I.3. PEMBATASAN MASALAH
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan mengambang, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan pembatasan masalah yang lebih spesifik agar
menjadi lebih jelas. Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: a.
Yang dimaksud dengan komunikasi penyuluhan terbatas pada metode penyuluhan, media penyuluhan, materi penyuluhan, waktu dan tempat penyuluhan.
b. Yang dimaksud dengan kompetensi profesional terbatas pada menguasai materi,
struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang
diampu, mengembangkan materi pembelajaran yang mampu secara kreatif, mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif, dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.
c. Penelitian dilakukan bulan April 2010.
I.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN I.4.1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui peranan komunikasi penyuluhan yang dilakukan oleh pengawas sekolah Dinas Pendidikan Simalungun.
2. Untuk mengetahui efektivitas komunikasi penyuluhan yang dilakukan pengawas
sekolah Dinas Pendidikan dalam meningkatkan kompetensi profesional guru SMP Negeri 1 Raya Kabupaten Simalungun.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi penyuluhan oleh pengawas sekolah Dinas
Pendidikan terhadap peningkatan kompetensi profesional guru SMP Negeri 1 Raya Kabupaten Simalungun.
I.4.2. Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan memperkaya bahan
penelitian dan sumber bacaaan di lingkungan FISIP USU, khususnya di bidang ilmu komunikasi.
2. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperkaya penelitian dan dapat
memperluas cakrawala pengetahuan peneliti serta mahasiswa FISIP USU mengenai komunikasi penyuluhan.
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan positif bagi para
pelaku pendidikan dalam hal komunikasi penyuluhan pengawas sekolah Dinas Pendidikan Simalungun dan guru SMP Negeri 1 Raya Kabupaten Simalungun pada
khususnya serta di dunia pendidikan secara umum.
I.5. KERANGKA TEORI
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang
memuat pokok-pokok fikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti. Nawawi, 2005:39-40.
Kerlinger Black, 2001:48 menyebutkan bahwa teori adalah sekumpulan konstruk konsep, defenisi dan dalil yang saling terkait yang menghadirkan suatu pandangan yang
sistematis tentang fenomea dengan menetapkan hubungan diantara beberapa variabel, dengan maksud menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini, teori-teori yang akan dikembangkan adalah:
I.5.1. Komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti
“membuat sama” to make common. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama Mulyana, 2005:41.
Menurut Carl I. Hovland Effendy, 2005:10, komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Sedangkan menurut Lasswell komunikasi adalah proses penyampaian
pesa oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan
oleh seseorang komunikator kepada orang lain komunikan. Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan,
kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Yang menjadi permasalahan ialah bagaimana caranya agar
“gambaran dalam benak” dan “isi kesadaran” pada komunikator itu dapat dimengerti, diterima, dan bahkan dilakukan oleh komunikan Effendy, 2005:11.
Wilbur Schramm Effendy, 1992:32-33 dalam karyanya “How Communication Works” mengatakan the condition of success in communication diringkaskan sebagai berikut
: a.
Pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud.
b. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang
sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama dapat dimengerti. c.
Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan, dan menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
d. Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tadi yang
layak bagi situasi kelompok tempat komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
I.5.2. Komunikasi Penyuluhan
Penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti ‘obor’, dalam arti kita mampu memberi penerangan dari keadaan gelap menjadi terang. Samsuddin menyebut penyuluhan
sebagai usaha pendidikan non formal untuk mengajak orang mau melaksanakan ide-ide baru Mulyana, 2007:11. Penyuluhan juga merupakan kegiatan mendidikkan sesuatu kepada
masyarakat, memberi mereka pengetahuan, informasi-informasi, dan kemampuan- kemampuan baru, agar mereka dapat membentuk sikap dan berperilaku hidup menurut apa
yang seharusnya Nasution, 1990:7. Claar et al., Nasution, 1990:11 membuat rumusan bahwa penyuluhan merupakan
jenis khusus pendidikan pemecahan masalah problem solving yang berorientasi pada tindakan yang mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, dan memotivasi, tapi tidak
melakukan pengaturan regulating dan juga tidak melaksanakan program yang non-edukatif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyuluhan dimaksudkan sebagai kegiatan
memberi penerangan ataupun penjelasan kepada mereka yang disuluhi, agar tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai suatu masalah tertentu.
Mardikanto Yustina, 2003:191 mencatat bahwa penyuluhan dapat diartikan dengan berbagai pemahaman, seperti : 1 penyebarluasan informasi, 2 peneranganpenjelasan,
3 pendidikan non - formal luar sekolah, 4 perubahan perilaku, 5 rekayasa sosial, 6 pemasaran inovasi teknis dan sosial, 7perubahan social perilaku individu, nilai-
nilai, hubungan antar individu, kelembagaan,dll, dan 8pemberdayaan masyarakat community empowerment, penguatan komunitas community strengthening. Karena itu
Universitas Sumatera Utara
penyuluhan diartikan sebagai proses perubahan social, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama
yang partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri semua stakeholder individu, kelompok, kelembagaan yang terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujudnya
kehidupan yang semakin berdaya, mandiri, dan partisipatif yang semakin sejahtera secara berkelanjutan.
Pada hakekatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Proses yang dialami mereka yang disuluh sejak mengetahui, memahami, meminati, dan kemudian menerapkannya
dalam kehidupan nyata, adalah suatu proses komunikasi. Dengan demikian kelihatanlah bagaimana pentingnya memenuhi persyaratan komunikasi yang baik untuk tercapainya hasil
penyuluhan yang baik. Dalam melakukan penyuluhan, faktor penyampaian baca : pengkomunikasian hal-hal yang disuluhkan adalah amat penting. Karena itu penyuluhan
menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu disain, yang secara terperinci dan spesifik menggambarkan hal-hal pokok berikut ini :
a Masalah yang dihadapi
b Siapa yang akan disuluh
c Apa tujuan objectives yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan
d Pendekatan yang dipakai
e Pengembangan pesan
f Metodasaluran yang digunakan
g Sistem evaluasi yang “telah terpasang” atau “built-in” di dalam rencana
keseluruhan kegiatan dimaksud Nasution, 1990:11. Komunikasi penyuluhan lebih tepat dimasukkan ke dalam kelompok definisi secara
paradigmatis, karena pada proses komunikasi dalam penyuluhan selalu dikaitkan dengan
Universitas Sumatera Utara
tujuan untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku, pengetahuan dan keterampilan sasaran komunikasi, baik secara langsung atau tidak langsung sehingga sasaran komunikasi akan
berubah menuju ke arah lebih baik dengan cara mengikuti saran, gagasan atau inovasi yang diajarkan Setiana, 2005:18.
Berikut adalah faktor pendukung efektivitas penyuluhan Setiana, 2005:48-56 : a.
Metode Penyuluhan, berdasarkan pendekatan sasaran:
1 Pendekatan perorangan personal approach. Dalam metode ini penyuluh
berhubungan secara langsung maupun tidak langsung. Metode ini dinilai sangat efektif karena dapat secara langsung memecahkan masalah atas bimbingan penyuluh,
tetapi dari segi jumlah sasaran yang dicapai metode ini kurang efektif. Metode ini biasanya dilakukan dengan berdialog langsung, surat-menyurat, hubungan telepon.
Dalam pendekatan perorangan ini Nasution, 1990:22-24 juga menyatakan seorang penyuluh dituntut untuk memiliki: kemampuan empati, menciptakan situasi
homophily dengan khalayak, dan menegakkan keserasian program. 2
Pendekatan kelompok group approach. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, disamping dari transfer teknologi informasi juga
terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Metode pendekatan kelompok lebih menguntungkan karena
adanya umpan balik, yang termasuk dalam metode pendekatan kelompok ini diantaranya diskusi kelompok, demonstrasi cara dan hasil, karyawisata, kursus, dan
lain-lain. b.
Media Penyuluhan adalah alat bantu penyuluhan yang berfungsi sebagai perantara yang
dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Dalam penyuluhan dikenal beragam media atau alat
bantu penyuluhan, seperti benda sampel, model tiruan, barang cetakan brosur, poster,
Universitas Sumatera Utara
photo, leaflet,sheet, gambar diproyeksikan slide, film, film-strip, video, movie-film dan lambang grafika grafik batang dan garis, diagram, skema, peta.
c. Materi Penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan
penyuluhan berupa informasi-informasi atau pesan. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal danatau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud.
Selanjutnya Lasswell Mulyana, 2005:63 mengatakan pesan mempunyai tiga komponen yaitu makna gagasan, ide dan nilai, simbol yang digunakan bahasa atau kata-kata dan
bentuk pesan verbal dan nonverbal. Materi dalam penyuluhan adalah yang sesuai dengan kebutuhan sasaran dan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh
sasaran penyuluhan. d.
Waktu dan Tempat Penyuluhan. Dalam penyuluhan pengaturan waktu dan tempat
yang tepat harus sesuai situasi dan kondisi masyarakat sasaran penting dan saling berkaitan dalam mencapai tujuan penyuluhan. Kapan dan dimana dilaksanakan
penyuluhan harus terkesan tidak mengganggu dan merugikan sasaran.
I.5.3. Guru
Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang
pendidikan. Pendapat Laurence D. Hazkew dan Jonathan C. Mc Lendon Uno, 2008:15 dalam bukunya This is Teaching : Teacher is professional person who conducts classes.”
Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas. Sedangkan menurut Jean D. Grambs dan C. Morris Mc Clare dalam Foundation of Teaching,
An Introduction to Modern Education, guru adalah mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seorang individu hingga dapat terjadi pendidikan. Dalam
Peraturan Pemerintah RI No.74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 1 di Bab 1, guru adalah
Universitas Sumatera Utara
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai seorang organisatoris, guru harus menciptakan proses edukatif yang dapat
dipertanggungjawabkan. Sedangkan sebagai seorang administrator, guru sebaiknya mengadministrasikan setiap kegiatan sesuai kebutuhan sekolah. Misalnya membuat rencana
pembelajaran secara tertulis, penataan administrasi kelas, kegiatan serta proses administrasi lainnya Majalah FORWAS, Nomor 26XII2007.
Posisi dan peran guru: a.
Pemimpin belajar b.
Fasilitator belajar c.
Moderator belajar d.
Motivator belajar e.
Evaluator belajar Oleh karena itu, syarat-syarat guru yang baik dan berhasil adalah :
a. Guru harus berijazah
b. Guru harus sehat jasmani dan rohani
c. Guru harus bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan baik
d. Guru haruslah orang yang bertanggung jawab
e. Guru di Indonesia harus berjiwa nasional Uno, 2008:27-29.
I.5.4. Kompetensi Profesional
Menurut Spencer Uno, 2008:61-62, kompetensi sebagai penampilan kinerja atau situasi. Pengertian Spencer lebih menekankan pada wujud dari kompetensi yaitu sebagai daya
untuk melakukan sesuatu yang mewujud dalam bentuk unjuk kerja atau hasil kerja. Dalam
Universitas Sumatera Utara
teminologi yang berlaku umum, istilah kompetensi berasal dari bahasa Inggris competence sama dengan being competent dan competent sama dengan having ability, power, authority,
skill, knowledge, attitude, etc. Pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan dan kecakapan. Seseorang yang dinyatakan kompeten di bidang tertentu adalah seseorang yang
menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan.
Cooper Uno, 2008:67, mengemukakan empat kompetensi guru, yakni a mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, b mempunyai
pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya, c mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat, dan bidang studi yang dibinanya, serta d
mempunyai ketrampilan teknik mengajar. Guru yang memiliki kompetensi profesional perlu menguasai antara lain Uno, 2008:64:
a. Disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber bahan pelajaran
b. Bahan ajar yang diajarkan
c. Pengetahuan tentang karakteristik siswa
d. Pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan
e. Pengetahuan serta penguasaan metode dan model mengajar
f. Penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran
g. Pengetahuan terhadap penilaian
Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah RI No.74 tahun 2008 tentang Guru Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.16 Tahun 2007 Tanggal 4 Mei 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, menyebutkan bahwa Kompetensi Profesional Guru mencakup :
1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu.
Universitas Sumatera Utara
a. Menginterpretasikan materi, struktur, konsep dan pola pikir ilmu-ilmu yang relevan
dengan pembelajaran mata pelajaran guru tersebut. b.
Menganalisis materi, struktur, konsep dan pola pikir ilmu-ilmu yang relevan dengan
mata pelajaran guru tersebut.
2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang
diampu.
a.
Memahami standar kompetensi yang diampu.
b. Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.
c. Memahami tujuan pembelajaran yang diampu.
3. Mengembangkan materi pembelajaran yang mampu secara kreatif.
a. Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik. b.
Mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif.
a.
Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus.
b. Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan.
c. Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan.
d. Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.
a. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi.
b. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.
Universitas Sumatera Utara
I.6. KERANGKA KONSEP Bungin Kriyantono, 2006:17 mengartikan konsep sebagai generalisasi dari
sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama, sedangkan Kerlinger menyebut konsep sebagai abstraksi yang dibentuk dengan
menggeneralisasikan hal-hal khusus. Jadi kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam
memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai, dapat menuntun penelitian pada rumusan hipotesa Nawawi, 2005:40.
Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan di atas, ada beberapa konsep yang harus dioperasionalisasikan menjadi:
a. Variabel Bebas atau Independence Variable X
Variabel bebas adalah gejala-gejala atau faktor-faktor atau sifat-sifat yang menjadi alasan atau sebab muncul atau adanya varibel kedua sebagai akibat Nawawi,
2005:49.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah “komunikasi penyuluhan.”
b. Variabel Terikat atau Dependence Variable Y
Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya.
c. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah “peningkatan kompetensi profesional”
Variabel Antara Z Variabel antara adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol. Nawawi,
2005:58.
Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden
Universitas Sumatera Utara
I.7. MODEL TEORITIS