xxiii
BAB II BIOGRAFI DAN KARIR POLITIK ANWAR SADAT
Memahami gagasan salah seorang tokoh tidak mungkin didapatkan secara sempurna jika tidak mengetahui segala sisi kehidupannya secara komprehensif:
baik perjalanan hidupnya, latar belakang pendidikannya, orang-orang yang mempengaruhinya, dan seluruh aspek lainnya yang berkaitan dengan tokoh
tersebut. Karena skripsi ini adalah ingin mengkaji pemikiran tokoh yang bernama Anwar Sadat, khususnya tentang gagasan demokrasinya, maka cukup tepat jika
penulusuran riwayat hidup, karya-karyanya, dan orang-orang yang memengaruhi serta perjalanan karir politik yang ditempuh dilakukan.
Di samping hal itu melengkapi pengetahuan tentang karakter pribadinya secara utuh, juga untuk memudahkan memahami gagasan demokrasi Anwar Sadat
sesuai konteksnya. Untuk itu, pembahasan selanjutnya akan difokuskan pada tiga hal utama: pertama, tentang riwayat hidup Anwar Sadat mulai sejak kecil hingga
menjadi Presiden Mesir; kedua, tentang karya-karya beliau dan tokoh-tokoh yang memengaruhinya; dan ketiga, perjalanan karir politik yang ditempuh Sadat.
A. Riwayat Hidup Anwar Sadat
Anwar Sadat, tokoh yang pernah memimpin Mesir 1970-1981 ini dilahirkan 25 Desember 1918, di desa Mit Abu el-Kom 40 km sebelah Utara kota
Mesir, tepatnya di Distrik Tala provinsi Menufisia bagian pedalaman negara Mesir.
15
Ia ditakdirkan lahir dari keluarga miskin: ayahnya berasal dari Mesir,
15
Arthur Goldschmidt, JR., Historical Dictionary of Egypt, Lanham, MD., London: The Scarecrie Oressm Unc, 1994, h. 248.
xxiv sementara Ibunya dari Sudan keturunan keluarga yang perna menjadi budak. Ia
anak laki-laki satu-satunya dari enam saudara perempuannya hasil dari pernikahan dengan Sitt el-Barrien ibu kandung Anwar Sadat. Ayahnya memiliki tiga orang
istri lain, di antaranya Fatoum dan Aminah, dan memiliki 13 anak dari keseluruhannya.
16
Ayah Sadat bernama Mohamed Mohamed el-Sadaty, sementara Ibunya Sitt el-Barrien anak dari seorang budak yang didatangkan dari Sudan, Afrika
Utara, yang baru merdeka ketika penghapusan perbudakan dilakukan Inggris di masa penjajahannya. Sebelum menikahi Sitt el-Barrien, Mohamed telah lebih dulu
menikah, tetapi tidak dikaruniai anak sehingga bercerai. Ayahnya bekerja sebagai penerjemah pada sebuah datasemen Korps kesehatan tentara Inggris di Shebin el-
Kom yang melakukan riset tentang penyakit tropis.
17
Di usia 12 tahun, tepatnya 1930, Mohamed Al Sadaty pindah ke Kairo bersama keluarganya, dan tinggal di sebuah rumah bertingkat di Kubbri el Kubba
suatu daerah pinggir kota Kairo, yaitu di Sharia Mohamed Badr No.1. Pada saat yang sama, Mesir baru mendapat kemerdekaan dari penjajahan Inggris, dan
bentuk pemerintahan pertama yang dipilih adalah monarki kerajaan. Sejak duduk di sekolah dasar Anwar Sadat menyadari betapa kuatnya cengkraman
Inggris Raya terhadap negaranya. Meskipun di bawah Raja Fuad Mesir mempunyai konstitusi dan parlemen, namun Mesir tak lebih dari pemerintahan
“wayang atau boneka” yang didalangi Inggris Raya.
16
Anshari Thayib dan Anas Sadaruan, Anwar Sadat Antara Pahlawan dan Penghianat Surabaya: Bina Ilmu, 1982, h. 1.
17
Mohamed Heikal, Anwar Sadat: Kemarau kemarahan. Penerjemah Arwah Setiawan Jakarta: Temprin, 1986, h. 6.
xxv Setelah raja Fuad mangkat, pada 28 April 1936, kepemimpinannya
digantikan oleh anaknya, Farouk yang masih belia 17 tahun. Di bawah pimpinannya, Mesir malah kembali membuat perjanjian dengan Inggris yang
membentuk pertahanan bersama yang menjadikan Inggris mengirim kembali tentaranya ke Mesir. Saat itu, Anwar Sadat sudah berumur lebih dari 17 tahun,
sehingga cukup memahami akan kesepakatan-kesepakatan Mesir di bawah Raja Farouk dengan Inggris Raya. Ini pula yang mebentuk keinginan Anwar Sadat
untuk bergerak ke dalam ranah politik, dan memulainya kemudian, dengan masuk akademi akademi militer.
18
Semenjak keluarga Sadat pindah ke Kairo, Sitt el-Berrien, Ibu Anwar Sadat mengalami kondisi badan yang sakit-sakitan. Karena itu, Om-Mohammed,
neneknya Anwar Sadat, menyuruh kepada Mohammed Mohammed el-Sadaty, ayahnya Anwar Sadat untuk menikah lagi. Atas perintah ibunya ini, ayah Anwar
Sadat menikah dengan Fatoum, seorang gadis dari Mansoura. Sampai saat itu Sadat tinggal dengan neneknya Om-Mohammed di Mit Abu el-Kom. Selang
waktu berjalan Om-Mohammed pun pindah ke Kairo, untuk menetap bersama Mohammed el-Sadaty. Bersatunya kembali Anwar Sadat dengan ayahnya di
sebuah rumah di Kubri el-Kubba, Sharia Mohamed Badr No. 1.
19
Sadat menjalani tahun-tahun yang dramatis menyedihkan, dan kondisi ini membentuk karakter kehidupannya. Oleh karena itu, wataknya yang ekstrim
memegang prinsip secara teguh dan kompleks tidak dapat dipahami tanpa mengetahui berbagai pengalaman yang ia alami. Selama itu, Anwar muda tidak
harus menyesali hilangnya kebebasan serta gairah hidup desa, tetapi ia harus
18
Thayib, Pahlawan dan Penghianat, h. 3.
19
Heikal, Kemarau Kemarahan, h. 7.
xxvi menyaksikan ibunya diturunkan ke posisi perbudakan yang tidak kalah keras dari
pada kedudukan kakeknya Khairallah, yang seharusnya sudah bebas dari alam perbudakan. Suasana dramatis seperti ini yang sebagian besar membentuk
karakter Sadat: memegang teguh prinsip, kompleks, dan pantang menyerah. Sadat mengikuti kakaknya, Talaat ke sekolah negeri lanjutan pertama.
Tetapi di sekolah lanjutan pertama in ia harus meninggalkan sekolah itu dan pindah ke salah-satu sekolah lain. Dalam autobiografinya ia menulis salah satu
pengalaman yang menyedihkan yang dia alami ketika di sekolah lanjutan pertama: “Hal itu merupakan titik balik dalam hidup saya. Saya sadar bahwa
kegagalan saya merupakan pertanda bahwa Tuhan terhadap diri saya, mungkin karena kealpaan saya, mungkin karena ketakaburan saya.
Begitulah dalam semangat yang demikian dan dalam perasaan yang kabur itu—kombinasi dalam rasa, dosa, dan ketetapan untuk
bertobat—saya menyerahkan skripsi saya ke sekolah lain.”
20
Pengalaman-pengalaman hidup semasa Sadat kecil ini, seperti yang ia tulis di atas, banyak yang jadikan kenangan dan semangat hidup sampai ia menjadi
redaktur di sebuah koran bernama al-Ahram. Melalui koran ini, Anwar Sadat banyak menceritakan dan menuliskan kisah-kisah perjalanan hidupnya yang
dramatis. Di sisi lain, Anwar Sadat adalah seorang yang sangat menyukai aktor-
aktor film, terutama ketika ia menjadi redaktur gomhouriyeh pasca revolusi 1952. Ia menulis sebagian artikel yang menceritakan sosok yang menjadi aktor tersebut.
Lebih dari itu, ia juga pernah menyebut dirinya Haji Mohamed, meskipun sesungguhnya Sadat belum pernah naik Haji. Untuk mendukung perannya itu, ia
menceritakan bahwa dirinya pernah memelihara jenggot. “Benar” katanya, bahwa saya menamakan diri saya Haji Mohamed sebagai bagian dari memainkan peran,
20
Heikal, Kemarau Kemarahan, h. 9
.
xxvii tetapi tidak pernah ada orang menanyakan ini, maka saya teruskan saja. Saya
hanya bisa merasa benar-benar kerasan diantara aktor-aktor saja.”
21
Sejak kelulusan di akademi militer kemudian Anwar dijodohkan oleh ayahnya dengan seorang putri Omdah kepala desa Mit Abu el-Kom. Namanya
Ekbel Mady dan dengan wanita ini Sadat mempunyai tiga putri, Rokaya, Rowiya, Camelia. Bersama Nasser dan 10 perwira lainnya membentuk Free Officers
Committee, organisasi rahasia untuk menggulingkan pemerintahan monarki. Semasa perang dunia ke II Sadat dipenjarakan selama dua tahun karena bekerja
sama dengan Jerman. Sebagai angota Free Ofisser Committee, ia turut berperan dalam mengulingkan pemerintahan 1952. Di bawah pemerintahan baru, ia
menjadi anggota dewan komando revolusioner yang berkuasa, editor koran Al gomhuriya,
dan menjabat menteri negara 1954-1956. Selanjutnya ia menjadi sekretaris jendral partai politik yang berkuasa, memimpin dewan nasional 1969-
9168, menjadi salah satu dari empat wakil presiden 9164-1967. Pada 1969 ia menjadi wakil presiden tunggal dan terpilih menjadi presiden setelah kematian
presiden Nasser 1970.
22
Serangan Mesir tehadap Sinai yang diduduki Israel-pada Oktober 1973- mengawali perang Arab–Israel. Pada 1975, bekerja sama dengan menlu AS Henri
Kissinger, ia mengupayakan suatu persetujuan untuk tidak saling menyerang antara Arab dan Israel serta membuka kembali terusan Suez. Dalam usaha
menyelesikan konflik Arab –Israel , Sadat mengunjungi Israel November 1977. Kunjungan ini merupakan yang pertama kali dilakukan kepala pemerintahan
negara Arab. September 1978, dalam suatu pertemuan yang diprakarsai presiden
21
Heikal, Kemarau Kemarahan, h. 11.
22
Bambang Widiatmoko, “Sadat, Anwar Al-“ dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta: Cipta Adi Pustaka, 1990, h. 313.
xxviii AS Jimmy Carter di Camp David, Sadat mencapai kesepakatan bersama PM Israel
Menacem Begin tentang pengembalian kepada Mesir semenanjung Sinnai yang diduduki Israel pada 1967. Karena kunjungan ke Yerusalem dan usaha-usaha
perdamaiannya Sadat dan Begin memperoleh hadiah Novel perdamaiann 1978.
23
Pada September
1981 , Anwar Sadat mengenakan tindakan represif kepada
organisasi pergerakan Islam yang diaggapnya fundamentalis, termasuk kumpulan pelajar, dan organisasi
Koptik , yang dianggapnya dapat mengganggu stabilitas
nasional Mesir, dengan mengadakan tindakan penangkapan dan penahanan. Atas tindakan ini menyebabkan dia dikecam di seluruh
dunia atas pelanggaran
HAM dalam tindakan-tindakannya tersebut. Oleh karena itu, pada 6 Oktober 1981,
ketika menghadiri parade militer, Sadat mengakhir hidupnya karena ditembak mati oleh kelompok muslim garis keras yang tidak senang dengan kebijakan-
kebijakan politik Anwar Sadat.
24
B. Karya-Karya Anwar Sadat