Studi Kualitatif Pemenuhan Gizi Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang Tahun 2013

(1)

STUDI KUALITATIF PEMENUHAN GIZI IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENCIRIM KECAMATAN SUNGGAL

KABUPATEN DELISERDANG TAHUN 2013

TESIS

Oleh

RINA DORIANA PASARIBU 117032104/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

QUALITATIVE STUDI ON MEETING THE NUTRITION FOR PREGNANT MOTHER IN THE WORKING AREA OF PUSKESMAS MENCIRIM

SUNGGAL SUBDISTRICT, DELI SERDANG DISTRICT IN 2013

THESIS

BY

RINA DORIANA PASARIBU 117032104/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

STUDI KUALITATIF PEMENUHAN GIZI IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENCIRIM KECAMATAN SUNGGAL

KABUPATEN DELISERDANG TAHUN 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

RINA DORIANA PASARIBU 117032104/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : STUDI KUALITATIF PEMENUHAN GIZI IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS MENCIRIM KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELISERDANG TAHUN 2013

Nama Mahasiswa : Rina Doriana Pasaribu Nomor Induk Mahasiswa : 117032104/IKM

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan gizi Masyarakat

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Fikarwin Zuska) Ketua

(dra. Jumirah,Apt, M.Kes) Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 1 Juli 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Fikarwin Zuska

Anggota : 1. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes 2. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si 3. Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes


(6)

PERNYATAAN

STUDI KUALITATIF PEMENUHAN GIZI IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENCIRIM KECAMATAN SUNGGAL

KABUPATEN DELISERDANG TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2013

Rina Doriana Pasaribu 117032104/IKM


(7)

ABSTRAK

Pemenuhan gizi ibu hamil memegang peran yang signifikan dalam menurunkan Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi dan menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemenuhan gizi ibu hamil. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan paradigma interpretivist dan menggunakan strategi studi kasus. Penelitian ini dilakukan di Desa Sei Mencirim wilayah kerja Puskesmas Mencirim dan informan penelitian adalah empat orang kasus yaitu ibu yang sedang hamil dan ibu yang pernah hamil, suami, orang tua, tukang pijat ibu hamil, bidan yang melakukan ANC, petugas gizi puskesmas, bidan koordinator dan pimpinan puskesmas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola makan ibu saat hamil belum mencerminkan pola makan sehat. Pengetahuan tentang pemenuhan gizi saat hamil bervariasi yang kemungkinan dipengaruhi oleh lamanya tinggal di desa Sei Mencirim, interaksi sosial dimasyarakat dan sumber informasi gizi yang berbeda-beda seperti dari orang tua, media elektronik dan tukang pijat ibu hamil yang dijadikan sebagai konsultan gizi. Pengetahuan tentang gizi ibu hamil tidak didapat dari petugas kesehatan dan penyuluhan gizi ibu hamil tidak diprogramkan di program Puskesmas. Motivasi dalam melakukan pemenuhan gizi saat hamil juga berbeda-beda yaitu untuk mencegah pengeluaran yang lebih besar, untuk mengenyangkan dan memberikan kesenangan bagi diri sendiri, untuk kesehatan anak setelah dilahirkan dan untuk memenuhi kebutuhan psikologis ibu.

Dinas Kesehatan Kabupaten Deliserdang agar lebih memprioritaskan program gizi ibu hamil, melakukan pelatihan konseling gizi ibu hamil untuk seluruh bidan dan mengembangkan suatu model peningkatan pengetahuan gizi ibu hamil dengan pendekatan kepada ibu hamil, suami, orang tua dan tukang pijat ibu hamil dengan tujuan meningkatkan motivasi.


(8)

ABSTRACT

Nutrition of pregnantmother hold a significant role in reducing the maternal mortality rate,infant mortality rate and determine the quality of the child to be born.

This study aims to determine the nutrition of pregnant women. This type of research is a qualitative study and the interpretivist paradigm using a case study strategy. The research was conducted in the village of Sei Mencirim Puskesmas Mencirim and informants are four case studies that women who are pregnant and women who have been pregnant,husband, parents,massagers for pregnant mothers, midwives doing ante natal care, nutrition workers,coordinator of midwives, and the management of Puskesmas.

The results showed that maternal diet during pregnancy does not reflect a healthy diet.The knowledge about meeting the nutrition for the pregnant mother varied which was possibly influenced by the length of stay in Desa Sei Mencirim, social interaction in the local community, and different sources nutrition information.The purpose of meeting the nutrition for pregnant mothers was also different to avoid from bigger expenses, to meet the needs of hunger, to provide health for the baby after being born, and top meet the psychological needs of the mothers. The knowledge about the nutrition for pregnant moter was not obtained from the health workers but from the parents, electronic media, and the massegers selected to be nutrition consultants.

The management of Deli Serdang District Health service should prioritize the program of nutrition for pregnant mothers, provide all the midwives with counseling on nutrition for pregnant mothers, and develop astrategyto improving knowledge on nutrition for pregnant mothers by approaching the pregnant mothers, theirs husbands, their parents, their massagers to improve their motivation.


(9)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul "Studi Kualitatif Pemenuhan Gizi Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang Tahun 2013 .

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kebijakan Gizi Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, dan Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu


(10)

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Fikarwin Zuska selaku ketua komisi pembimbing dan dra. Jumiarah,Apt,M.Kes selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai. 5. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si dan Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes

selaku penguji tesis yang dengan penuh perhatian dan kesabaran untuk mengarahkan dan memberikan saran perbaikan pada penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

6. Pimpinan Puskesmas Mencirim, Bidan Koordinator dan petugas gizi Puskesmas yang telah berkenan memberikan izin untuk melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Mencirim dan juga atas kesediaannya memberikan informasi pada saat penelitian.

7. Kepala desa Sei Mencirim yang telah berkenan memberikan izin untuk melakukan penelitian di Desa Sei Mencirim sampai penelitian selesai.

8. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kebijakan Gizi Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Teristimewa buat suamiku Reinhard Napitupulu, ST beserta anak-anakku Manogar Hardana Napitupulu, Syaloom Gorga Napitupulu dan Esperto


(11)

Morezky Napitupulu yang selalu memberi doa, kasih sayang, motivasi dan berkorban baik moril maupun materil kepada penulis.

10. Rekan rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Angkatan 2011 Minat studi Administras Kebijakan Gizi Masyarakat.

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Juli 2013 Penulis

Rina Doriana Pasaribu 117032104/IKM


(12)

RIWAYAT HIDUP

Rina Doriana Pasaribu, dilahirkan pada tanggal 23 Oktober 1976 di Siborongborong, anak dari pasangan Ayahanda A. Pasaribu dan E.Hutasoit

Pendidikan formal penulis dimulai dari sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri 1 Siborongborong tamat Tahun 1989, Sekolah Menegah Pertama SMP Negeri I Siborongborong tamat Tahun 1992, Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 1 Medan tamat Tahun 1995, Sarjana Kesehatan Masyarakat pada FKM USU tamat Tahun 1999. Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kebijakan Gizi Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2011 dan menyelesaikan pendidikan tahun 2013.

Pada tahun 2000 penulis bekerja pada Dinas Kesehatan Muara Enim propinsi Sumatera Selatan, dan tahun 2008 penulis pindah tempat kerja ke Poltekkes Kemenkes Medan sebagai dosen pada jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan sampai sekarang.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACK... .. ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... iv

DAFTAR ISI ... . v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB 1. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Masalah Penelitian ... 10

1.3 Tujuan Penelitian... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Pentingnya Gizi selama Kehamilan ... 12

2.2 Pemenuhan Gizi Selama Kehamilan ... 13

2.3 Dampak Kekurangan Gizi pada Kehamilan ... 24

2.4 Masalah Makan Selama Kehamilan ... 30

2.5 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ibu dalam Pemenuhan Gizi Selama Kehamilan ... 32

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 42

3.1. Jenis Penelitian ... 42

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 43

3.3 Objek dan Informan Penelitian... 44

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 51

3.5. Analisis Data ... 52

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 54

4.2. Deskripsi Kasus ... 56

4.2.1. Kasus Ibu Sri Murniati ... 56

4.2.2. Kasus Ibu Ocha... 74

4.2.3. Kasus Ibu Lia... 86

4.2.4. Kasus Ibu Yuni ... 92

BAB 5. PEMBAHASAN... 103


(14)

5.2 Pengetahuan... 110

5.2.1 Pengetahuan terhadap Makanan Saat Hamil... 110

5.2.2 Pengetahuan tentang Pemilihan Bahan makanan, Penyimpanan dan pengolahan... 129

5.2.3 Sumber Infomasi Gizi Ibu Hamil... 132

5.3 Motivasi Makan Saat Hamil... 138

5.4 Pengaruh Lingkungan Sosial terhadap Pemenuhan Gizi Saat Hamil ... 142

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 145

6.1. Kesimpulan... 145

6.2. Saran ... 146

DAFTAR PUSTAKA 147


(15)

ABSTRAK

Pemenuhan gizi ibu hamil memegang peran yang signifikan dalam menurunkan Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi dan menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemenuhan gizi ibu hamil. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan paradigma interpretivist dan menggunakan strategi studi kasus. Penelitian ini dilakukan di Desa Sei Mencirim wilayah kerja Puskesmas Mencirim dan informan penelitian adalah empat orang kasus yaitu ibu yang sedang hamil dan ibu yang pernah hamil, suami, orang tua, tukang pijat ibu hamil, bidan yang melakukan ANC, petugas gizi puskesmas, bidan koordinator dan pimpinan puskesmas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola makan ibu saat hamil belum mencerminkan pola makan sehat. Pengetahuan tentang pemenuhan gizi saat hamil bervariasi yang kemungkinan dipengaruhi oleh lamanya tinggal di desa Sei Mencirim, interaksi sosial dimasyarakat dan sumber informasi gizi yang berbeda-beda seperti dari orang tua, media elektronik dan tukang pijat ibu hamil yang dijadikan sebagai konsultan gizi. Pengetahuan tentang gizi ibu hamil tidak didapat dari petugas kesehatan dan penyuluhan gizi ibu hamil tidak diprogramkan di program Puskesmas. Motivasi dalam melakukan pemenuhan gizi saat hamil juga berbeda-beda yaitu untuk mencegah pengeluaran yang lebih besar, untuk mengenyangkan dan memberikan kesenangan bagi diri sendiri, untuk kesehatan anak setelah dilahirkan dan untuk memenuhi kebutuhan psikologis ibu.

Dinas Kesehatan Kabupaten Deliserdang agar lebih memprioritaskan program gizi ibu hamil, melakukan pelatihan konseling gizi ibu hamil untuk seluruh bidan dan mengembangkan suatu model peningkatan pengetahuan gizi ibu hamil dengan pendekatan kepada ibu hamil, suami, orang tua dan tukang pijat ibu hamil dengan tujuan meningkatkan motivasi.


(16)

ABSTRACT

Nutrition of pregnantmother hold a significant role in reducing the maternal mortality rate,infant mortality rate and determine the quality of the child to be born.

This study aims to determine the nutrition of pregnant women. This type of research is a qualitative study and the interpretivist paradigm using a case study strategy. The research was conducted in the village of Sei Mencirim Puskesmas Mencirim and informants are four case studies that women who are pregnant and women who have been pregnant,husband, parents,massagers for pregnant mothers, midwives doing ante natal care, nutrition workers,coordinator of midwives, and the management of Puskesmas.

The results showed that maternal diet during pregnancy does not reflect a healthy diet.The knowledge about meeting the nutrition for the pregnant mother varied which was possibly influenced by the length of stay in Desa Sei Mencirim, social interaction in the local community, and different sources nutrition information.The purpose of meeting the nutrition for pregnant mothers was also different to avoid from bigger expenses, to meet the needs of hunger, to provide health for the baby after being born, and top meet the psychological needs of the mothers. The knowledge about the nutrition for pregnant moter was not obtained from the health workers but from the parents, electronic media, and the massegers selected to be nutrition consultants.

The management of Deli Serdang District Health service should prioritize the program of nutrition for pregnant mothers, provide all the midwives with counseling on nutrition for pregnant mothers, and develop astrategyto improving knowledge on nutrition for pregnant mothers by approaching the pregnant mothers, theirs husbands, their parents, their massagers to improve their motivation.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada setiap tahap kehamilan, seorang bayi bergantung pada kesehatan ibunya yang baik dan nutrisi yang tepat. Membentuk seorang bayi dari satu sel membutuhkan penyusunan sejumlah besar energi, zat gizi, dan sumber daya, yang semuanya harus disediakan oleh tubuh sang ibu (Walker,2012). Sementara Chomaria (2012) dalam bukunya menyatakan bahwa kekurangan gizi yang dialami oleh ibu saat hamil sangat berdampak buruk bagi dirinya sendiri dan juga bagi janin yang sedang dikandung.

Pemenuhan gizi bagi ibu hamil memegang peran yang signifikan dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan menentukan kualitas anak yang akan dilahirkannya. Status kesehatan dan gizi ibu hamil di Indonesia tergolong buruk jika dibandingkan Negara ASEAN lainnya, apalagi dibandingkan Negara maju. Resiko kematian ibu karena melahirkan adalah 1 dari 65, sedangkan Thailand 1 dari 1000 ibu. Angka kematian ibu menurut SDKI antara 1998-2002 mengalami penurunan menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1995 dan sekarang AKI masih 228/100.000 kelahiran hidup; 55% kematian ibu disebabkan oleh pendarahan dan pre-eklampsia yang terkait erat dengan kondisi gizi buruk semasa hamil. Dalam Pembangunan Millenium dimana Indonesia ikut berpartisipasi didalamnya bertujuan


(18)

untuk menurunkan AKI menjadi 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Jalal dalam Bappenas, 2011; Prasetyawati, 2012).

Kehidupan masa depan seorang anak sangat ditentukan oleh keadaan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan anak yang dimulai dari kehidupan janin 9 (sembilan) bulan dikandungan ibu hingga seorang anak berusia 2 (dua) tahun. Ketidaktepatan pengaturan gizi pada periode 1000 hari pertama kehidupan anak dapat bersifat permanen mempengaruhi kesehatan dimasa mendatang dan menjadi penentu apakah anak akan mengalami keadaan gizi kurang atau menderita penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung koroner (PJK) dan lain-lain (Barker, 1994).

Dampak kekurangan gizi di 1000 hari pertama kehidupan (HPK) tidak hanya pada pertumbuhan fisik, tetapi juga perkembangan mental dan kecerdasannya, yang pada usia dewasa terlihat dari ukuran fisik yang tidak optimal serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi (WHO, 2009). Meskipun gangguan pertumbuhan fisik anak masih dapat diperbaiki dikemudian hari dengan peningkatan asupan gizi yang baik dan tepat, namun tidak dengan perkembangan kecerdasannya. Fakta-fakta ilmiah menunjukkan bahwa kekurangan gizi yang dialami ibu hamil yang kemudian berlanjut hingga anak berusia 2 tahun akan mengakibatkan penurunan drastis tingkat kecerdasan anak. Berinvestasi dalam 1000 HPK terbukti merupakan solusi yang murah untuk menyelamatkan nyawa anak-anak dan mencegah stunting (Miles, 2012).


(19)

Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin yang dikandungnya antara lain anemia, perdarahan dan berat badan tidak bertambah secara normal. Kurang gizi pada ibu hamil juga dapat mempengaruhi proses persalinan dimana dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, premature, perdarahan setelah persalinan. Kurang gizi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, cacat bawaan dan berat lahir janin lahir rendah (Lubis, 2005).

Ismi (2011) menyatakan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian BBLR adalah Indeks Massa Tubuh, status anemia, Lingkar Lengan Atas , pertambahan berat badan dan paritas. Faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian BBLR adalah Indeks Massa Tubuh, pertambahan berat badan, dan Lingkar Lengan Atas. Saat ini, BBLR masih tetap menjadi masalah dunia khususnya di negara-negara berkembang. Hasil Riskesda 2010 menunjukkan bahwa prevalensi BBLR di Indonesia sebesar 8,8 % dan di Sumatera Utara sebesar 8,2%. Besar kemungkinan, kejadian BBLR berasal dari ibu yang hamil dengan kondisi kurang energi khronis (KEK), dan resikonya lebih tinggi pada ibu hamil usia 15- 19 tahun. Salah satu penyebab KEK pada ibu hamil adalah kuranganya konsumsi energi ibu selama kehamilan. Rata-rata konsumsi energi ibu hamil diperkotaan di Indonesia tahun 2010 menunjukkan bahwa 41,9 % konsumsi energi di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 70% tabel Angka Kecukupan Gizi,2004) dan 45,8 % konsumsi


(20)

protein ibu hamil berada dibawah kebutuhan minimal (kurang dari 80 % Tabel AKG 2004).

Fatimah, Hadju, Bahar dan Abdullah (2011), dalam penelitian mereka terhadap 200 orang ibu hamil menunjukkan bahwa pola makan ibu hamil belum mencerminkan pola makan sehat dimana pola makan ibu hamil tersebut pada umumnya nasi, ikan, dan sayur-sayuran secukupnya. Sayuran dan buah sangat jarang dikonsumsi dan hanya 3-6 kali seminggu. Asupan energi dan protein hanya 59% dan 72% AKG (angka kecukupan gizi) atau 1300 kcal dan 48 gr. Umumnya vitamin hanya dikonsumsi sekitar 40% AKG kecuali untuk vitamin A (76%, 605 RE), asam folat (195%, 1170 ug), dan Vitamin B12 (142%, 3,7 ug).

Antenatal care (ANC) merupakan cara penting untuk memonitoring dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan yang tidak normal. Ibu hamil dianjurkan untuk mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak seorang ibu merasa dirinya hamil. Riskesda (2010) menunjukkan kunjungan antenatal di Sumatera Utara masih rendah yaitu untuk K1 sebesar 71,1 % dan kunjungan antenatal ke 4 kali hanya 51,5 % . Ibu hamil yang tidak melakukan kunjungan antenatal tidak akan mendapatkan pelayanan 7T yang diantaranya timbang berat badan dan pemberian tablet zat besi. Konsumsi zat besi sangat diperlukan oleh Ibu hamil yang berguna untuk mencegah ibu dan janin dari anemia, dan faktor risiko lainnya. Diharapkan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe lebih dari


(21)

90 tablet selama kehamilan. Pada kenyataannya, 80,7 % ibu hamil tidak mengkonsumsi tablet Fe.

Kurangnya konsumsi zat besi selama kehamilan akan mengakibatkan anemia pada ibu hamil. Prevalensi ibu hamil yang terkena anemia sekitar 40-50 persen, hal ini berarti 5 dari 10 ibu hamil mengalami anemia. Di Desa Saentis Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang ditemukan 69,9 % ibu hamil menderita anemia (pemeriksaan terhadap 93 orang ibu hamil); 66, 2 % ibu hamil menderita anemia ringan dan 33,8 % ibu hamil mengalami anemia sedang (laporan pengabdian masyarakat Poltekkes Kemenkes Medan Desember 2012). Kondisi ini cukup memprihatinkan, karena pemerintah sudah menjalankan program suplementasi tablet tambah darah pada ibu hamil sejak tahun 1970-an. Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan konsumsi suplemen tablet tambah darah di Indonesia masih terbilang rendah karena hanya mencakup 18 % saja. Kondisi ini turut meningkatkan prevalensi anemia di Indonesia.

Aspek sosial budaya juga berperan terhadap kejadian anemia. Kepercayaan berpantang makanan tertentu pada ibu hamil memberikan kontribusi terhadap kejadian anemia (Bahar , 2010). Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa selagi hamil, ibu hamil makanannya harus dikurangi karena takut janin menjadi besar sehingga kesulitan waktu melahirkan. Sebaliknya ada juga yang berpendapat bahwa selagi hamil harus banyak makan karena menganggab makan untuk berdua yaitu ibu dan anak (Sarwono, 2002).


(22)

Zat gizi mikro lainnya yang sangat di butuhkan ibu hamil terutama pada trimester pertama adalah asam folat (Adriani at.al,2012). Berbagai penelitian menemukan adanya resiko terjadinya cacat janin apabila asupan asam folat kurang dari kecukupan, cacat ini sudah terbentuk sejak dua sampai empat minggu kehamilan (Ginting at.al, 2012). Survei yang dilakukan oleh March of Dimes National tahun 1995-2001, membuktikan bahwa asam folat mampu mencegah cacat bawaan berupa cacat tabung syaraf atauNeural Tube Defect(NTD) pada bayi hingga 70 % (ACOG, 2008).

Di Indonesia belum ada data yang pasti mengenai jumlah penderita NTD. Namun setiap bulan, dari 300 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di RSCM, 3 pasien diantaranya terbukti janinya menderita NTD. Sebuah studi yang meneliti kejadian kelainan congenital pada bayi baru lahir di RSU Kariadi Semarang menemukan bahwa kelainan berupa NTD merupakan kelainan kongenital terbanyak yang terjadi pada bayi baru lahir yaitu 47,2 % dari seluruh cacat kongenital pada bayi baru lahir atau 3,7 per 1000 persalinan (Prabawa, 1998). Pada ibu hamil asam folat juga berperan penting dalam pembentukan sel darah merah, apabila konsumsi asam folat tidak adekuat maka akan mengalami anemia megaloblastik (Almatsier, 2003; Adriani at.al, 2012).

Fekete at.al (2012) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan folat dan berat badan lahir. Hubungan ini menunjukkan kenaikan 2% berat badan lahir untuk setiap kenaikan dua kali lipat asupan folat. Ginting at.al (2012)


(23)

dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa interaksi antara ibu hamil dan bidan, serta pengetahuan ibu memiliki hubungan bermakna dengan praktek konsumsi asam folat dalam upaya pencegahan cacat bawaan pada bayi di kota Medan. Dan dari kedua faktor tersebut yang paling berpengaruh adalah faktor interaksi antara ibu hamil dengan bidan karena dengan interaksi tersebut ibu akan mendapat supplement asam folat dan informasi akan pentingnya asam folat selama kehamilan.

Survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di wilayah kerja Puskesmas Mencirim Kecamatan sunggal pada tanggal 5 November 2012 ditemukan berbagai fenomena yang berhubungan dengan pemenuhan gizi selama kehamilan. Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa orang ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Mencirim, ditemukan ibu hamil yang tidak pernah memeriksakan kehamilannya kepada bidan atau pun petugas kesehatan lainnya. Hal ini akan mengakibatkan kemungkinan ibu hamil tersebut tidak mendapatkan suplementasi besi folat dan tidak timbang berat badan untuk mengetahui pertambahan berat badan normal pada ibu hamil.

Berdasarkan hasil pemeriksaan Hb terhadap 19 orang ibu hamil, ditemukan 63,2 % (12 orang ibu hamil ) menderita anemia ringan, 5,3 % (1 orang) anemia sedang dan 5,3 % (1 orang) anemia berat. Pengukuran Antropometri terhadap 26 orang ibu hamil dengan menggunakan pita LILA ditemukan 9 orang ibu hamil memiliki LILA < 23,5 cm. Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa ibu hamil yang memiliki LILA < 23,5 cm pada umumnya mereka menyatakan bahwa


(24)

mereka tidak menginginkan pertambahan berat badan karena takut gemuk dan sulit menurunkannya setelah melahirkan. Dan ibu hamil yang mengalami anemia berat menyatakan bahwa kehamilannya (pada trimester I) mengakibatkan mual dan muntah. Ibu tersebut juga menyatakan bahwa selama hamil muda tidak dapat makan apa-apa karena mual dan muntahnya kecuali buah yang rasanya asam. Bratasasmita (2012) menyatakan ngidam tidak berbahaya selama tidak berlebihan yaitu tetap makan makanan yang bervariasi dan bergizi seimbang dan bukan mengkonsumsi satu jenis makanan dalam jumlah besar. Yang perlu diingat oleh ibu hamil adalah betapa pun mualnya agar tetap makan karena kekurangan pemasukan zat gizi akan mengganggu tumbuh kembang janin.

Faktor pengetahuan tentang komponen dasar keseimbangan makanan yang diperlukan sangat penting sekali bagi seorang ibu hamil. Sering tingkat pendidikan berhubungan dengan tingkat ekonomi, tetapi meskipun demikian banyak juga keluarga dengan pendapatan yang pas-pasan dapat menyediakan kebutuhan makanan yang seimbang bila pengetahuan ibu hamil tentang gizi baik. Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada ibu hamil berkaitan erat dengan tinggi rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi. Tingkat pengetahuan gizi pada ibu merupakan kemampuan seorang ibu dalam memahami konsep dan prinsip serta informasi yang berhubungan dengan gizi. Tingkat pengetahuan ibu sendiri, dipengaruhi oleh pengalaman, faktor pendidikan, lingkungan, sosial, sarana dan prasarana maupun derajat penyuluhan yang diperoleh (Chomaria,2012)


(25)

Walker (2012) menyatakan bahwa banyak perempuan telah sadar kesehatan, tetapi sangat sedikit yang mengikuti pola makan sehat saat hamil. Pada hal, dengan melakukan cara makan yang yang sehat, bukan hanya membuat ibu hamil fit dan sehat, tapi juga untuk perkembangan bayi yang sehat. Untuk itu sangat penting dilakukan suatu perencanaan gizi ibu hamil yang baik. Barker (2012) dalam teorinya tentang transgenerational roots of chronic disease menyatakan bahwa suatu perencanaan gizi yang baik apabila dimulai sejak anak dalam kandungan hingga berumur 2 tahun, akan memberikan dampak positif bagi generasi berikutnya hingga 100 tahun kemudian.

Oleh karena itu ibu hamil dan suaminya harus meningkatkan kesadaran dan wawasan bahwa awal perhatian yang harus diberikan kepada anak bukanlah pada saat anak lahir, namun jauh sebelum itu yaitu ketika sepasang suami-istri mulai menyiapkan diri untuk kehadiran buah hati dan pada awal kehamilan (pra konsepsi dan konsepsi). Pada pra konsepsi (sebelum hamil), perempuan usia subur sangat penting untuk memulai suplementasi asam folat karena penutupan tabung neural terjadi sebelum banyak perempuan tahu mereka hamil yaitu sekitar 26 hari setelah pembuahan. Setelah terjadi penutupan tabung neural kemudian menjadi otak dan sumsum saraf tulang belakang. Awal kehamilan merupakan titik awal dimana perhatian terhadap buah hati diberikan, terutama dalam menjaga asupan gizi yang baik secara optimal. Walker (2012) dalam bukunya menyatakan bahwa para ibu yang sehat adalah fondasi bagi suatu populasi yang sehat. Dalam kehidupan janin, nutrisi


(26)

dan kesehatan si ibu adalah yang paling penting dalam menentukan seberapa baik seorang bayi bertumbuh.

Dari latar belakang diatas, saya tertarik untuk meneliti cara masyarakat melakukan pemenuhan gizi ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang Tahun 2013.

1.2. Masalah Penelitian

Hasil pemeriksaan Hb terhadap 19 orang ibu hamil pada survey pendahuluan, ditemukan 63,2 % (12 orang ibu hamil ) menderita anemia ringan, 5,3 % (1 orang) anemia sedang dan 5,3 % (1 orang) anemia berat. Pengukuran Antropometri terhadap 26 orang ibu hamil dengan menggunakan pita LILA ditemukan 9 orang ibu hamil memiliki LILA < 23,5 cm. Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa ibu hamil yang memiliki LILA < 23,5 cm pada umumnya mereka menyatakan bahwa mereka tidak menginginkan pertambahan berat badan karena takut gemuk dan sulit menurunkannya setelah melahirkan. Dari fenomena ini, peneliti tertarik untuk meneliti pemenuhan gizi ibu hamil di masyarakat desa sei Mencirim dengan permasalahan penelitian :

1. Bagaimanakah pola makan ibu saat hamil ?

2. Bagaimanakah pengetahuan ibu tentang makanan saat hamil dan faktor apa yang mempengaruhi pengetahuan ibu tersebut ?


(27)

4. Bagaimanakah pengaruh lingkungan sosial ibu dalam pemenuhan gizi saat dia hamil ?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemenuhan gizi ibu hamil di masyarakat wilayah kerja Puskesmas Mencirim Kecamatan Sunggal.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Deliserdang dalam pengembangan program pemenuhan gizi untuk ibu hamil.

2. Sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang pemenuhan gizi selama kehamilan.


(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pentingnya Gizi Selama Kehamilan

Masa kehamilan adalah saat yang paling rawan yang dihadapi oleh seorang perempuan dimana pada masa ini paling mudah menderita gangguan kesehatan atau rentan karena kekurangan gizi. Selain memikirkan kesehatan sendiri, seorang ibu hamil juga harus memenuhi asupan gizi untuk pertumbuhan janin di dalam kandungannya. Masa kehamilan juga masa yang berisiko karena banyak perempuan yang belum sadar bahwa gizi yang dipenuhinya harus lebih banyak dari saat belum hamil (Adriani, 2012).

Selama hamil, janin membutuhkan energi untuk bertumbuh, sama halnya seperti anak-anak dan orang dewasa, janin juga membutuhkan tiga komponen utama nutrisi yaitu karbohidrat, lemak dan protein. Janin memperoleh zat gizi langsung dari darah ibunya setelah dicerna menjadi bentuk yang sederhana. Janin juga membutuhkan vitamin dan mineral untuk menjalankan fungsi tubuh dan memastikan organ janin berkembang menjadi ukuran sepenuhnya (Walker,2012)

Ibu hamil memerlukan makanan yang sehat untuk mengatasi meningkatnya kebutuhan tubuh dan mempertahankan stamina. Makanan yang sehat pada kehamilan berarti mengonsumsi berbagai jenis makanan yang tepat seperti mengonsumsi buah dan sayur segar, makanan kaya serat, ikan, daging yang diternak secara organik dan produk turunan susu rendah lemak (Lalage,2012).


(29)

Fokus kehamilan yang terpenting bukan meningkatkan kuantitas dari apa yang dimakan oleh seorang ibu hamil tapi melainkankualitasnya. Seorang ibu hamil yang terpelihara gizinya sejak awal tidak harus makan terlalu banyak kalori tambahan ketimbang biasanya. Dalam kehidupan janin, nutrisi dan kesehatan ibu adalah yang paling penting dalam menentukan seberapa baik seorang bayi bertumbuh (Walker,2012).

Pemenuhan gizi selama hamil juga diperlukan untuk persiapan ASI serta tumbuh kembang bayi. Agar perkembangan janin berjalan dengan baik, dan ibu hamil dapat menjalani hari-hari kehamilannya dengan sehat, maka konsumsi ibu hamil harus mengandung gizi seimbang. Generasi yang tumbuh kembangnya kurang optimal, nanti akan melahirkan anak yang kondisinya juga kurang sempurna.

2.2 Pemenuhan Gizi Selama Kehamilan

Upaya ataupun tindakan yang dilakukan dalam pemenuhan gizi ibu hamil menurut Kementerian Kesehatan RI adalah sebagai berikut :

a. Memantau Status Gizi Ibu Hamil

Pemantauan status gizi ibu hamil dapat dilakukan dengan melihat penambahan berat badan selama kehamilan. Pertambahan berat badan selama hamil dipengaruhi oleh berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) ibu, status gizi sebelum hamil, etnis, konsumsi makanan selama hamil, dan lain-lain (Prasetyawati, 2012).

Kenaikan berat badan bisa dijadikan indikator kesehatan ibu dan juga janinya. Pemantauan yang sering dilakukan adalah dengan pemeriksaan antropometri


(30)

yaitu dengan melakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, dan penentuan berat badan ideal serta pola pertambahan berat. Upaya pemantauan status gizi ibu selama hamil memerlukan data berat badan sebelum hamil serta data berat badan pada kunjungan pertama. Berat badan sekarang dibutuhkan untuk penentuan pola pertambahan berat badan ibu hamil. Hal ini sangat dibutuhkan sebagai pertimbangan prognosis serta perlu tidaknya intervensi gizi (Arisman, 2004).

Selama hamil, pertambahan berat badan secara langsung berhubungan dengan bayi, plasenta, cairan ekstra, dan lain-lain. Seluruh pertambahan berat badan pada kehamilan rata-rata 12 kg, tapi kenaikan antara 5 sampai 15,5 kg dianggab normal. Umumnya wanita tidak mengalami kenaikan berat badan pada 3 bulan pertama kehamilan. Ada kenaikan sekitar 3 kg pada minggu 13-20, kemudian naik 5,5-6,5 kg pada minggu 21-30, dan selanjutnya naik 3 kg pada minggu 31-36 (Torn Gill, 2004)

Ibu hamil dengan berat badan kurang harus mengatur asupan gizinya sehingga bisa mencapai berat badan normal, sedangkan ibu dengan berat badan berlebih tetap makan makanan yang seimbang dengan bahan makanan bervariasi, dengan mengurangi bahan makanan berkalori tinggi serta lemak.

Selain melihat penambahan berat badan selama hamil, status gizi ibu hamil dapat juga dilihat dari ukuran lingkar lengan atas (LILA) dan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah. Ukuran LILA yang normal adalah 23,5 cm, ibu dengan ukuran


(31)

LILA dibawah 23,5 cm menunjukkan adanya kekurangan energi yang kronis. Siagian (2010) menyatakan ada hubungan antara LILA dengan berat lahir bayi. b. Selama Ibu Hamil Wajib Mengkonsumsi Makanan yang Bergizi Sesuai

dengan Kebutuhan, dengan Memperbanyak Konsumsi Sayuran dan Buah-Buahan

Untuk memenuhi kebutuhan makanan bagi ibu hamil, ibu makan teratur tiga kali sehari pada waktu yang tepat yaitu sarapan, makan siang, dan makan malam dan dua kali waktu makan makanan selingan. Hidangan yang dikonsumsi harus tersusun dari bahan makanan bergizi yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk,sayuran dan buah-buahan dan diusahakan minum susu 1 gelas setiap hari, mengkonsumsi aneka ragam makanan yang ada, memilih, membeli, berbagai macam bahan makanan yang segar (Maulana M, 2009). Namun kenyataannya ibu hamil sering kali takut banyak makan karena khawatir bayinya tumbuh terlalu besar, sehingga bisa menyulitkan proses melahirkan (Bratasasmita, 2012).

Pemilihan makanan yang sehat bagi ibu hamil dilakukan dengan memaksimalkan zat gizi yang penting, seperti serat, protein, lemak yang sehat, vitamin dan mineral, sambil membatasi makanan yang mengandung lemak jenuh dan trans atau terlalu banyak karbohidrat sederhana dan pemanis yang ditambahkan (Walker,2006)

Beberapa masalah kesehatan yang terjadi pada ibu hamil, antara lain anemia dan malnutrisi. Hal tersebut dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin dan akan berakibat buruk pada kesehatannya di masa depan. Beberapa resiko yang muncul


(32)

antara lain gangguan pernafasan pada bayi, berat badan saat lahir rendah, keguguran, kelahiran prematur, hingga kematian ibu dan bayi. Selain itu, juga bisa menyebabkan terjadinya pendarahan, partus lama, aborsi, dan infeksi (Sulistyoningsih, 2011).

Perempuan yang mengalami kekurangan gizi sebelum hamil atau selama minggu pertama kehamilan memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi yang mengalami kerusakan otak dan sumsum tulang karena pembentukan sistem saraf sangat peka pada 2-5 minggu pertama. Ketika seorang perempuan mengalami kekurangan gizi pada trimester terakhir maka cenderung akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah (kurang dari 2500 gram), hal ini dikarenakan karena pada masa ini janin akan tumbuh dengan sangat cepat dan terjadi penimbunan jaringan lemak (Arisman, 2007).

Konsumsi ibu hamil harus mengandung gizi seimbang. Selama kehamilan konsumsi kalori haruslah bertambah dikisaran 300-400 kkal perharinya. DalamPada tabel daftar angka kecukupan gizi tahun 2004, dapat dilihat bahwa penambahan kebutuhan energi per hari bagi ibu hamil pada trimester I adalah 180 kkal, trimester II dan III masing-masing 300 kkal. Total kalori yang dibutuhkan untuk mendapatkan kenaikan berat badan 12,5 kg kira-kira sekitar 80.000 kkal, dari jumlah tersebut sebanyak 36.000 kkal digunakan untuk pembakaran, dan 44.000 kkal sisanya untuk pembuatan jaringan baru. Kalori yang di dapat haruslah berasal dari sumber makanan yang bervariasi, dimana pola makan 4 sehat 5 sempurna harus sebagai acuannya. Baiknya, 55% kalori di peroleh dari umbi-umbian serta nasi sebagi


(33)

sumber karbohidrat, lemak baik nabati maupun hewani sebanyak 35%, 10% dari protein dan sayuran serta buah bisa melengkapi (Sulistyioningsih, 2011).

Berdasarkan angka kecukupan gizi tahun 2004, selama hamil ibu memerlukan tambahan protein sebesar 17 gram per hari.Selain menjadi sumber bagi kalori dan zat pembangun, pembentukan darah dan sel merupakan salah satu fungsi protein. Protein yang terkandung di dalam sayuran hanya berisi sedikit asam amino, sehingga harus dikombinasikan dengan protein bersumber hewani untuk menyediakan protein yang komplit. Protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein nabati, sehingga ikan, telur, daging, susu perlu lebih banyak dikonsumsi dibandingkan tahu, tempe dan kacang (Sulistyioningsih, 2011; Brock K, 2007).

Janin juga sangat membutuhkan asam folat dalam jumlah banyak guna pembentukan sel dan sistem syaraf. Selama trimester pertama janin akan membutuhkan tambahan asam folat sebanyak 400 mikrogram per harinya. Jika janin mengalami kekurangan akan asam folat, maka hal ini akan membuat perkembangan janin menjadi tidak sempurna dan dapat membuat janin terlahir dengan kelainan seperti mengalami anenchephaly (tanpa batok kepala), mengalami bibir sumbing dan menderita spina bifida (kondisi dimana tulang belakang tidak tersambung). Kekurangan asam folat juga berkaitan dengan BBLR. Fekete,et.al (2012) menemukan dosis yang signifikan, respon hubungan antara asupan folat dan berat badan lahir. Hubungan ini menunjukkan kenaikan 2% berat badan lahir untuk setiap kenaikan dua kali lipat asupan folat. Asam folat terdapat pada buah-buahan seperti


(34)

pisang, jeruk dan alpukat, beras merah, sayuran seperti daun selada, brokoli, kembang kol dan ikan hadok serta ikan salmon (Torn G,2004).

Kalsium bagi ibu hamil berfungsi dalam pertumbuhan dan pembentukan gigi dan tulang janin. Dengan ada kalsium yang cukup selama kehamilan, ibu hamil dapat terhindar dari penyakit osteoporosis, karena jika ibu hamil tidak memiliki kalsium yang cukup, maka kebutuhan janin akan kalsium akan diambil dari tulang ibunya. Selain untuk tulang, kalsium juga dibutuhkan untuk mencegah preeklamsia atau tekanan darah tinggi yang bisa mengakibatkan kejang pada ibu, prematuritas, bahkan kematian. Susu dan produk olahan lainnya merupakan sumber kalsium yang baik. Selain dari susu, kacang-kacangan dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga. Berdasarkan angka kecukupan gizi tahun 2004, konsumsi kalsium yang dianjurkan bagi ibu hamil adalah sebanyak 950 mg per hari (Sulistyioningsih, 2011).

Vitamin A sangat bermanfaat bagi pemeliharaan fungsi mata, pertumbuhan tulang dan kulit. Selain itu vitamin A juga berfungsi sebagai imunitas dan pertumbuhan janin. Namun meskipun vitamin A sangat dibutuhkan oleh ibu hamil, tidak boleh berlebih dalam mengkonsumsinya, karena jika ibu hamil mengalami kelebihan vitamin A hal ini dapat menimbulkan cacad bawaan (Sulistyioningsih, 2011).

Zat besi bagi ibu hamil penting untuk pembentukan dan mempertahankan sel darah merah. Selama hamil asupan zat besi harus ditambah sebanyak 20 mg/hari,


(35)

karena volume darah pada tubuh ibu meningkat 40-60% untuk memenuhi kebutuhan ibu dan menyuplai makanan serta oksigen pada janin melalui plasenta. Untuk memenuhi kebutuhan zat besi selama hamil, ibu harus mengkonsumsi zat besi sekitar 45-50 mg sehari (Chomaria, 2012). Zat besi akan diperlukan pada saat kehamilan memasuki usia 20 minggu. Kebutuhan akan zat besi pada ibu hamil meningkat hingga 200-300%. Zat besi dapat diperoleh pada hati, daging atau ikan (Sulistyioningsih,2011).

Vitamin C bagi ibu hamil berfungsi membantu mencegah infeksi, membentuk plasenta yang kuat, membantu penyerapan zat besi dari usus, membentuk detixicant dalam tubuh, penting untuk memperbaiki kerapuhan dan penyembuhan dari luka.Berdasarkan angka kecukupan gizi 2004, ibu hamil mengalami penambahan kebutuhan vitamin C 10 mg setiap harinya dari wanita normal. Buah-buahan, sayuran bewarna merah, kuning dan hijau adalah sumber vitamin C. Vitamin C akan hilang manfaatnya bila dimasak terlalu matang (Torn G, 2004). Sementara itu kekurangan vitamin D pada ibu hamil akan mengakibatkan gangguan metabolisme kalsium pada ibu dan janin. Gangguan dapat berupa hipokalsemi, tetani pada bayi baru lahir dan oeteomalasia pada ibu.Sinar matahari akan mengaktifkan previtamin dalam tubuh (Torn, 2004).

Bersamaan dengan asam folat, Vitamin B12 berperan dalam sintesis DNA dan memudahkan pertumbuhan sel. Vitamin ini juga penting untuk keberfungsian sel sumsum tulang,system persarafan, dan saluran cerna.Kebutuhan vitamin D sebesar 3


(36)

µg per hari. Bahan makanan sumber vitamin B12 adalah hati, telur, ikan, kerang, daging, unggas, susu dan keju (Sulistyioningsih, 2011).

Kekurangan yodium pada ibu hamil akan mengakibatkan janin mengalami hipotiroid yang selanjutnya berkembang menjadi kretinisme. Kerusakan syaraf akibat dari hipotiroid dapat mengakibatkan retardasi mental. Kekurangan yodium juga dapat mengakibatkan bayi lahir mati. Koreksi yodium hendaknya sebelum dan selama 3 bulan pertama kehamilan. Asupan yang dianjurakan adalah 200 µg. Kebutuhan yodium dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi garam beryodium serta mengkonsumsi bahan makanan yang bersumber dari laut (Sulistyioningsih, 2011).

Kebutuhan serat bagi ibu hamil juga harus diperhatikan, karena selain memberikan rasa kenyang lebih lama, serta juga dibutuhkan untuk memperlancar system pencernaan sehingga dapat mencegah sembelit. Serat dapat diperoleh dari sayuran, buah-buahan, serelia atau padi-padian (Kasdu, 2006).

c. Suplement Tambah Besi (Fe), Asam Folat dan Vitamin C dibutuhkan untuk Mencegah Terjadinya Anemia

Zat besi tidak akan terpenuhi kebutuhannya hanya dari diet saja, karena itu pemberian suplemen zat besi sangat diperlukan. Pemberian dilakukan selama trimester II dan III dan dianjurkan untuk menelan 30-60 mg tiap hari mulai minggu ke 12 kehamilan sampai selama 3 bulan (Sulistyioningsih, 2011).

Setiap wanita juga disarankan untuk makan suplemen asam folat (400 mcg) selama sekurangnya 3 bulan sebelum dan setelah konsepsi, karena sebagian wanita


(37)

memiliki gen yang mencegah mereka menggunakan asam folat dengan baik sekalipun makan dengan secara sehat (Torn G, 2004).

Penyerapan zat besi dipengararuhi oleh banyak faktor, sehingga harus diperhatikan agar konsumsi zat besi menjadi maksimal. Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan, sedangkan kopi, teh, garam, kalsium dan magnesium dapat mengurangi jumlah serapan. Efek samping pemberian suplemen adalah sembelit, hal ini bisa diatasi dengan banyak minum dan makan makanan berserat.

Fatimah et.al, 2011 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa kadar hemoglobin ibu hamil berhubungan dengan pendidikan, status gizi, konsumsi tablet besi dan pola konsumsi. Diharapkan perbaikan pola konsumsi dapat dijadikan program dalam mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil

Ibu hamil perlu pengaturan makan dengan baik agar gizinya terpenuhi. Secara umum pengaturan makanan pada ibu hamil sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut, tidak ada pantangan makanan bagi ibu hamil selama ibu tidak mengalami komplikasi atau mengalami penyakit lain, pada tri wulan I nafsu makan ibu biasanya menurun sehingga diperlukan upaya pengaturan makanan sedemikian rupa dengan memberikan makanan dalam frekwensi kecil tetapi sering, pada triwulan II saat nafsu makan mulai membaik dan terjadi penambahan berat badan maka pemenuhan protein pada saat ini harus diutamakan, pada triwulan III biasanya nafsu makan semakin membaik oleh karena itu perlu diperhatikan agar penambahan berat badan


(38)

tidak terlalu berlebihan, dan hidangan bagi ibu hamil sebaiknya memperhatikan menu seimbang.

d. Ibu Harus Memeriksakan Kehamilannya Secara Rutin

Menurut Depkes (2004), Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan. Mufdlilah (2009) mengatakan antenatal care adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan. Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh pelayanan kesehatan oleh tenaga professional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, perawat) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai dengan standard minimal pelayanan antenatal. Manuaba (2003) mengatakan antenatal care/ pengawasan antenatal adalah pengupayaan observasi berencana dan teratur terhadap ibu hamil melalui pemeriksaan, pendidikan, pengawasan secara dini terhadap komplikasi dan penyakit ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan.

Ante Natal Care merupakan cara penting untuk memonitoring dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal, ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan dan asuhan antenatal (Prawirohardjo, 2006).


(39)

Standart Pelayanan Ante Natal Care (ANC) meliputi metode asuhan standar pertama, pengkajian standar kedua, Identifikasi Ibu Hamil standar ketiga dan untuk standar ini bidan akan melakukan kunjungan rurnah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur. Dan standar keempat Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal dimana bidan memberikan sedikitnya 4x pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS (Penyakit Menular Seksual) / infeksi HIV (Human Immuno Deficiency Virus); memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh Puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan rnerujuknya untuk tindakan selanjutnya.Standar kelima Palpasi Abdominal, standar ketujuh Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan dan standar kedelapan Persiapan Persalinan (PPIBI, 1999).

Penerapan operasional ANC dikenal standar minimal 7T untuk pelayanan Ante Natal Care (ANC) yang terdiri atas: (Timbang) berat badan, (Ukur (tekanan) darah, ukur (tinggi) fundus uteri, pemberian imunisasai (Tetanus Toksoid) TT


(40)

lengkap, pemberian (tablet besi) minimnal 90 tablet selama kehamilan, (Tes) terhadap penyakit menular seksual, (temu) wicara dalam rangka pensiapan rujukan (Depkes RI, 2001).

Pengawasan antenatal memberi manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah pertolongan persalinannya (Yulaikhah, 2009).

2.3 Dampak Kekurangan Gizi pada Kehamilan

Peranan gizi sudah dimulai sejak awal kehidupan dan akan terus berlanjut yang nantinya akan menjadi sebuah siklus. Pengaruh makanan pada proses tumbuh kembang anak sudah dimulai sejak bayi dalam kandungan. Oleh karena itu, ibu yang sedang hamil harus selalu menkonsumsi makanan yang cukup gizinya. Status gizi ibu akan berpengaruh terhadap asupan gizi anak dalam janin, apabila asupannya kurang maka akan beresiko menjadi berat badan lahir rendah (BBLR). Anak yang BBLR jika tidak ditangani dengan serius akan tumbuh besar menjadi anak yang pendek (stunting). Anak yangstuntingcenderung akan sulit mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal baik secara fisik maupun psikomotorik yang erat kaitannya dengan kemunduran kecerdasan dan produktivitas (Bratasasmita, 2012; Hadi, 2005). Martorell, 2002 juga menyatakan bahwa kekurangan gizi pada masa kehamilan dan anak usia dini menyebabkan keterlambatan dalam pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, dan gangguan perkembangan kognitif. Gizi buruk pada saat sebelum kehamilan dan masa


(41)

kehamilan mempengaruhi tumbuh kembang janin dan berakibat buruk pada kesehatan janin/anak di masa depan, termasuk dampak yang harus ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan negara.

Hipotesis Barker dalam Gibney et.al (2009) menyatakan bahwa malnutrisi pada masa janin dan usia kanan-kanak akan menjadi predisposisi timbulnya penyakit kronis pada usia dewasa seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan Diabetes Mellitus (DM) tipe 2. Untuk itu Barker (2012) menyatakan dalam teorinya transgenerational roots of chronic disease , bahwa dengan suatu perencanaan gizi yang baik apabila dimulai sejak anak dalam kandungan hingga berumur 2 tahun akan memberikan dampak positif bagi generasi berikutnya hingga 100 tahun kemudian. Artinya bahwa kondisi yang sekarang ini terjadi seperti tingginya anak yang stunting dan banyaknya orang yang terkena non communicable disease ( NCD ) sebagai dampak dari perilaku gizi dan intervensi gizi yang dilakukan 100 tahun yang lalu. Seribu hari pertama kehidupan anak menjadi penentu kehidupannya di fase usia berikutnya sertatransgenerational NCD hingga 100 tahun kedepan. Masih menurut Barker, PJK, DM tipe 2, kanker payudara, serta penyakit kronik lainnya tidak perlu lagi diyakini sebagai suatu penyakit yang didapatkan dari heredity/keturunan serta proses evolusi yang panjang dari ribuan tahun lalu. Penyakit tersebut sebagian besar justru dipengaruhi lingkungan, dapat dicegah dengan meningkatkan status kesehatan, dan peningkatan status gizi.


(42)

Corbett dan Drewett (2004) menyatakan bahwa bayi yang lahir dengan kelebihan berat badan cenderung menjadi gemuk dikemudian hari, dan Baird et.al, dalam Waver (2006) menyatakan bayi yang lahir dengan berat badan rendah/kecil bisa catch-up tapi mungkin memiliki dampak terhadap kesehatan di kemudian hari .

Pilihan-pilihan menu yang dibuat oleh seorang wanita selama masa kehamilan akan memberikan landasan bagi janin yang dikandungnya. Kekurangan nutrisi akan menyebabkan bayi kekurangan nutrisi yang sangat dibutuhkan untuk mengembangkan otak yang sehat. Banyak kajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa para ibu yang makan makanan yang tidak memadai selama masa kehamilan cenderung memiliki anak yang lebih kecil, tidak memiliki myelin dan koneksi dendritnya tidak mengalami perkembangan dibandingkan dengan otak bayi yang mendapatkan gizi yang memadai ketika masih berada dalam rahim ibunya. Bayi-bayi itu juga cenderung menderita masalah yang serius dan bahkan fatal, seperti bifida spina (tali pusar yang tertinggal), anencephaly (hilangnya otak) dan microchepaly (otaknya yang sangat kecil) (Amstrong, 2003).

Malnutrisi merupakan hal yang berbahaya selama tiga bulan terakhir masa kehamilan, ketika bayi mengalami perkembangan yang sangat cepat dan otak sedang mengalami pertumbuhan dan membentuk koneksi neurologi utama. Sebuah kajian yang dilakukan oleh para peneliti di Boston University School of Medicine dan diterbitkan dalam journal of the American Academy of child Psychiatry pada bulan Januari tahun 1983 menemukan bahwa buruknya diet akan merendahkan kualitas IQ


(43)

anak sampai rata-rata 12 poin, tanpa melihat jenis stimulasi yang diterima seorang anak di rumah. Para peneliti mengukur intelijensia anak-anak yang mengalami malnutrisi di Barbados dan membandingkan skor mereka dengan anak-anak dari latar belakang dan kondisi yang sama yang menerima cukup diet atau makanan (Amstrong, 2003).

Penelitian lain menunjukkan bahwa gizi buruk dalam perubahan struktur rahim dan fungsi tubuh untuk hidup akan membuat rentan terhadap penyakit jantung, diabetes, osteoporosis, stroke dan kanker. Orang yang lahir dengan ukuran tubuh panjang tetapi memiliki berat badan rendah akan memiliki kehidupan kurang sehat. Pola makan ibu saat hamil akan menentukan kesehatan generasi mendatang (Barker, 1994).

Asupan n-3 Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) selama kehamilan dan menyusui menguntungkan untuk perkembangan selanjutnya mental anak-anak. Suplementasi ibu dengan n-3 PUFA selama kehamilan dan menyusui meningkatkan kecerdasan anak pada usia 4 tahun (Helland, 2003). Suplemen Zat Besi memperkuat ketahanan anak-anak terhadap penyakit, mengurangi resiko kematian saat melahirkan dan dapat membantu mencegah kelahiran premature dan berat lahir rendah (Miles, 2012).

Periode umur anak dibawah 2 tahun dikenal dengan periode emas atau Window of Opportunity . Untuk medapatkan generasi yang sehat dan kuat, maka skala prioritas program ialah mulai anak masih dalam kandungan sampai berumur 2


(44)

tahun. Periode awal kehidupan juga sering disebut periode sensitif. Perkembangan sel-sel otak manusia pada masa tersebut sangat menentukan, sehingga bila terjadi gangguan pada periode tersebut akan berdampak permanen, tidak bisa diperbaiki dan pada usia dewasa terlihat dari ukuran fisik yang tidak optimal serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi.

Hal yang sama dinyatakan Leenstra at.al (dalam Ndiku at.al, 2009) yaitu bahwa malnutrisi menyebabkan retardasi pertumbuhan, kondisi fisiologis dan ekonomis manusia yang mahal. Malnutrisi menghambat perkembangan anak secara fisik dan kognitif dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit. Oleh sebab itu organisasi kesehatan dunia mengakui pentingnya investasi untuk gizi sebagai komponen penting untuk mencapai tujuan pembangunan milinium (Word Bank, 2006).

Berat badan ibu dapat mempengaruhi berat lahir bayi oleh karena itu berat badan ideal perlu diperhatikan ketika berencana untuk hamil. Mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang dan memenuhi kebutuhan zat besi dan asam folat yang penting untuk kesuburan dan keberhasilan pembuahan. Memperbanyak konsumsi sayuran hijau seperti bayam, kubis, dan kangkung yang mengandung zat besi tinggi. Zat besi berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh selama proses pembentukan energi di dalam sel dan membuat tubuh siap untuk kehamilan yang sehat dan kuat (Kemenkes, 2012).


(45)

Indikator Keadaan Gizi Janin dapat dilihat dari pertambahan berat badan ibu yang dapat dibagi dalam dua komponen yaitu komponen janin dan komponen ibu. Pada triwulan pertama penambahan berat badan ibu minimal 1-2 kg. Penambahan ini terjadi karena sangat dipengaruhi oleh terbentuk dan berkembangnya sel-sel embrio setelah fase prakonsepsi terjadi, sel akan terus membuat tiruannya dan membelah diri terus membelah diri. Prinsipnya fase pada triwulan ini milik embrio atau komponen janin bukan komponen ibu. Pada triwulan kedua terjadi perubahan pada komponen ibu yaitu penambahan berat untuk volume darah, rahim, payudara dan lemak cadangan. Sementara pada triwulan ketiga pertumbuhan penambahan berat janin, plasenta dan cairan amniotik, maksunya komponen ibu dan janin akan tumbuh dan berkembang seirama saling menyesuaikan diri untuk proses kelahiran sang bayi dan kesiapan ibu untuk melahirkan.

Kebutuhan gizi embrio menentukan kelangsungan kehidupan dimulai dari trismester pertama (intra-uteri). Kehidupan pada intra uteri terjadi ketika sel-sel trofoblast menginvasi endometrium, mencernakan dan melarutkan zat gizi yang disimpan dalam sel endometrium yang besar. Zat gizi tersebut digunakan oleh embrio untuk pertumbuhan dan perkembangan yang tepat dimulai dari minggu pertama sampai minggu ke 8-12. Kebutuhan gizi embrio dan janin pada trismester pertama kehamilan seorang ibu tersebut adalah Asam Lemak Esensial (ALE omega3 & omega-6) sekitar 20 % dari kebutuhan energi seorang ibu hamil, vitamin A (200 IU/hari), folacin (50 ug/hari),vitamin. B12 (0,3 ug/hari), Zn (5,0 mg/hari), Fe


(46)

(10 mg/hari) dan Iodium. Kebutuhan gizi ini hanya dapat dikonsumsi dari makanan yang tinggi akan gizi mikro dan tinggi protein, seorang ibu harus makanan sumber protein hewani terutama ikan laut juga protein nabati yang kaya akan vitamin dan juga mineral. Sumber Karbohidat tidak perlu banyak pada trismester pertama, apalagi ketika ditemukan seorang ibu yang mulai ngindam (emisis gravidarum) atau nafsu makan ibu cenderung menurun.

Apabila kebutuhan gizi mikro pada trimester pertama tidak terpenuhi maka berbagai kemungkinan yang sering ditemukan adalah

1. Kekurangan Asam Lemak Esensial akan dapat mengganggu koordinasi gerak dan daya ingat

2. Kekurangan vitamin A akan menghambat pertumbuhan struktur neuron 3. Kekurangan folacin mengakibatkan retardasi mental dan kelainan fungsi otak 4. Kekurangan vit. B12 mengakibatkan kelainan pertumbuhan Myelin sel otak 5. Kekurangan Zn menghambat perbanyakan sel otak

6. Kekurangan Fe mengakibatkan gangguan interaksi mental

7. dan Kekurangan Iodium akan mengakibatkan tuli, idiot dan cacat fisik

2.4 Masalah Makan Selama Kehamilan

Ibu hamil sering mengalami masalah yang berhubungan dengan kegiatan makannya yang diakibatkan karena adanya peningkatan hormonal dalam tubuh si ibu. Masalah yang sering dihadapi ibu adalah mual dan muntah. Biasanya ini terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan dan akan memburuk pada saat perut kosong.


(47)

Dengan makan sedikit tapi sering akan membantu menghindari mual muntah pada ibu hamil. Yang perlu di ingat oleh ibu hamil adalah, betapapun mualnya agar tetap makan karena kekurangan pemasukan zat gizi akan mengganggu tumbuh kembang janin. Jika merasa mual di pagi hari sebaiknya menghindari makanan yang mengandung lemak dan makanan yang asam dan lebih baik memilih makanan yang mengandung protein karena energi yang dikandungnya bertahan lama dalam tubuh (Bratasasmita, 2012; Rahmasari, 2012; Walker, 2006).

Perubahan hormonal pada ibu hamil juga akan mempengaruhi panca indra ibu. Ibu akan menjadi menyukai makanan tertentu dan bahkan akan membenci jenis makanan tertentu juga. Ngidam tidak berbahaya selama tidak berlebihan yaitu tetap makan makanan yang bervariasi dan bergizi seimbang dan bukan mengkonsumsi satu jenis makanan dalam jumlah besar (Bratasasmita, 2012).

Selama hamil, mekanisme pencernaan makanan cenderung menjadi lamban dan mengalami hambatan sehingga mengakibatkan sembelit pada ibu hamil.Hal ini diakibatkan rahim yang semakin membesar mendorong usus bagian bawah. Untuk mencegahnya ibu dianjurkan mengkonsumsi makanan berserat dan minum cairan yang cukup. Akibat tekanan rahim yang membesar juga mengakibatkan pembengkakan pembuluh darah pada anus.cairan yang cukup dan makanan berserat tinggi akan mencegah kejadian wasir pada ibu hamil.

Toksemia adalah gangguan yang terjadi pada tahap akhir kehamilan diduga disebabkan oleh peningkatan berat badan dan konsumsi garam yang


(48)

berlebihan.Toksemia ditandai dengan tekanan darah tinggi, berkurangnya protein dan penimbunan cairan. Wanita hamil biasanya juga mengalami kram kaki yang diakibatkan karena kekurangan kalsium dalam darah. Oleh sebab itu ibu dianjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium. Ibu hamil sebaiknya menhindari minuman ringan (soft drink), karena mengandung banyak kalori yang dapat mengakibatkan berat badan bayi berlebihan.

2.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Ibu dalam Pemenuhan Gizi Selama Kehamilan

1. Pengetahuan Gizi Ibu Hamil

Pemenuhan kebutuhan gizi pada ibu hamil berkaitan erat dengan tinggi rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi. Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi merupakan kemampuan seorang ibu dalam memahami konsep dan prinsip serta informasi yang berhubungan dengan gizi. Tingkat pengetahuan ibu sendiri, dipengaruhi oleh pengalaman, faktor pendidikan, lingkungan, sosial, sarana dan prasarana maupun derajat penyuluhan yang diperoleh (Chomaria, 2012)

Ilmu tentang gizi secara mendetail tidak diberikan disekolah-sekolah formal. Biasanya pengertahuan tentang gizi diperoleh dengan cara mencarinya sendiri dengan berbagai cara, misalnya membaca buku, mengikuti seminar/penyuluhan, menyaksikan talk show, dan lain-lain. Ibu hamil yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah, dan tidak mempunyai minat untuk mencari tahu tentang gizi, biasanya mengabaikkan asupan makanan selama hamil. Informasi tentang


(49)

pemenuhan gizi seimbang selama kehamilan dapat diperoleh di rumah, di sekolah, lembaga organisasi, media cetak, televisi dan dari petugas kesehatan seperti petugas gizi dan dari bidan saat melakukan pemeriksaan kehamilan.

Ibu mempunyai peranan yang penting dalam membentuk generasi ketika masa kehamilan sedang berlangsung. Namun demikian, masih banyak ibu yang memandang kehamilan sebagai hal yang biasa tanpa memandang bahwa keberadaan mahluk kecil dalam rahimnya memerlukan asupan yang bermutu sehingga proses tumbuh kembang janin bisa optimal. Masih banyak ibu hamil yang makan tanpa mempertimbangkan status gizi yang masuk, yang penting kenyang.

Pasangan suami istri mesti mengetahui makanan apa saja yang harus dikonsumsi dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan bagi tumbuh kembang bayi. Suami harus berperan memperhatikan asupan makanan istri selama kehamilan. Pandangan bahwa kehamilan hanya tanggung jawab istri semata, harus diubah. Suami juga bertanggung jawab dalam memenuhi nutrisi istri yang sedang hamil. Selain tanggung jawab individu, kesehatan ibu hamil dan bayi menjadi tanggung jawab pemerintah. Salah satu tugas yang diemban pemerintah berkaitan dengan peningkatan kesehatan ibu hamil dan bayi ialah menyebarkan tenaga medis ke perdesaan, yang bertugas untuk sosialisasi dan memberi pemahaman tentang kehamilan yang sehat (Depkes RI, 2008).


(50)

2. Motivasi

Motivasi merupakan suatu tenaga yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasi tingkah laku (Perilaku). Perilaku ini timbul karena adanya dorongan faktor internal dan faktor eksternal. Perilaku dipandang sebagai reaksi atau respons terhadap suatu stimulus.

Woodhworth (dalam Petri, 1981) mengungkapkan bahwa perilaku terjadi karena adanya motivasi atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai. Karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku. Dorongan diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan membangkitkan dorongan, dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau memunculkan mekanisme perilaku.

Pandangan lain dikemukakan oleh Hull (dalam As ad, 1995) yang menegaskan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh motivasi atau dorongan oleh kepentingan mengadakan pemenuhan atau pemuasan terhadap kebutuhan yang ada pada diri individu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa perilaku muncul tidak semata-mata karena dorongan yang bermula dari kebutuhan individu saja, tetapi juga karena adanya faktor belajar. Faktor dorongan ini dikonsepsikan sebagai kumpulan energi yang dapat mengaktifkan tingkah laku atau sebagai motivasional faktor, dimana timbulnya perilaku menurut Hull adalah fungsi dari tiga hal yaitu kekuatan dari


(51)

dorongan yang ada pada individu, kebiasaan yang didapat dari hasil belajar, serta interaksi antara keduanya.

Berdasarkan uraian di atas, baik konsep yang dikemukakan Woodhworth maupun Hull menjelaskan bahwa motivasi berkaitan erat dengan perilaku. Motivasi merupakan suatu konstruk yang dimulai dari adanya need atau kebutuhan pada diri individu dalam bentuk energi aktif yang menyebabkan timbulnya dorongan dengan intensitas tertentu yang berfungsi mengaktifkan, memberi arah, dan membuat persisten (berulang-ulang) dari suatu perilaku untuk memenuhi kebutuhan yang menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri.

Motif merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah-laku, dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu. Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu di mulai dengan motivasi (niat). Sedangkan menurut Gray yang dikutip oleh Winardi, 2002 menyatakan bahwa motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.

Morgan (dalam Soemanto, 1987) mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior), dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut (goals or ends of such behavior). Nawawi (2006) juga


(52)

mendefinisikan motivasi sebagai suatu keadaan yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri sesorang yang nampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan. Faktor motivasi (motif dan harapan) mempengarugi perilaku ibu hamil dalam melakukan kunjungan ibu hamil (Lubis, 2012).

3. Budaya

Walaupun seorang wanita dianggab sehat dan kehamilannya sendiri merupakan hal yang wajar, namun dalam banyak kebudayaan kondisi hamil itu dianggap menempatkan wanita dalam kondisi khusus yang bisa pula mendatangkan bahaya bagi dirinya atau bagi bayi dalam kandungannya. Secara umum adalah lazim adanya kepercayaan-kepercayaan tertentu menyangkut ibu hamil dan anak yang dikandungnya, sehingga bagi ibu hamil dikenakan banyak keharusan atau larangan tertentu yang berlaku secara turun temurun (Bahar, 2010).

Masyarakat dimanapun di dunia memiliki kategori-kategori tentang makananan yang dikenalnya dalam lingkungan yang didasarkan atas konsepsi budaya. Dalam kategori makanan itu, bahan-bahan makanan yang dikategorikan sebagai makanan juga termasuk pemahaman tentang makna secara budaya cara


(53)

mengkonsumsinya maupun kelompok yang mengkonsumsinya. Kategori makanan bagi wanita hamil berkenaan dengan pandangan budaya tentang makanan yang dianggap baik sehingga harus dikonsumsi maupun yang dianggap dapat memberikan dampak buruk bagi dirinya dan bayi dalam kandungannya sehingga harus dihindari. Makanan yang dianggap baik digolongkan sebagai makanan yang dianjurkan dan makanan yang memberikan dampak buruk digolongkan sebagai makanan yang dipantang.

Makanan pantang adalah bahan makanan yang tidak boleh dimakan oleh ibu hamil dalam masyarakat karena alasan-alasan yang bersifat budaya. Ibu berpantang makan karena sedang mengalami keadaan khusus yaitu kehamilan dan karena dalam kebudayaan setempat terdapat suatu kepercayaan tertentu terhadap bahan makanan tersebut. Kepercayaan ini diajarkan secara turun temurun dan cenderung ditaati walaupun individu yang menjalankannya mungkin tidak terlalu paham atau yakin akan rasional dari alasan-alasan memantang makanan yang bersangkutan dan sekedar mematuhi tradisi setempat(Kalangi, 2004).

Pantangan atau larangan makan dalam proses kehamilan sangat mempengaruhi kecukupan zat gizi pada ibu hamil, padahal seorang ibu yang sedang hamil seharusnya terpenuhi kecukupan gizinya untuk kepentingan dirinya sendiri dan janin yang sedang dikandungnya.

Aspek budaya dapat ditemukan di kalangan masyarakat di Indonesia seperti ibu hamil di Jawa Tengah ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang


(54)

makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak., ibu hamil di Jawa Barat pada kehamilan ke 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayiyang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan., pada masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Di Daerah Subang ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinyaakan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah.Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan bayi. Selain itu, larangan untuk memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan (Wibowo, 1993).

Di beberapa daerah terpencil masih ada kepercayaan bahwa suami/ayah adalah orang yang harus diutamakan dalam segala hal termasuk pembagian makan di keluarga. Makanan sang suami lebih penting daripada makanan istri yang sedang hamil (Chomaria, 2012).

4. Sosial Ekonomi

Status sosial dan ekonomi mempengaruhi pilihan ibu terhadap jenis dan kualitas makanan sehingga mengganggu pemenuhan gizi. Ibu hamil yang kehidupannya bertaraf ekonomi rendah, biasanya akan menghalau rasa lapar yang sering dirasakannya dengan makanan yang mengandung karbohidrat banyak. Pendapatan akan membatasi seseorang untuk mengkonsumsi makanan yang mahal harganya.Kelompok sosial juga berpengaruh terhadap kebiasaan makan (Adriani, 2012; Chomaria, 2012).


(55)

5. Personal Preference

Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap kebiasaan makan ibu hamil. Perasaan suka atau tidak suka terhadap suatu makan tergantung terhadap assosiasinya terhadap makanan tersebut. Jika ibu hamil hanya memakan makanan yang mereka sukai saja, akan mengalami kekurangan gizi untuk tubuhnya dan juga janin yang ada dalam kandungannya (Adriani, 2012; Chomaria, 2012).

6. Pelayanan Kesehatan dan Penyuluhan

Pelayanan kesehatan yang tepat seperti pelayanan ANC ibu hamil dengan standar minimal 7T dan penyuluhan selama kehamilan, sangat diperlukan untuk menjamin lancarnya proses kehamilan. Pemeriksaan kesehatan secara teratur harus dimulai sejak sebelum hamil. Pelayanan kesehatan dan penyuluhan bagi ibu hamil tersedia di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Poliklinik Desa (Polindes), dan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Sejak awal kehamilan hendaknya ibu hamil di beri penyuluhan untuk mengkonsumsi makanan yang sesuai dengan kebutuhan, menghindari kebiasaan makan yang kurang baik dan tidak melakukan diet ketat (Gani, 2011).

Menurut WHO (dalam Adriani, 2012) seseorang berperilaku dalam pemenuhan gizi karena ada 4 (empat) hal, yaitu :

1. Thoughts and feeling (pemikiran dan perasaan), wujud pikiran dan perasaan antara lain :


(56)

a. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengetahuan ibu tentang gizi berhubungan erat dengan pemenuhan kebutuhan gizi pada ibu hamil, karena ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang gizi akan mampu menyanjikan asupan terbaik bagi dirinya sendiri jauh sebelum hamil, ketika hamil, setelah melahirkan, dan juga penyajian asupan bagi keluarganya (Chomaria,2012).

b. Kepercayaan diperoleh turun temurun tanpa ada pembuktian.

Pantangan atau laranagn makanan dalam proses kehamilan sangat mempengaruhi kecukupan zat gizi pada ibu hamil.

c. Sikap dan nilai diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain yang dekat. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu bersifat tindakan, penyebabnya karena situasi saat itu mengacu pada pengalaman orang lain, banyak atau tidaknya pengalaman seseorang, dan nilai yang menjadi pegangan dalam masyarakat, misalnya perasaan seorang ibu hamil ketika makan makanan yang hanya untuk mengenyangkan perut tanpa memperhatikan nilai gizinya yang dikarenakan perekonomian keluarga yang kurang.

2. Personal References (orang penting sebagai referensi atau panutan), antara lain ulama, kepala desa, kepala adat, dan guru misalnya dalam keluarga, orang tua telah membiasakan anggota keluarganya untuk makan seadanya sesuai dengan apa yang diperolehnya hari ini.


(57)

3. Resources (sumber daya), antara lain : fasilitas, uang, waktu, tenaga kerja, pelayanan, dan ketrampilan seperti keterbatasan ekonomi yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk membeli bahan makanan yang berkualitas baik sehingga mengganggu pemenuhan gizi.

4. Culture (kebudayaan), perilaku salah satu aspek dari kebudayaan dan kebudayaan sangat berpengaruh pada perilaku. Konsep apa yang boleh dimakan dan tidak boleh dimakan juga akan mempengaruhi seseorang dalam pemenuhan gizi.


(58)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan perspektif interpretivist, yaitu mencari informasi dalam konteks alami dari perspektif orang-orang yang dipelajari (emic view). Peneliti kualitatif perspektif interpretivist bertujuan mengeksplorasi fenomena dalam topik terkait dengan sosial, budaya, politik dan lingkungan fisik dari orang-orang yang dipelajari (Ulin et.al, 2005). Sementara strategi yang diterapkan adalah studi kasus (case study). Studi kasus adalah suatu pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasikan suatu kasus dalam konteks secara natural tanpa adanya intervensi dari pihak luar (Bungin, 2011). Denzin dan Lincoln (2011) dalam bukunya menyatakan studi kasus pada prinsipnya tidak dilakukan karena kasusnya mewakili kasus-kasus lain atau karena kasus tersebut menjelaskan ciri atau permasalahan tertentu, namun justru karena, dengan segenap kekhususan, keunikan dan kelazimannya, kasus itu sendiri memang menarik minat.

Data yang diperoleh dari lapangan didasarkan atas informasi yang diperoleh dari informan. Peneliti belajar dari masyarakat, melalui informan, tentang cara masyarakat setempat melakukan pemenuhan gizi pada ibu hamil. Selain itu peneliti juga belajar dari data-data hasil amatan (observasi) terhadap praktik-praktik ibu hamil dalam memenuhi gizi, termasuk data-data dari sumber sekunder seperti data


(59)

demografi dan kependudukan desa Sei Mencirim yang didapat pada propil desa Sei Mencirim tahun 2012.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sei Mencirim wilayah kerja Puskesmas Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang. Desa Sei Mencirim berbatasan dengan Desa Sei Semayang dan Medan Krio di sebelah Utara; Telaga Sari, Pancur Batu, Suka Maju di sebelah Selatan sementara Medan Krio/Suka Maju disebelah Timur dan di Sebelah Barat Binjai Timur dan Kutalimbaru. Jarak Desa Sei Mencirim ke Ibu Kota Kecamatan 6 km dengan jarak tempuh menggunakan kenderaan bermotor selama 7 menit dan dengan berjalan kaki atau kenderaan non motor 1 jam. Jarak ke ibukota provinsi (Medan) 16 km dengan jarak tempuh menggunakan kenderaan bermotor 35 menit dan dengan berjalan kaki atau kenderaan non bermotor selama 3 jam.

Penelitian dilakukan pada bulan November 2012 sampai dengan Mei 2013. Penelitian dimulai dengan observasi pendahuluan, penelusuran pustaka, penulisan proposal penelitian, seminar proposal penelitian, perbaikan proposal penelitian, pengumpulan data, pengolahan data dan pembahasan, seminar hasil penelitian, perbaikan tesis, dan ujian komprehensif. Dalam tahap-tahap penelitian tersebut berlangsung konsultasi dengan dosen pembimbing.


(60)

3.3 Objek dan Informan Penelitian

Objek penelitian ini adalah pemenuhan (proses, perbuatan, cara memenuhi) gizi ibu hamil dimasyarakat, sebagaimana tampak dalam kasus-kasus yang dipelajari dalam penelitian ini. Informan penelitian adalah semua orang yang memberikan informasi atau pun keterangan mengenai pemenuhan gizi ibu hamil pada masyarakat setempat. Mereka adalah empat orang kasus (ibu hamil dan ibu yang pernah hamil), suami, ibu, teman, tukang pijat ibu hamil dan anak balita, bidan yang melakukan pemeriksaan kesehatan ibu hamil (ANC) ibu hamil, petugas gizi puskesmas, bidan koordinator puskesmas dan pimpinan Puskesmas.

Pencarian Informan

Sebelum memulai wawancara untuk pengumpulan data dalam proses penelitian, peneliti terlebih dahulu mencari informan. Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah informan yang menarik minat peneliti karena informan itu memiliki keunikan ataupun kekhususan dalam melakukan pemenuhan gizi ibu hamil. Untuk mendapatkan informan yang unik dan menarik minat untuk dipelajari, peneliti mencari informan dengan bertanya ke orang-orang yang mengenal ibu-ibu hamil di desa ini seperti bertanya kepada ketua ibu PKK di desa Sei Mencirim dan Kader Posyandu. Peneliti merima saran dari ibu ketua PKK untuk menemui ibu yang bernama Sri Murniati, karena ibu itu aktif dalam kegiatan PKK, ramah dan sangat menjaga kehamilannya. Peneliti tidak mendapatkan informasi ibu hamil dari kader posyandu karena ibu-ibu hamil tidak ada yang mendatangi posyandu. Bapak Rizal


(1)

Moleong, Rexy J, 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda. Mufdlilah.2009a. Antenatal Care Focused, Yogyakarta : Nuha Medika.

.2009b. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil, Yogyakarta : Nuha Medika.

Petri, H.,L., 1987. Motovation Theory and Reseacrh, Wadswoth Publishing Company, Belmont California.

Prabawa, M.,1998. Kejadian Bayi Lahir dengan Kelainan Kongenital. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.Semarang

Prawirohardjo Sarwono, 2011. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Bina pustaka

Prasetyawati Arsita Eka, 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam Millenium Development Goals (MDGs),Yogyakarta: Nuha Medika

Racine Elisabeth F., Frick Kevin D., Shobino Donna, Carpenter Laura M., Milligan Renee, Pugh Linda C., 2009. How Motivation Influences Brestfeeding Duration Among Low-Income Women. Journal of Human Lactation.Jurnal elektrik:doi:10.1177/0890334408328129.J Hum Lact 2009 vol 25 no.2 173-181. Diakses tanggal 13 November 2012 :http://jlh.sagepub.com/content/25/2/173

Rahmasari G.,2012. 9 Bulan 10 Hari yang Istimewa dan Menakjubkan Selama Kehamilan, Jakarta Timur: New Agogos.

Singhal Atul, Kennedy Kathy, Lanigan Julie, Fewtrell Mary, Cole Tim,J., Stephenson Terence, Jones Alun Elias, Weaver Lawrence T., Ibhanesebhor Samuel, Macdonald Peter D., Bindels Jacgues, and Lucas Alan.2010. Nutrition in Infancy and Long-Term Risk of Obesity : evidence from 2 randomized controlled trials. American Society for Sina M.Yusuf, 2012. Khasiat Super Minuman Alami Tradisional, Jogyakarta: Dian

Pustaka Indonesia.

, 2012. Sejuta Khasiat Herbal Temulawak, Jogyakarta: Dian Pustaka Indonesia.


(2)

Subakti Y & Anggarani Deri Rizky, 2012. 99 Mitos Seputar Kehamilan, Yogyakarta: Great Publiser

Subiyanto Vera Puspita, 2012. Cara Sehat dan Aman Menghadapi Kehamilan Diatas Usia 35 tahun, Jogyakarta: Cable Book

Sulistyoningsih H., 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak, Yogyakarta: Graha Ilmu

Sunardi Yohanes, 2013. Sehat tanpa Report. Panduan untuk memilih Makanan dan Minuman dengan Tepat untuk Hidup Lebih Sehat, Yogyakarta: Rapha Publishing

Supariasa, Nyoman,dkk.,2002.Penilaian Status Gizi, Jakarta : EGC Suseno Mahfud, 2013. Sehat dengan Daun, Yogyakarta: Buku Pintar.

Tawiyah Agyemang, Kirkwood BR., Edmond,K., Bazzano,A., Hill, S., 2008. Early Initiation of Breastfeeding in Ghana: Barriess and Facilitator. Kintampo Health Reseach Center Health Service: Kintampo, Ghana

Teixeira Pedro J., Silva Marlena N., Mata Jutta., Palmeira Antonio L., and Markland David.2012. Motivation, Self-determination, and Long Term Weight Control. International Journal of Behaviour Nutrition and Physical Activity. Jurnal elektronik; doi:10.1186/1479-5868-9-22.Diakses tanggal 30 September 2012: http://www.ijbnpa.org/content/9/1/22

Thompson June. 2010. Kehamilan dari Pembuahan Hingga Kelahiran. (Alih bahasa: Ayu Diah Pitaloka), Jakarta: Dian Rakyat

Tim Demedia, 2010. Makanan Sehat Untuk Ibu Hamil, Jakarta Selatan: Damedia Pustaka

Tohirin, 2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling, Jakarta: Rajagrafindo Persada


(3)

Yulaikhah Lily. 2009. Seri Kebidananan Kehamilan, Jakarta: EGC

Yuliatin Indah Sri. 2011. Mukjizat Air Kelapa, Surabaya: Java Pustaka Group. Walker W. Allan, 2012. Pola Makan Sehat Saat hamil (alih bahasa: Lily Endang

Joeliani), Jakarta: PT.Buana Ilmu Populer

Weaver LT., 2006. Rapid Growth in Infancy : Balancing The Interest of The Child. Journal Pediactrics Gastroenterol Nutrition 43, 428-432

Winardi. 1992. Manajemen Perilaku Organisasi, Bandung: Citra Aditya Bakti

World Bank.2006. Repositioning Nutrition as Central to Development a Strategy for Large- Scale Action. Washington DC : USA.Available online at http://siteresources.worldbank.org/NUTRITION/Resources/281846-1131636806339/NutritionDtrategy.pdf.Accessd 16 November 2012

.2009. Child Growth Standarts and The Identification of Severe Acute Malnutrition in Infants and Children : Diakses tanggal 16 November 2012. www. Who.int/chilgrowth/standards.

World Health Organization. 2010. Growth References 5-19 Years for Adolescense.

Diakses tanggal 13 November 2012 :

http://www.who.int/growthreferenceadolescense2007-pdf//

.2011. Exclusive Breastfeeding for Six Month is Best for Babies Everywhere.January 15.2011. Diakses tanggal 16 November 2012:

who.int/medicentre/news/statements/2011/breastfeeding-20110115/en/index.html

Zero to Three.2011. National Center for Infants, Toddlers, and Families : Nutrition and Development Brain. Diakses tanggal 30 September 2012.


(4)

Lampiran

Ibu Ocha hari 1

Total analysis perencanaan: G:\nutrisurvey2007\ibu ocha1.epl

energy 2874.0 kcal

water 0.0 g

protein (14%) 101.7 g

fat (25%) 81.8 g

carbohydr. (61%) 429.6 g

dietary fiber 13.6 g

alcohol (0%) 0.0 g

PUFA 26.7 g

cholesterol 1000.0 mg

Vit. A 1185.9 µg

carotene 0.0 mg

Vit. E (eq.) 7.8 mg

Vit. B1 1.0 mg

Vit. B2 1.6 mg

Vit. B6 2.0 mg

tot. fol.acid 418.3 µg

Vit. C 60.6 mg

sodium 533.7 mg

potassium 2366.3 mg

calcium 788.5 mg

magnesium 427.9 mg

phosphorus 1550.9 mg

iron 15.9 mg


(5)

Ibu Ocha hari 2

Total analysis perencanaan: G:\nutrisurvey2007\ibu ocha2.epl

energy 2031.5 kcal

water 0.0 g

protein (13%) 66.5 g

fat (24%) 56.2 g

carbohydr. (62%) 313.5 g

dietary fiber 11.5 g

alcohol (0%) 0.0 g

PUFA 7.0 g

cholesterol 561.3 mg

Vit. A 995.2 µg

carotene 0.0 mg

Vit. E (eq.) 3.8 mg

Vit. B1 0.6 mg

Vit. B2 1.6 mg

Vit. B6 1.3 mg

tot. fol.acid 294.5 µg

Vit. C 36.3 mg

sodium 467.8 mg

potassium 1641.6 mg

calcium 722.0 mg

magnesium 381.2 mg

phosphorus 1079.1 mg

iron 13.1 mg


(6)