Kebebasan Pers GAGASAN DEMOKRASI ANWAR SADAT

lxii untuk membungkan suara-suara yang vokal dalam percaturan politik di Mesir pada saat itu. NDP menjadi partai pemerintah yang tidak tersaingi. Dalam ranah politik, NDP bagaikan penganut sistem partai tunggal yang berjalan di balik topeng liberal. Jadi tidaklah jauh berbeda dengan apa yang dilakukan Nasser melalui partia ASU-nya itu, namun dengan strategi dan taktik yang lebih brilian. Keliberalan Sadat di bidang politik hanya sampai pada bentuk struktur formalnya saja, realitas sehari-harinya masih sama dengan zaman Nasser. Parpol selain NDP memang ada, tetapi mereka dibuat sedemikian rupa, sehingga perjalanan hidupnya tidak bisa mencerminkan dan mewakili pengikutnya. Partai politik lain itu hanya digunakan untuk menunjukan, bahwa Mesir tidak menganut sistem partai tunggal sebagaimana yang dianut Nasser. Sadat ingin menampakkan perbedaannya dengan Nasser. 70

B. Kebebasan Pers

Menurut pasal 1 dalam kontitusi 1971 dikatakan bahwa “Republik Arab Mesir adalah negara demokrasi dan sosialis yang berdasarkan kepada aliansi kekuatan pekerja rakyat.” Dalam politik demokrasi di Mesir pada pemerintahan Sadat, Mesir telah mempraktikkan pemisahan kekuasaan yang dalam istilah Montesquieu disebut trias politika: legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Selain ketiga kekuasaan yang telah disebutkan di atas, Sadat memperkenalkan satu penyangga utama demokrasi sebagai kekuatan pendukung keempat, yaitu pers. Perubahan kontitusi tahun 1980 dan UU No148 tahun 1981 mengatakan: “Pers adalah kekuatan rakyat yang independen. Kebebasan pers 70 Sihbudi, Konflik dan Diplomasi, h.204. lxiii dijamin oleh undang-undang dan sensor terhadap pers ditiadakan. Wartawan bebas melakukan kegiatannya asalkan tidak melanggar hukum.” 71 Untuk memudahkan pengaturan kehidupan pers, maka dibentuk Dewan Tinggi Pers Al-Majlis al-A’la lil-Shahafat. Dewan ini mempunyai tanggung jawab untuk: “Mengemukakan pendapat dalam RUU yang mengatur masalah pers; menjamin kemajuan dan pertumbuhan pers; Melindungi kegiatan pers dan hak-hak kewartawanan; menetapkan kode etik pers; menanggung upah minimum yang pantas bagi wartawan dan pekerja pers; dan menerbitkan izin bagi wartawan yang ingin bekerja untuk penerbitan non-Mesir asing agen berita atau organisasi media lainnya, baik dalam Mesir maupun di luar negeri.” 72 Di samping Dewan Tinggi Pers, ada dua dewan lagi yang ikut mengurusi masalah pers, yaitu Dewan Penerbitan Majlis al-Idarat dan Dewan Redaktur Majlis al-Tahrir. Dewan Penerbit yang mempunyai 15 angota yang terdiri dari seorang ketua yang dipilih oleh Shura, 6 orang karyawan organisasi pers 2 orang wartawan, 2 orang Administrator, dan 2 orang pekerja, dan 8 orang anggota yang dipilih oleh Shura. Masa tugas Dewan Penerbit adalah 4 tahun dan mereka dapat dipilih kembali. Sedang Dewan Redaktur terdiri atas sekurang-kurangnya lima anggota dengan dipimpin oleh pimpinan yang dipilih oleh Shura. 73 Mesir memang memiliki tradisi kebebasan pers dan kebebasan pers dijamin dan dilindungi secara konstitusional, kebebasan pers itu dirumuskan: “Freedom of the press, printing, publication and mass media shall be guaranteed. Censorship on newspapers is forbidden as well as notifying, suspending or cancelling them by administrative method. In a state of emergency or in time of war a limited cencorchip may be imposed on the 71 Alfian dan Nazarudin, Masa Depan Kehidupan, h.325 72 Sihbudi, Konflik dan Diplomasi, h. 206. 73 Sihbudi, Konflik dan Diplomasi, h. 208. lxiv newspapers, publication and mass media in maters related to publik safety or porposes of nation al security in accordance with the law” 74 Salah satu penerbit yang sangat berpengaruh dalam pembentukan opini politik sejak masa Pro-Revolusi ialah harian Al-Ahram, yang kini memiliki sebuah lembaga pengkajian strategis yang banyak berfungsi sebagai sumber konsultasi dan informasi tentang masalah Mesir, negara-negara Timur Tengah lainnya dan Afrika. 75 Tidak hanya penerbit Al-Ahram, masih banyak yang lain dalam memberikan berita dan cukup vokal. Seperti Al-Ahali suatu koran mingguan yang dipimpin Khaled Moehiddin salah satu dari kelompok “Perwira Bebas” menganut aliran Marxis dan berakhir dalam penjara. Al-Ahali adalah koran yang baik dan dibaca secara luas. Koran ini berani membahas maslah-masalah yang bertentangan dengan mengambil sikap slogan: “Tidak ada perdamaian terpisah dengan Israel.” Koran ini mengutuk korupsi pada umumnya dan mengungkapkan kasus-kasus secara khusus. Terdapat suatu tulisan bersambung yang berjudul “imperium Ottoman” Mengenai Osman Ahmed Osman dan Arab Contractor Company. Meskipun cukup berhasil, Al-Ahali mempunyai kelemahan besar, yaitu koran ini dicetak pada salah satu koran pemerintah, dan karena ini ia menemuai ajalnya. 76 Tabloid mingguan Al-Shaab rakyat, merupakan sebuah ruang aktualisasi dan aktifitas dari partai Misr el-Fatat Mesir muda. Di bawah Mohamed Abu Wafia, koran ini adalah koran pertama yang menerima keberadaan Camp David, 74 Riza Sihbudi, dkk, Profil Negara-Negara di Timur Tengah, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1995, h. 150. 75 Riza Sihbudi, Profil Negara, h. 151. 76 Mohamed Heikal, Anwar Sadat: Kemarau Kemarahan. Penerjemah Arwan Setiawan Jakarta: PT. Temprin, 1986, h.174. lxv meskipun dengan persyaratan, tetapi kemudian jauh lebih kritis dalam bahasannya yang memperdebatkan antara yang loyal pada pemerintah dan yang tidak dan berakhir dengan perpecahan. Al-Shaab beralih kepada kekuatan demi kekuatan yang tersusun dari tokoh-tokoh terkemuka dari masyarakat Mesir. Dr. Hilmi Murad seorang ahli ekonomi yang pernah menjadi rektor Universitas ‘Ain Sham’s, pernah menjabat menteri pendidikan di era Nasser. Artikel-artikel yang ditulisnya mengenai keadaan ekonomi Mesir, tetapi tulisan yang membuat gerah Anwar Sadat ialah sebutan terhadap Jihan istri Sadat dengan “First Lady.” 77 Fathi Radwan seorang pemimpin pertama Misr el-Fatat, pernah menjabat Menteri Pembinaan Nasional 1952. Satu artikelnya, “El-‘Utaqa”yang diangkat tulisan ini ia menolak pengakuan yang selalu dinyatakan oleh Sadat bahwa ia telah “memberikan” kemerdekaan dan demokrasi kepada bangsa Mesir. “Kami bukan budak,” Tulis Fathih Radwan, “yang harus diberitahu kepada kita sudah diberi emansipasi. Bila kita merdeka, ini bukan karena diberi olah siapapun.” Dr. Muhamed Asfur adalah seorang ahli hukum, secara terbuka menentang Cam david. 78 Akibat tekanan-tekanan yang timbul dari lawan-lawan politik yang berkembang saat itu di Mesir terutama lewat media-media baik di koran-koran, televisi, radio atau pun partai politik yang terus memantau perpolitikan Anwar Sadat, selebihnya ketika persetujuan Cam David diperdebatkan di Parlemen. Hanya lima belas wakil yang mengajukan suara menentang, meskipun tidak 77 Heikal, Anwar Sadat, h. 176. 78 Heikal, Anwar Sadat, h. 176 lxvi kurang dari lima puluh lima wakil suara termasuk sebagian dari partai nasional Sadat sendiri, memilih untuk tidak hadir di parlemen pada hari pemungutan suara. Tentu saja ini tidak cukup untuk Sadat, karena ia ingin menempatkan persetujuan ini dalam suatu kedudukan yang tidak terguncang, sehingga ia memutuskan untuk membubarkan parlemen dan memerintahkan pemerintahan baru. 79 Ini tidak kontitusional, karena presiden hanya diberi wewenang dalam kontitusi untuk membubarkan parlemen hanya bila terjadi sengketa antara dirinya dan parlemen. Dan, bila pemungutan suara yang menyusulnya mendukung pendapat presiden. Dalam peristiwa ini jauh dari terlibat sengketa dengan presiden, parlemen dengan kelebihan timbangan suara yang besar justru mendukung kebijaksanaannya. Tetapi tujuannya yang sesungsuhnya dengan pembubaran itu adalah guna menutup kaum independen untuk selama-lamanya. 80 Masih ada tiga jawatan yang dimaksudkan bertindak sebagai pengawas atas nama masyarakat dan menikmati kebebasan cukup longgar. Yang pertama adalah pengawas Administratif yang ditugasi mengawasi tindakan-tindakan pemerintah dan dengan demikian merupakan bagian yang tepat untuk memperhatikan transaksi yang mencurigakan dan yang liar. Badan ini pun dibubarkan lewat dekrit presiden atas dasar bahwa ia sudah menjadi ganguan birokrasi. Badan pengawas kedua Kantor Akutansi Publik. Badan ini seharusnya mengirimkan kepada parlemen laporan-laporan mengenai industri-industri yang dinasionalisasikan mengeniai ekspor negara. Laporan-laporannya memang memberikan kepada kelompok independen. Ini pun bernasib sama dengan badan 79 Heikal, Anwar Sadat, h. 177. 80 Heikal, Anwar Sadat, h. 178 lxvii Administratif yaitu mengalami penjegalan atas tugasnya yang dianggap menghalangi kinerja pemerintahan Anwar Sadat. Ketiga Dinas Intelegen Umum. Meskipun demikian badan ini mengatakan mempunyai informasi tentang segala apa yang terjadi, badan ini juga tidak tahu harus diapakan informasi itu. Badan ini sewaktu kepemimpinan Nasser telah di setujui untuk dijadikan koran terbitan Al-Ahram. Tetapi di tahun 1974 Sadat membatalkan pengaturan itu dan ketika ia mendirika majelis Keluarga majlis el- Shura ia mendirikan apa yang dinamakan Dewan Pers Tertinggi, yang diketuai oleh kaum majlis. Ini tentu saja mengindikasikan bahwa seluruh pers secara efektif ada dibawah kontrol pemerintah, yang menyangkut semua pemimpin redaksi. 81

C. Kebijakan Pintu Terbuka Infitah