Menurut Syafei 2006 dalam melakukan senam hamil diperlukan juga tempat untuk melakukan latihan tersebut, adapun syarat dari tempat
latihan tersebut adalah ruangan cukup luas, udara segar, terang dan bersih, lantai ditutup karpet supaya aman, tidak lembab dan cukup hangat,
dinding ruangan dalam dilapis cermin secukupnya agar membantu ibu untuk konsentrasi dan memberi kesempatan untuk mengkoreksi
gerakannya sendiri, alat dan perkakas di dalam ruangan dipilih yang berwarna muda untuk memberi suasana tenang, ada iringanalunan musik
lembut musik klasik untuk mengurangi ketegangan emosi.
4. Waktu Pelaksanaan Senam Hamil
Menurut Yuliarti 2010 senam hamil dianjurkan dilakukan ketika janin dalam kandungan telah berusia lebih dari tiga bulan, karena sebelum
usia kandungan menginjak tiga bulan perlekatan janin di dalam uterus belum terlalu kuat. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari resiko
abortus, dalam kondisi tertentu senam hamil harus dihentikan. Ada beberapa tanda dan gejala senam hamil harus dihentikan, antara lain:
a. Timbul rasa nyeri, terutama nyeri dada, nyeri kepala dan nyeri pada persendian.
b. Kontraksi rahim yang lebih sering interval 20 menit. c. Perdarahan pervaginam, keluarnya cairan ketuban.
d. Nafas pendek yang berlebihan. e. Denyut jantung yang meningkat 140 xmenit.
f. Mual dan muntah yang menetap. g. Kesulitan berjalan.
h. Pembengkakan yang menyeluruh. i. Aktifitas janin yang berkurang.
5. Kontra Indikasi Senam Hamil
Indivara 2009 menjelaskan ada beberapa kontra indikasi senam hamil yang harus diperhatikan, antara lain:
a. Kontra Indikasi Absolut atau Mutlak Bila seorang wanita hamil mempunyai penyakit jantung, penyakit
paru, serviks inkompeten, kehamilan kembar, riwayat perdarahan pervaginam pada trimester II dan III, kelainan letak plasenta, seperti
plasenta previa, preeklamsi maupun hipertensi. b. Kontra Indikasi Relatif
Bila seorang ibu hamil menderita anemia berat, irama jantung tidak teratur, paru bronchitis kronis, riwayat diabetes mellitus,
obesitas, terlalu kurus, penyakit dengan riwayat operasi tulang ortopedi, dan perokok berat.
C. PERILAKU 1. Pengertian
Perilaku ditinjau dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme makhluk hidup yang bersangkutan. Menurut sudut pandang
biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai
aktivitas masing-masing. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian
ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung,
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar Notoatmodjo, 2007. Skinner 1938, dalam Notoatmodjo, 2007 seorang ahli psikologi
merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi
melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-
R” atau Stimulus Organisme Respons. Skinner membedakan adanya dua
respons.
a. Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan stimulus tertentu. Stimulus semacam
ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap.
b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau
perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulus atau reinforcer, karen memperkuat respons.
Dilhat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua :
a. Perilaku tertutup covert behaviour Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung
atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuankesadaran, dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka overt behaviour Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata
atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik practice, yang dengan mudah dapat
diamati atau dilihat oleh orang lain.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
Green 1991, dalam Notoatmodjo 2007 dalam mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau
masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku behaviour causes dan faktor di luar perilaku non-behaviour causes.
Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor.
a. Faktor-faktor predisposisi predisposing factors, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan
sebagainya. b. Faktor-faktor pendukung enabling factors, yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan dan
sebagainya. c. Faktor-faktor pendorong reinforcing factors yang terwujud dalam
sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
3. Domain Perilaku Benyamin Bloom 1908, dalam Notoatmodjo, 2007 seorang ahli
psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 domain, ranah atau kawasan yakni kognitif cognitive, afektif affectife,
psikomotor psychomotor. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini
dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni : a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga
Notoatmodjo, 2007. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang Notoatmodjo, 2007. Menurut Taksonomi Bloom 1987 pengetahuan mencakup enam
tingkat domain kognitif, yaitu :
1 Tahu know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang
apa yang
dipelajari antara
lain menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. 2 Memahami comprehension
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskn,
menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3 Aplikasi aplication Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4 Analisis analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihatdari penggunaan kata kerja,
seperti dapat
menggambarkan membuat
bagan, membedakan, memisahkan,mengelompokkan, dan sebagainya.
5 Sintesis synthesis Sintesis
menunjuk kepada
suatu kemampuan
untuk meletakkanatau menghubungkan bagian-bagian di dalam suaatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada. 6 Evaluasi evaluation
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Menurut Rogers 1974, dalam Notoatmodjo, 2007 sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut
sudah terjadi proses berurutan, yaitu: a. Awareness kesadaran dimana orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek. b. Interest merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut.
Disini sikap subjek sudah mulai timbul. c. Evaluation menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya. d. Trial mencoba dimana subjek mulai mencoba untuk melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. e. Adoption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-
tingkatan di atas Notoatmodjo, 2007.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukisno 1998 yang dilakukan di tiga rumah sakit di Jakarta Timur menunjukan
pengetahuan ibu hamil tentang senam hamil yang ikut senam hamil sangat baik dan menunjukan hal yang positif yang dibuktikan dengan
menjawab pertanyaan tentang senam hamil dengan lancar dan penuh keyakinan, sedangkan yang tidak mengikuti senam hamil cukup baik
dan positif karena bisa menjawab, mengerti dan faham akan senam hamil bahwa manfaat senam hamil untuk melatih otot-otot tertentu
untuk mempersiapkan dan melancarkan kelahiran. Kecenderungan ibu hamil mengikuti senam hamil didasari oleh pengetahuan ibu
hamil yang berhubungan dengan kehamilan dan proses persalinannya. Sementara sejumlah pengetahuan yang lain diperoleh dan terbentuk
dari seberapa jauh ibu hamil tersebut mendapatkan informasi yang berkaitan dengan program senam hamil tersebut.
b. Sikap Attitude Notoatmodjo 2007 mengatakan sikap adalah respon individu
yang masih bersifat tertutup terhadap suatu rangsangan dan sikap tidak dapat diamati secara langsung oleh individu lain. Sikap belum
merupakan suatu tindakan, tetapi sikap merupakan suatu faktor pendorong individu untuk melakukan tindakan. Proses terbentuknya
suatu sikap pada individu dapat dijelaskan pada diagram ini:
Bagan 2.1. Proses terbentuknya sikap
Sumber : Notoatmodjo 2007.
Menurut Allport 1954, dalam Notoadmodjo, 2003 sikap mempunyai tiga komponen pokok, yaitu:
1 Kepercayaan keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2 Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek.
3 Kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen itu secara bersama-sama membentuk suatu sikap
yang utuh total attitude dan dipengaruhi oleh pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi. Sikap mempunyai beberapa tingkatan,
diantaranya : a Menerima receiving, pada tingkat ini individu mau
memperhatikan stimulus yang diberikan berupa objek atau informasi tertentu.
Stimulus Rangsangan
Proses Stimulus Reaksi
Tingkah laku terbuka
Sikap
b Merespon responding, pada tingkat ini individu akan memberikan jawaban apabila ditanya mengenai objek tertentu dan
menyelesaikan tugas yang diberikan. Usaha individu untuk menjawab dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan
indikator bahwa individu tersebut telah menerima ide tersebut terlepas dari benar atau salah usaha yang dilakukan oleh individu
tersebut. c Menghargai valuing, pada tingkat ini individu sudah mampu
untuk mengajak
orang lain
untuk mengerjakan
atau mendiskusikan suatu masalah, berarti individu sudah mempunyai
sikap positif terhadap suatu objek tertentu. d Bertanggung jawab responsible, pada tingkat ini individu
mampu bertanggung jawab dan siap menerima resiko dari sesuatu yang telah dipilihnya. Tingkat ini merupakan sikap tertinggi
dalam tingkatan sikap sesorang untuk menerima suatu objek atau ide baru.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukisno 1998 yang dilakukan di tiga rumah sakit di Jakarta Timur, menunjukan sikap
ibu hamil yang mengikuti senam hamil berdasarkan pengalaman dan kecenderungan mengikuti senam hamil untuk mempersiapkan fisik
dan mental menghadapi proses kelahiran yang normal dan lancar serta yakin akan manfaat senam hamil, berarti ini menunjukan suatu
sikap yang baik dan positif tentang senam hamil. Sedangkan yang
tidak ikut senam hamil dari kecenderungan dan dukungan terhadap senam hamil dan dari pengalaman tentang olahraga bahwa senam
hamil bermanfaat mempersiapkan mental dan memperlancar kelahiran, hal ini menunjukan sikap yang baik dan positif.
c. Praktek atau Tindakan Practice Sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan,
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan terwujudnya suatu tindakan, diantaranya adalah faktor fasilitas dan
faktor dukungan dari pihak lain. Beberapa tingkatan dalam praktek
antara lain:
1 Persepsi perception, merupakan praktek pada tingkat pertama. Pada tingkat ini individu mampu mengenal dan memilih berbagai
objek terkait dengan tindakan yang akan diambil. 2 Respon terpimpin guide response, indikator pada tingkat ini
adalah individu mampu untuk melakukan sesuatu dengan urutan yang benar.
3 Mekanisme mechanism, pada tingkat ini individu sudah menjadikan suatu tindakan yang benar menjadi suatu kebiasaan.
4 Adopsi adoption, individu sudah mampu memodifikasi suatu tindakan tanpa mengurangi nilai kebenaran dari tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung dengan cara wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan oleh individu
sebelumnya, dan secara langsung dengan cara mengobservasi tindakan atau kegiatan individu tersebut Notoadmodjo, 2003.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukisno 1998 yang dilakukan di tiga rumah sakit di Jakarta Timur, menunjukan perilaku
ibu hamil terhadap senam hamil yang ikut senam hamil karena adanya keinginan yang kuat untuk melahirkan secara normal, alamiah tanpa
operasi serta anjuran dari dokter serta dukungan moril dari suami ini merupakan dorongan untuk ikut kegiatan senam hamil sehingga
praktek dan perilaku ibu hamil tentang senam hamil sangat baik dan positif. Ibu hamil yang tidak ikut senam hamil karena adanya
pemikiran yang tradisional bahwa kegiatan ibu hamil dengan jalan - jalan pagi, olahraga ringan, pekerjaan sehari hari dirumah seperti
ngepel sudah merupakan kegiatan senam seperti senam hamil, dengan adanya pengalaman dari orang tuanya ibu hamil menjadi yakin hal ini
bisa memperlancar kelahiran. Hal ini menunjukan praktek dan perilaku ibu hamil tentang senam hamil sudah cukup baik meskipun dilakukan
dengan cara yang berbeda dan hasilnya sama yaitu untuk memperlancar kelahiran.
D. KERANGKA TEORI
Kerangka teori merupakan modifikasi dari teori Green 1980, Bobak 2005, dan Pender 1996.
Bagan 2.2. Kerangka Teori
Sumber : Notoatmodjo 2007 dan Bobak 2005 Faktor pendukung :
Ketersediaan sarana dan
prasarana Puskesmas
Faktor predisposisi : Pengetahuan
Sikap Kepercayaan
Nilai-nilai dan keyakinan
Faktor pendorong : Dorongan dari pihak
puskesmas bidan untuk melaksanakan
senam hamil Pelaksanaan ibu
hamil dalam melakukan senam
hamil
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti adalah variabel bebas independen yang ingin diketahui yakni pengetahuan dan sikap ibu hamil
terhadap senam hamil, sedangkan variabel terikat dependen yang akan diteliti yaitu pelaksanaan senam hamil.
Variabel pengetahuan dan sikap merupakan variabel yang sangat mempengaruhi perilaku sehat yang dilakukan seseorang, dimana pengetahuan
dan sikap merupakan domain dari perilaku Notoatmodjo, 2007. Alasan kenapa variabel lainnya yang terdapat dalam kerangka teori tidak
diikutsertakan dalam penelitian ini disebabkan karena keterbatasan penelitian, kesukaran dalam pengukuran, dan penelitian ini hanya dilakukan di satu
puskesmas, dimana sarana dan prasarana untuk senam hamil di puskesmas tersebut memang tidak tersedia, serta tidak adanya promosi kesehatan tentang
senam hamil dari puskesmas tersebut.
Bagan 3.1. Kerangka konsep penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap dengan pelaksanaan senam hamil studi pada ibu
hamil trimester II dan III di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan
Pengetahuan Ibu Hamil
Sikap Ibu Hamil Pelaksanaan
senam hamil
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel
Definisi operasional
Cara ukur Alat ukur
Hasil ukur Skala
ukur
1 Pengetahuan Pengetahuan
adalah kemampuan
ibu hamil dalam
memahami senam hamil
yang berkaitan dengan
pengertian senam hamil,
tujuan dan manfaat senam
hamil, indikasi dan
kontraindikasi senam hamil,
syarat untuk melakukan
senam hamil, serta waktu
pelaksanaan senam hamil.
Wawancara Kuisioner 1. Pengetahuan
baik jika presentase
76 - 100. 2. Pengetahuan
sedang jika presentase
56 - 75. 3. Pengetahuan
rendah jika presentase
55 Nursalam,
2003. Ordinal
2 Sikap
Sikap adalah tanggapan,
reaksi positif atau negatif
dari ibu hamil terhadap
kegiatan senam hamil.
Wawancara Kuisioner
1. Sikap negatif jika
total skor kurang dari
nilai median 25.
2. Sikap positif jika total
skor lebih dari nilai
median ≥25.
Ordinal
3 Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah tindakan
nyata dari ibu hamil untuk
melakukan senam hamil,
Wawancara Kuisioner
1. Tidak melakukan
jika total skor kurang
dari nilai median
≤2. 2. Melakukan
jika total skor lebih
dari nilai median
2.
Ordinal
C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan pelaksanaan senam hamil.
2. Ada hubungan antara sikap ibu hamil dengan pelaksanaan senam hamil.
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Menurut Setiadi 2007 metode penelitian analitik adalah suatu metode penelitian yang terdiri atas variabel bebas dan terikat, membutuhkan jawaban
mengapa dan bagaimana. Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional.
B. Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan pada bulan Agustus–September 2010. Alasan peneliti memilih Puskesmas Ciputat
sebagai lokasi penelitian karena di puskesmas ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan sikap dengan pelaksanaan
senam hamil di Puskesmas Ciputat.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Menurut Sugiono 2003, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objeksubjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Hidayat, 2007. Populasi dalam penelitian ini
adalah ibu hamil trimester II dan III yang berada di wilayah ciputat.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi, atau sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang
diteliti Sugiono dalam Hidayat, 2007. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling
yaitu teknik
pengambilan sampel
dengan pertimbangan tertentu Hidayat, 2007. Sampel dalam penelitian ini adalah
ibu hamil trimester II dan III yang berkunjung ke puskesmas ciputat. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan
ketentuan rumus besar sampel yang sesuai dengan rancangan penelitian yaitu rumus sampel uji beda dua proporsi.
= [Z
α
2 1 −
+ Z
β
P ₁1 − P₁ + P₂1 − P₂]²
P ₁ − P₂²
Keterangan:
n = Jumlah sampel yang dibutuhkan
Z
1 −α2
= 1,96 Derajat kemaknaan 95 CIConfidence Interval dengan α sebesar 5
Z
1 −β
= 0,84 Kekuatan uji sebesar 80 P
₁ = 0,3333 proporsi penelitian terdahulu Adityasari, 2009
P ₂
= P1- 30 0,3333 – 0,3 = 0,0333 P
̅ = P
₁+P₂2 = 0.3333+0,03332= 0,1833
=
[
α β
₁ ₁ ₂
₂]² ₁
₂²
=
[ . ,
, ,
, ,
, ,
]² ,
, ²
=
[ . ,
, ,
, ,
]² , ²
=
[ . √ ,
, √ ,
]² ,
=
[ , ,
]² ,
=
, ,
= 24,87= 25 responden
Setelah dilakukan penghitungan, maka didapat n sampel = 25 responden. Selanjutnya hasil sampel di kali kan dua. Maka jumlah sampel
adalah 25x2 = 50 responden. Untuk menghidari terjadinya sampel yang drop out dan sebagai
cadangan maka peneliti menambahkan 10 dari jumlah sampel minimal. Cadangan 10 x 50 = 5 responden
Total = 50 orang + 5 orang = 55 responden
Jadi, jumlah sampel keseluruhan yang diambil untuk keperluan penelitian ini yaitu 55 responden ibu hamil trimester II dan III.
D. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan lembaran kuesioner yang disusun secara terstruktur berdasarkan teori dan
berisikan pertanyaan yang harus dijawab responden. Instrumen ini terdiri dari
empat bagian yaitu data demografi meliputi inisial nama, usia ibu, usia kehamilan, dan alamat. Bagian kedua kuisioner untuk tingkat pengetahuan
keluarga berisi 15 pernyataan tertutup tentang kehamilan, senam hamil, tujuan dan manfaat senam hamil, indikasi dan kontraindikasi senam hamil, syarat
boleh mengikuti senam hamil, dan waktu dan tempat pelaksanaan senam hamil.
Penilaian untuk pernyataan positif tentang pengetahuan menggunakan skala diskontiniu yaitu jika jawaban benar mendapatkan nilai 1 dan jika
jawaban salah tidak mendapat nilai 0. Pernyataan positif mengenai pengetahuan yaitu kuisioner C1, C2, C3, C4, C6, C7, C8, C11, dan C12.
Sedangkan pernyataan negatif yaitu kuisioner C5, C9, C10, C13, C14, dan C15.
Bagian ketiga kuisioner berisi 10 pernyataan tertutup tentang sikap ibu hamil tentang senam hamil dan penilaiannya menggunakan skala Likert.
Pernyataan yang memiliki nilai positif adalah kuisioner A1, A2, A3, A5, A6, dan A8. Sedangkan pernyataan yang memiliki nilai negatif adalah kuisioner
A4, A7, A9, dan A10. Penilaian untuk pernyataan positif sikap keluarga yaitu: Sangat setuju
: 4 Setuju
: 3 Tidak setuju
: 2 Sangat tidak setuju: 1
Sedangkan penilaian pernyataan negatif sikap keluarga tentang senam hamil juga menggunakan skala Likert, yaitu:
Sangat tidak setuju: 4 Tidak setuju
: 3 Setuju
: 2 Sangat setuju
: 1 Bagian keempat lembar kuisioner berisi 5 pertanyaan tertutup yang diisi
oleh responden tentang pelaksanaan ibu hamil terhadap senam hamil dengan menggunakan skala diskontiniu yaitu jika jawaban ya melakukan nilai 1 dan
jika jawaban tidak melakukan mendapat nilai 0.
E. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar- benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuisioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa
item pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan dengan menghitung korelasi antara
masing-masing skor item pertanyaan dari setiap variabel dengan total skor variabel tersebut. Uji validitas menggunakan korelasi Product Moment
dari Pearson. Suatu instrumen dikatakan valid atau sahih apabila korelasi tiap butiran memiliki nilai positif dan nilai t hitung t tabel Hidayat,
2008.
2. Uji Reliabiitas
Setelah mengukur validitas, maka perlu mengukur reliabilitas data, apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak. Reliabilitas merupakan
indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukan sejauh mana
hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang
sama. Pengukuran reliabilitas menggunakan bantuan software computer dengan rumus Alpha Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Alpha Cronbach 0,60 Hidayat, 2008. Sebelum melakukan penelitian, peneliti akan melakukan uji validitas
dan reliabilitas untuk mendapatkan instrumen yang valid untuk penelitian. Uji coba instrumen dilakukan pada bulan Agustus tahun 2010. Uji coba
dilakukan terhadap 10 orang ibu hamil di Puskesmas Ciputat. Lokasi tersebut sama dengan lokasi penelitian, sehingga responden yang telah
diteliti dalam uji validitas dan reliabilitas, tidak termasuk responden dalam penelitian.
F. Metode Pengumpulan Data
1. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, maka dilanjutkan dengan mengajukan surat permohonan ijin penelitian ke Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Menyerahkan surat permohonan ijin penelitian kepada kepala bagian
Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan.
3. Menyeleksi calon responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti.
a. Peneliti menentukan calon responden dengan terlebih dahulu melihat kerangka sampel yang ada.
b. Dengan menggunakan tekhnik purposive sampling peneliti menentukan calon responden sebanyak 55 ibu hamil sesuai dengan besar sampel
yang telah ditentukan. 4. Setelah mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan, peneliti melakukan pendekatan dengan cara mendatangi responden yang berkunjung ke puskesmas serta memberikan penjelasan
mengenai penelitian ini. Kemudian jika calon responden bersedia menjadi responden
dapat membaca
lembar persetujuan
kemudian menandatanganinya.
5. Setelah responden menandatangani lembar persetujuan, responden selanjutnya akan diberikan penjelasan mengenai cara pengisian kuisioner
dan responden dianjurkan bertanya apabila ada pertanyaan ataupun pernyataan yang kurang jelas.
6. Peneliti memberikan waktu kira-kira 15 menit kepada responden untuk menjawab pertanyaan dalam kuisioner.
7. Responden diharapkan menjawab seluruh pertanyaan di dalam kuisioner, setelah selesai lembar kuisoner dikembalikan kepada peneliti.
8. Kuisioner yang telah diisi selanjutnya akan diolah dan dianalisa oleh peneliti.
G. Pengolahan data
Menurut Hidayat 2007 dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya :
1. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik angka
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.
Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku code book untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti
suatu kode dari suatu variabel. 3. Entry data
Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi.
4. Melakukan teknik analisis Dalam melakukan teknik analisis, khusunya terhadap data penelitian
akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan
yang hendak dianalisis. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik, sehingga analisis yang digunakan statistika inferensial menarik
kesimpulan yaitu statistika yang digunakan untuk menyimpulkan parameter populasi berdasarkan statistik sampel atau lebih dikenal
dengan proses generalisasi dan inferensial.
H. Analisa Data
Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan computer, yaitu dengan menggunakan program computer. Adapun anlisa data yang dilakukan
adalah : 1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi variable dependen dan independen. Variable tersebut diantaranya
pengetahuan dan sikap. Sedangkan variabel dependen yaitu pelaksanaan senam hamil.
2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
variabel dependen dan independen yaitu hubungan pengetahuan dan sikap dengan pelaksanaan senam hamil di Puskesmas Ciputat studi pada ibu
hamil trimester 2 dan 3. Tehnik analisis yang dilakukan yaitu dengan Analisis Chi-Square
,
Regresi logistic sederhana dan uji korelasi dengan menggunakan derajat k
epercayaan 95 dengan α 5, sehingga jika nilai P p value 0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna signifikan
atau menunjukkan ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen, dan apabila nilai p value 0,05 berarti hasil
perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.
I. Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas responden, melindungi dan menghormati hak responden dengan mengajukan
surat pernyataan persetujuan informed consent Hidayat, 2007. Sebelum menandatangani surat persetujuan, peneliti menjelaskan judul penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan menjelaskan kepada responden bahwa penelitian tidak akan membahayakan bagi responden. Peneliti akan
menjamin kerahasiaan identitas responden, dimana data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan apabila penelitian telah
selesai maka data tersebut akan dimusnahkan.
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan
Puskesmas Ciputat berdiri berawal dari adanya balai pengobatan yang dipimpin oleh H. Kamsari Kadri, beliau merupakan seorang tamatan sekolah
perawat RSUP Jakarta tahun 1935. Pada tahun 1950-1955, balai pengobatan ini semakin berkembang, pasien yang berobat bukan saja warga masyarakat
Kecamatan Ciputat, akan tetapi dari Serpong, Pondok Aren, Pondok Betung, bahkan dari Pondok Pinang sampai masyarakat Kemang. Pelayanan yang
diberikan hanya berupa pengobatan bagi pasien yang berkunjung. Pada tahun 1956 sampai dengan sekarang, setelah namanya diganti
menjadi Puskesmas Ciputat, gedung, sarana, dan prasarana bertambah lengkap begitu juga SDM Sumber Daya Manusia yang sudah mulai dikembangkan.
Puskesmas Ciputat terletak ± 27 km sebelah tenggara Kota Tangerang. Luas wilayah Kecamatan Ciputat kira-kira 13.311 Ha, dengan sebagian besar
berupa tanah daratkering 93,64 sisanya adalah tanah rawadanau. Ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Ciputat berjumlah 3.972 orang,
dan jumlah ibu bersalin sebanyak 3.970 orang Dinkes Tangerang Selatan, 2009.
2. Visi dan Misi Puskesmas Ciputat
a. Visi Unggul dalam pelayanan kesehatan dasar pada tahun 2010.
b. Misi 1 Meningkatkan sumber daya manusia.
2 Mewujudkan pelayanan prima. 3 Menggalang kemitraan dengan lintas program, lintas sektoral dan
swasta. 4 Mendorong kemandirian masyarakat.
3. Program Pokok Puskesmas