Analisis Putusan Tentang Pertimbangan Hukum Hakim

sebenarnya. Adapun yang sah dan resmi dijadikan sumber menentukan tempat tinggal tergugat, terdiri dari berbagai akta atau dokumen. Yang terpenting diantaranya : Berdasarkan KTP, Kartu Rumah Tangga, Surat Pajak, dan Anggaran Dasar Perseroan. 5 Putusan Pengadilan Agama Depok dengan Nomor Perkara 1155Pdt.G2008 PA.Dpk. Sejalan dengan kompetensi atau wewenang hukumnya, jadi baik kompetensi absolut maupun kompetensi relatif memang sesuai dengan wewenangnya dengan hukum positif atau Peraturan yang berlaku di Indonesia.

B. Analisis Putusan Tentang Pertimbangan Hukum Hakim

Pertimbangan hukum yang digunakan oleh Majelis Hakim tersebut dalam putusan perkara nomor 1155 Pdt.G 2008 PA.DPK yaitu: a. Pasal 174 HIR, dimana Majelis Hakim berpendapat pengakuan merupakan bukti yang mengikat dan sempurna. b. Pasal 22 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Pasal 76 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana yang telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama, dimana Majelis Hakim memandang telah cukup untuk mempertimbangkan alasan permohonan cerai yang diajukan oleh Pemohon. 5 Muhammad Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan, h.193 c. Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 38 KAG1990 tanggal 22-8-1991 dan Nomor 266 KAG1993 tanggal 25-6-1996, dimana dalam pemeriksaan perkara ini Majelis Hakim memandang tidak perlu untuk menggali fakta tentang apa dan siapa yang menyebabkan terjadinya perselisihan dan pertengkaran dalam rumah tangga Pemohon dan Termohon, akan tetapi fakta yang perlu diungkap adalah tentang pecahnya rumah tangga Pemohon dan Termohon itu sendiri sebagaimana maksud yurisprudensi ini. d. Al-Qur’an Surat Ar-Rum Ayat 21 dan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Jo. Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam INPRES Nomor 1 Tahun 1991, dimana Majelis Hakim berpendapat bahwa hubungan antara Pemohon dan termohon dalam membina rumah tangga sudah tidak harmonis, sehingga sulit untuk mewujudkan tujuan perkawinan. e. Pasal 39 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan beserta penjelasannya dan Pasal 19 Huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Jo. Pasal 116 Huruf f Kompilasi Hukum Islam. Dalam kondisi tidak harmonis tersebut Majelis Hakim berpendapat ikatan perkawinan antara Pemohon dan Termohon telah pecah broken marriage. f. Pasal 149 dan Pasal 153 b Kompilasi Hukum Islam, bahwa apabila perkawinan putus karena talak maka bekas suami wajib memberikan mut’ah kepada bekas istri dan nafkah selama menjalani masa iddah. Sesuai dengan maksud Pasal 153 b Kompilasi Hukum Islam, apabila perkawinan putus karena perceraian, waktu tunggu bagi yang masa haid di tetapkan 3 tiga kali suci dengan sekurang-kurangnya 90 hari. g. Pasal 89 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, sebagaimana yang telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perdilan Agama, Dalam Konvensi dan Rekonvensi yaitu karena perkara ini termasuk dalam bidang perkawinan, semua biaya yang timbul dalam perkara ini dibebankan kepada Pemohon KonvensiTergugat Rekonvensi. Dalam pertimbangan hukum yang digunakan oleh hakim yang memutus perkara ini sesuai dengan peraturan yang berlaku, berdasarkan bukti yang ada sudah memenuhi aturan yang berlaku, dalam perkara ini dalam tahap konvensi Majelis Hakim telah berusaha mendamaikan Pemohon dan Termohon agar kembali rukun untuk membina rumah tangga bersama, namun tidak berhasil, Majelis Hakimpun telah memerintahkan Pemohon dan Termohon untuk melakukan mediasi di luar pengadilan, baik dengan bantuan mediator dari luar pengadilan maupun dari dalam pengadilan, namun Pemohon dan Termohon sama-sama menolak upaya mediasi tersebut. Sedangkan dalam tahap rekonvensinya Pada putusan Pengadilan Agama Depok perkara no.1155Pdt.G2008PA.DPK rekonvensi, diberita acara persidangan rekonversi belum tercantumkan proses mediasi, Pada perkara ini tidak dilakukan mediasi dalam rekonvensi yang formal tapi para pihak diperintahkan untuk bagaimana memikirkan baiknya. Jadi sudah ada anjuran bagi para pihak kearah baik-baik bagaimana mereka dipikirkan cerainya dalam rekonvensinya ini. Pada tahun 2008 belum ada mediasi seperti sekarang, pada saat itu mediasi sosialisasinya belum berjalan, pada tahun 2009 baru berjalan. Pada saat itu Mediasi belum terlalu prinsip menurut pemahaman hakim setelah sosialisasi berjalan baru mediasi di efektifkan, pada rekonvensi belum dijalankan mediasi, mediasi dilakukan hanya pada pokok perkara saja. Berita acara dalam tahap rekonvensi adanya mediasi atau tidak, itu bersifat kondisional. Menurut penulis mediasi tetap harus diupayakan dalam tahap rekonvensi, sebagai mana menurut M. Yahya Harahap bahwa pada prinsipnya upaya hakim dalam mendamaikan bersifat imperatif. Hakim berupaya mendamaikan para pihak yang berperkara. 6 Dalam pemeriksaan perkara perceraian, fungsi upaya hakim untuk mendamaikan para pihak, tidak terbatas pada sidang pertama saja. Ketentuan pasal 82 ayat 4 UU No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama jis Pasal 31 ayat 2 dan Pasal 21 PP No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 melampaui prinsip tersebut. Menurut ketentuan pasal dimaksud, upaya mendamaikan dalam perkara perceraian adalah berlanjut selama proses 6 Muhammad Yahya Harahap,, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan , h. 239 pemeriksaan berlangsung dan mulai dari sidang pertama sampai tahap putusan belum dijatuhkan. Dalam praktek pemeriksaan perkara gugatan rekonvensi secara umum selama ini tidak lagi ditempuh upaya perdamaian oleh majelis, hanya dalam beberapa kasus ditemukan adanya perdamaian khsusus untuk rekonvensi atas inisiatif para pihak berperkara. Padahal kalau merujuk kepada asas umum hukum acara yang berlaku, semestinya setiap sengketa yang diperiksa di persidangan harus diawali dengan upaya perdamaian.

C. Analisis Putusan Tentang Putusan Pengadilan