Analisis Putusan Tentang Duduk Perkara

67

BAB IV MEDIASI DALAM PERKARA NOMOR 1155Pdt.G2008PA. DPK

A. Analisis Putusan Tentang Duduk Perkara

Ditinjau dari kekuasaan absolut atau yuridiksi absolut mengadili, kedudukan Pengadilan Agama Depok yang mengadili perkara cerai talak dalam putusan ini dengan nomor Perkara 1155Pdt.G2008PA.Dpk. memang sesuai dengan wewenangnya. Kompetensi absolut atau yuridiksi absolut mengadili, kedudukan Pengadilan Agama Depok sebagai penyelengara kekuasaan Negara di bidang yudikatif yang berada di bawah Mahkamah Agung MA, secara konstitual bertindak menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan, dalam kedudukannya sebagai pengadilan Negara Peradilan Agama berwenang mengadili perkara bagi rakyat yang beragama Islam mengenai: perkawinan, kewarisan yang meliputi wasiat, hibah, wakaf dan shodaqah, serta bertugas dan berwenang untuk memberikan pelayanan hukum dan keadilan dalam bidang hukum keluarga dan harta perkawinan bagi yang beragama islam berdasarkan hukum Islam. Karena perkara ini termasuk dalam bidang hukum keluarga dan harta perkawinan bagi yang beragama islam yaitu perkara cerai talak sebagaimana maksud dan tujuan permohonan Pemohon untuk bercerai. Dalam perkara putusan ini dengan nomor Perkara 1155Pdt.G2008PA.Dpk. Bahwa dalam putusan ini berisikan perkara cerai talak dimana Pemohon dalam surat permohonannya tertanggal 10 November 2008 yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Agama Depok pada tanggal itu juga dengan register perkara Nomor 1155Pdt.G2008PA.Dpk mengajukan permohonan cerainya. Menurut amandemen Pasal 24 ayat 2 UUD 1945 dan Pasal 10 ayat 1 UU No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman sebagaimana di ubah dengan UU No. 35 Tahun 1999 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dan sekarang diganti dengan pasal 2 jo. Pasal 10 ayat 2 UU No. 4 Tahun 2004; tentang Kekuasaan Kehakiman Judicial Power yang berada di bawah Mahkamah Agung MA, dilakukan dan dilaksanakan oleh beberapa lingkungan peradilan yang terdiri dari : Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara. 1 Keempat lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung ini, merupakan penyelengara kekuasaan Negara di bidang yudikatif. Oleh karena itu secara konstitual bertindak menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan,dalam kedudukannya sebagai pengadilan Negara. Dengan demikian, Pasal 24 ayat 2 UUD 1945 dan Pasal 2 jo. Pasal 10 ayat 2 UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman merupakan landasan sistem peradilan Negara di Indonesia, yang dibagi dan terpisah berdasarkan yuridiksi. 1 Muhammad Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan, Jakarta: Sinar Grafindo,2006, h. 180 Berdasarkan Pasal 49 UU No.7 Tahun 1989 Tentang peradilan Agama, bahwa Peradilan Agama berwenang mengadili perkara bagi rakyat yang beragama Islam mengenai: Perkawinan, Kewarisan yang meliputi wasiat, hibah, Wakaf dan Shodaqah. 2 Berdasarkan ketentuan Undang-undang No.3 tahun 2006 tentang peradilan Agama khususnya pasal 1,2,49 dan penjelasan umum angka 2 serta peraturan perundang-undangan lain yang berlaku, antara lain Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, PP No.28 tahun 1977 tentang Wakaf, PERMENEG No.2 tahun 1987 tentang wali hakim, maka Pengadilan Agama bertugas dan berwenang untuk memberikan pelayanan hukum dan keadilan dalam bidang hukum keluarga dan harta perkawinan bagi yang beragama islam berdasarkan hukum Islam. 3 Ditinjau dari kompetensi relatif, kedudukan Pengadilan Agama Depok yang mengadili perkara cerai talak dalam putusan ini dengan Nomor Perkara 1155Pdt.G2008PA.Dpk. memang sesuai dengan wewenangnya. Setiap Pengadilan Agama terbatas daerah Hukumnya. Hal ini sesuai dengan kedudukan Pengadilan Agama, hanya berada di wilayah tertentu. Menurut Pasal 4 ayat 1 UU No.2 Tahun 1986: 2 Muhammad Yahya Harahap,, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan , h. 183 3 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006, h.2 a. Pengadilan Agama satu lingkup dengan Pengadilan Negeri di bawah Mahkamah Agung berkedudukan di Kotamadya atau di ibukota Kabupaten. b. Daerah hukumnya, meliputi wilayah Kotamadya atau Kabupaten yang bersangkutan. Berdasakan pasal itu, kewenangan mengadili Pengadilan Agama hanya terbatas pada daerah hukumnya, diluar itu tidak berwenang. Tempat kedudukan daerah hukum, menentukan batas kompetensi relatif mengadili bagi setiap Pengadilan Agama. 4 Patokan menentukan kewenangan mengadili dihubungkan dengan batas daerah hukum Pengadilan Agama, merujuk kepada ketentuan Pasal 118 HIR Pasal 142 RBG. Dalam Pasal 118 HIR ditegaskan bahwa: a. Yang berwenang mengadili suatu perkara adalah Pengadilan tepat tinggal tergugat, b. Oleh karena itu, agar gugatan yang diajukan penggugat tidak tidak melanggar batas kompetensi relatif, gugatan harus diajukan dan dimasukan kepada Pengadilan yang berkedudukan di wilayah atau daerah hukum tempat tinggal tergugat. Menurut hukum, yang dianggap sebagai tenpat tinggal seseorang meliputi: Tempat kediaman, atau Tempat alamat tertentu, atau Tempat kediaman 4 Muhammad Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan, h.191 sebenarnya. Adapun yang sah dan resmi dijadikan sumber menentukan tempat tinggal tergugat, terdiri dari berbagai akta atau dokumen. Yang terpenting diantaranya : Berdasarkan KTP, Kartu Rumah Tangga, Surat Pajak, dan Anggaran Dasar Perseroan. 5 Putusan Pengadilan Agama Depok dengan Nomor Perkara 1155Pdt.G2008 PA.Dpk. Sejalan dengan kompetensi atau wewenang hukumnya, jadi baik kompetensi absolut maupun kompetensi relatif memang sesuai dengan wewenangnya dengan hukum positif atau Peraturan yang berlaku di Indonesia.

B. Analisis Putusan Tentang Pertimbangan Hukum Hakim