda uji bata beton memiliki kekuatan di atas tipe mutu I berdasarkan SNI dan merupakan batako dengan mutu B2 menurut PUBI.

4.2.5. Kuat Patah

Untuk menguji kuat tekan dari sampel beton digunakan alat Universal Testing Mechine UTM, dan mengacu pada standart SNI 03 – 0691 – 1996. Universitas Sumatera Utara 102 Gambar 4.31. Grafik kuat patah sampel A dan AA terhadap persentase substitusi semen Pada gambar 4.31. terlihat bahwa sampel bata beton A, pada komposisi 25 limbah beton – 75 pasir dengan komposisi berat fly ash : kulit kerang = 1 : 1, memiliki kuat patah berkisar 3,81 MPa – 5,17 MPa dan rata-rata kuat patahnya 4,63 MPa. Sedangkan sampel bata beton AA, pada komposisi 25 limbah beton – 75 pasir dengan komposisi berat fly ash : kulit kerang = 2 : 1, memiliki kuat patah berkisar 3,54 MPa – 4,90 MPa dan rata-rata kuat patahnya 4,36 MPa. Kuat patah pada sampel A dan AA mengalami kenaikan hingga mencapai 20 bahan substitusi semen. Hal ini berarti bahwa penambahan bahan substitusi semen meningkatkan kuat patah hingga pada substitusi semen 20. Selanjutnya, persentase bahan substitusi semen di atas 20, nilai kuat patahnya cenderung menurun meskipun tidak drastis. Hal ini menunjukkan bahwa setelah mencapai komposisi 20 penambahan bahan substitusi akan memperkecil kekuatan patah beton. Universitas Sumatera Utara 103 Gambar 4.32. Grafik kuat patah sampel B dan BB terhadap persentase substitusi semen Pada gambar 4.31. terlihat bahwa sampel bata beton dengan pada komposisi 50 limbah beton – 50 pasir , beton B dengan komposisi berat fly ash : kulit kerang = 1 : 1, memiliki kuat patah berkisar 3,54 MPa – 5,06 MPa dan rata-rata kuat patahnya 4,40 MPa. Untuk sampel bata beton BB dengan komposisi berat fly ash : kulit kerang = 2 : 1, memiliki kuat patah berkisar 3,32 MPa – 4,74 MPa dan rata- rata kuat patahnya 4,11 MPa.Kuat patah pada sampel B dan BB mengalami kenaikan hingga mencapai 20 bahan substitusi semen. Selanjutnya, persentase bahan substitusi semen di atas 20, nilai kuat patahnya cenderung menurun meskipun tidak drastis. Universitas Sumatera Utara 104 Gambar 4.32. Grafik kuat patah sampel C dan CC terhadap persentase substitusi semen Pada gambar 4.32. terlihat bahwa bata beton pada komposisi 75 limbah beton – 25 pasir, sampel C dengan komposisi berat fly ash : kulit kerang = 1 : 1, memiliki kuat patah berkisar 3,43 MPa – 5,01 MPa dan rata-rata kuat patahnya 4,27 MPa. Untuk benda uji CC dengan komposisi berat fly ash : kulit kerang = 2 : 1 memiliki kuat patah berkisar 3,32 MPa – 4,74 MPa dan rata-rata kuat patahnya 4,03 MPa. Kuat patah pada sampel C dan CC mengalami kenaikan hingga mencapai 20 bahan substitusi semen. Selanjutnya, persentase bahan substitusi semen di atas 20, nilai kuat patahnya cenderung menurun meskipun tidak drastis. Universitas Sumatera Utara 105 Gambar 4.33. Grafik kuat patah sampel C dan CC terhadap persentase bahan substitusi semen Pada gambar 4.33. terlihat bahwa sampel pada komposisi 100 limbah beton – 0 pasir bata beton D dengan komposisi berat fly ash : kulit kerang = 1 : 1, memiliki kuat patah berkisar 3,27 MPa – 4,84 MPa dan rata-rata kuat patahnya 4,11 MPa. Untuk sampel bata beton DD dengan komposisi berat fly ash : kulit kerang = 2 : 1, memiliki kuat patah berkisar 3,10 MPa – 4,52 MPa dan rata-rata kuat patahnya 3,81 MPa. Kuat patah pada sampel D dan DD mengalami kenaikan hingga mencapai 20 bahan substitusi semen. Selanjutnya, persentase bahan substitusi semen di atas 20, nilai kuat patahnya cenderung menurun meskipun tidak drastis. Pada gambar grafik di atas juga dapat dilihat bahwa pada perbandingan fly ash dan kulit kerang = 2 : 1 memiliki kuat patah yang lebih besar dari pada sampel yang perbandingan fly ash dan kulit kerangnya = 1 : 1. Hal ini merupakan kebalikan dari grafik kuat tekan. Universitas Sumatera Utara 106 Gambar 4.34. Grafik kuat patah terhadap persentase bahan substitusi semen Pada gambar 4.34. terlihat bahwa sampel A bata beton pada komposisi 25 limbah beton – 75 pasir, dengan perbandingan fly ash dan kulit kerang yang sama memiliki kuat patah yang lebih besar dari pada sampel B, C, dan D. Semakin besar limbah beton yang digunakan dalam pembuatan bata beton maka cenderung melemahkan kuat patahnya. Melemahnya kekuatan patah pada beton disebabkan mf limbah beton tinggi yang berarti rata-rata ukuran butir besar, sehingga ketebalan semen yang melumuri permukaan agregat kecil. Hal ini mengakibatkan ikatan antar agregat lemah. Nilai kuat patah dari beton semen Portland pada umumnya adalah berkisar antara : 3 - 5 MPa engineeringtoolbax, 2009. Kekuatan patah dari beton dengan penggunaan paper sludge sebanyak 15 dan dikeringkan selama 28 hari adalah sebesar 2,64 MPa dapat digunakan sebagai pengganti beton structural. Sampel bata beton dalam penelitian ini memiliki kuat patah antara 3,05 – 5,17 MPa dengan rata-rata kuat patah 4,14 MPa. Sehingga sampel beton yang terbuat dari fly ash, kulit kerang, semen dan limbah beton ini dapat dipakai sebagai pengganti beton stuktural. Universitas Sumatera Utara 107

4.2.6 Kuat Pukul Impak