Pemilihan Komponen Kritis Penelitian ini dilakukan pada Paper Machine Suction Dryer yang

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan untuk menyelesaikan penelitian ini berupa data sekunder. Adapun data sekunder yang dibutuhkan adalah data komponen kritis, data selang waktu antar kerusakan, dan data harga komponen.

5.1.1. Pemilihan Komponen Kritis Penelitian ini dilakukan pada Paper Machine Suction Dryer yang

berfungsi untuk mengeringkan lembaran kertas. Paper Machine Suction Dryer terdiri dari beberapa komponen. Adapun jenis, jumlah, harga dan frekuensi kerusakan masing-masing komponen dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Jenis, Jumlah, Harga, dan Frekuensi Kerusakan Komponen Jenis Komponen Jumlah Harga RpUnit Frekuensi Kerusakan Bearing No. 23034 K.C3 30 2.050.155 19 Bearing No. 22026 B6 6 1.500.000 2 Gear Coupling 15 6.300.000 13 Flat Belt 1 12.750.000 2 Link Belt 12 3.500.000 8 Adapter Sleve 30 1.200.000 4 Withdrawal sleeve 15 1.500.000 3 Shaftas 2 2.800.000 1 Gear Box 6 1.800.000 1 Pulley 2 500.000 2 Sumber : PT. PDM Indonesia Berdasarkan data diatas, maka dilakukan analisis untuk menentukan komponen kritis yaitu dengan menggunakan metode ABC seperti pada Tabel 5.2. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.2. Analisis Spare Part Jenis Komponen Jumlah Harga RpUnit Frekuensi Kerusakan Total Biaya Bearing No. 23034 K.C3 30 2.050.155 19 1.168.588.350 Bearing No. 22026 B6 6 1.500.000 2 18.000.000 Gear Coupling 15 6.300.000 13 1.228.500.000 Flat Belt 1 12.750.000 2 25.500.000 Link Belt 12 3.500.000 8 336.000.000 Adapter Sleve 30 1.200.000 4 144.000.000 Withdrawal sleeve 15 1.500.000 3 67.500.000 Shaftas 2 2.800.000 1 5.600.000 Gear Box 6 1.800.000 1 10.800.000 Pulley 2 500.000 2 2.000.000 Total 134 33.900.155 55 3.006.488.350 Sumber : PT. PDM Indonesia Selanjutnya dihitung persentase penyerapan biaya setiap komponen dan diurutkan dari jumlah yang terbesar hingga terkecil, kemudian komponen diklasifikasikan dengan metode ABC seperti pada Tabel 5.3. Tabel 5.3. Klasifikasi Komponen dengan Metode ABC Jenis Komponen Total Biaya Persentase Nilai Tiap Barang Persentase Nilai Barang Persentase Jumlah Barang Kategori Gear Coupling 1.228.500.000 40.86 79.73 20 100 10 2 = x A Bearing No. 23034 K.C3 1.168.588.350 38.87 Link Belt 336.000.000 11.18 18.21 30 100 10 3 = x B Adapter Sleve 144.000.000 4.79 Withdrawal sleeve 67.500.000 2.25 Flat Belt 25.500.000 0.85 2.06 50 100 10 5 = x C Bearing No. 22026 B6 18.000.000 0.60 Gear Box 10.800.000 0.36 Shaftas 5.600.000 0.19 Pulley 2.000.000 0.07 Total 3.006.488.350 100 Sumber : PT. PDM Indonesia Universitas Sumatera Utara 5.1.2. Data Selang Waktu Antar Kerusakan Selang waktu antar kerusakan adalah selang waktu mesinkomponen beroperasi normal dalam kondisi baik atau selesai diperbaiki sampai mesinkomponen mengalami kerusakan kembali. Perhitungan selang antar waktu kerusakan ini dipengaruhi oleh jam kerja produksi, dimana perusahaan berproduksi setiap hari. Contoh perhitungan selang waktu antar kerusakan untuk komponen bearing adalah sebagai berikut: - Terjadi kerusakan pada tanggal 11 Januari 2008 - Kerusakan kembali terjadi pada tanggal 12 Maret 2008 - Maka selang waktu antar kerusakan adalah 60 hari Hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.4. Tabel 5.4. Data Selang Waktu Antar Kerusakan Komponen Bearing dan Gear Coupling Periode Tahun 2008-2009 No. Observasi Selang Waktu Antar Kerusakan Hari Bearing Gear Coupling 1 110108 60 190308 110 2 120308 60 070708 112 3 210508 49 120908 45 4 090708 20 271008 25 5 290708 62 211108 30 6 290908 46 211208 16 7 141108 41 060109 20 8 251208 51 260109 32 9 140209 20 270209 28 10 060309 31 270309 52 11 060409 22 180509 81 12 280409 20 070809 103 13 180509 17 181109 14 040609 12 15 160609 21 16 070709 101 17 161009 36 18 211109 28 19 191209 Sumber : PT. PDM Indonesia Universitas Sumatera Utara 5.2. Pengolahan Data 5.2.1. Pemilihan Pola Distribusi Kerusakan