Konteks Lahirnya Gagasan Demokrasi Anwar Sadat

liii partai-partai politik, Organisasi sosial, kelompok-kelompok intelektual, terbitnya surat-surat kabar, adanya pemberlakuan tipe peradilan Eropa-Mesir. Masuk pada jaman kemerdekaan Mesir 1922, demokrasi sudah mulai tampak pada susuna negara monarki kontitusional dan memegang rezim liberal terlihat, partai politik semangkin berkembang, organisasi-organisasi bermunculan, gagasan dapat diutarakan.. Mesir telah dapat mengatur urusan dalam negri sendiri, walaupun Inggris masih mengintervensi negara Mesir. Elemen demokrasi semangkin tumbuh dalam masyarakat Mesir, walaupun dalam bentuk organisasi- organisasi yang formal maupun beraliran garis keras, banyaknya kelompok- kelompok intelegensia yang memegang rezim yang modernis. Dalam priode pasca-revolusi 1952. Pada masa transisi, Nasser berusaha mengarahkan kekuasaan politik ke satu tangan, sehingga pata tanggal 16 Januari 1956, ketika masa transisi yang tiga tahun selesai pada awal ia menjabat sebagi presiden, kekuasaan sudah terpusat di tangan presiden, partai politik tunggal, angota parlemen sebagaiman alat pemerintahan lainnya sangat tergantung pada kontrol Nasser. 59 Priode Nasser berkuasa berarti matinya demokrasi di mesir, dengan pemusatan kekuasaan kepada Presiden, pengerucutan partai politik menjadi tunggal, dijegalnya surat kabar yang memberitakan secara kritis dalam perpolitikan di Mesir, penangkapan lawan-lawan politik yang keras. Ini menjadikan demokrasi yang diusung pada revolusi 1952 menjadi semu. 60

D. Konteks Lahirnya Gagasan Demokrasi Anwar Sadat

59 M. Riza Sihbudi, Timur Tengah, h. 325 60 Riza Sihbudi, dkk, Profil Negara-Negara di Timur Tengah, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1995, h. 148. liv Apabila kita telusuri, apa yang telah dipelajari oleh Anwar Sadat sehubungan dengan terlahirnya gagasan tentang demokrasi. Kita ketahui bahwa Anwar Sadat mengagumi tokoh-tokoh yang membuatnya menjadi tergar dan gigih akan cita-citanya sewaktu ia kecil hingga menjabat presiden dan menjalankan politiknya. Tokoh pertama yang ia kenali ialah Zahran, seorang pahlawan yang diceritakan neneknya semasa ia kecil, dari Denshway desa tetanggga tanah kelahiran Anwar Sadat. Zahran hanya seorang pahlawan desa kecil yang melawan penjajah Inggris, dan berakhir di tiang gantungan. Nama ini lah yang membuatnya kuat untuk mengikuti jejak orang-oarang yang Sadat kagumi dalam mengusir Inggis di tanah Mesir, sampi ia besar dan tumbuh di barak akademi militer. Kedua Mahatma Ghandi pad atahu 1932 singgah di Mesir dalam perjalananya menuju Inggris. Berita tentang perjuangannya yang gagah perkasa di masa lampau dan masa kini setiap hari memenuhi surat kabar dan majalah. “Wataknya meninggalkan kesan mendalam dalam diri saya dan saya jatuh cinta pada citranya.” Bahkan Sadat meniru Mahama Ghandi, dengan membuka pakaian, memakai sarung serta membuat alat pemintal sendiri. Aksi ini dilakukan dalam waktu beberapa hari yang menurutnya “perlawanan tampa kekerasan.” 61 Kemungkinan tokoh yang paling cocok untuk disebut guru dalam pembelajaran demokrasi Anwar Sadat ialah Mahatma Ghandi, dimana Ghandi mengkampanyekan demokrasi kepada rakyatnya. 61 Anwar El-Sadaty, Mencari identitas: Sebuah Autobiografi, Jakarta : Tira Pustaka, 1983, h.16 lv Ketiga, Hitler. Sadat melihat ketika Hitler melakukan pawai jalan kaki dari Munshen ke Berlin untuk menghapus akibat kekalahan Jerman pada perang dunia ke I dan membangun kembali negaranya. Menurutnya apa yang dilakukan Hitler adalah politik yang baik, pada waktu itu Sadat masih berumur dua belas tahun. 62 Hitler walau pun seorang pemimpin yang ditator yang kejam tetapi yang ia lihat ialah semangatnya dalam membangun negaranya seuasi kekalahan itu yang Sadat tiru dan dijadikan pegangan baginya. Keempat, Kemal Ataturk yang mana ia juga terkenal sebagai seorang pemimpin yang telah membebaskan negaranya dan berkeinginan untuk membangunnya kembali. Satu sisi yang berbeda Kemal menjadi contoh yang patut ditiru dengan kesamaan posisi negara yang sedang dijajah. Kemungkinan inilah yang patut Sadat tiru untuk diterapkan di Mesir. Terlepas dari tokoh-tokoh yang ia kenal sejak kecil, untuk mengaguminya ini merupakan reaksi alami yang telah membentuk jati diri seorang Anwar Sadat dewasa. Dalam pendidikannya di akademi militer, Sadat sudah merasa dirinya mempunyai misi untuk mengusir Inggris dari Mesir. Ia banyak bertemu orang–orang yang satu visi dam misi seperti Gamal Abdul Nasser, Kamaliddien Hussein, Abdul Hakiem Amir, Hassan Ibrahim,Abdul Muniem, Abdul Rauf, Salah Salim, Jamal Salim Abdul Latief Bagdadi, Khalid Mohiedin. Kumpulan ini terikat dalam sebuah nama perwira bebas sebuah gerakan bawah tanah yang tersusun dalam kemiliteran kerajaan. Gerakan ini banyak melakukan diskusi-diskusi tentang tercapainya pemerintah yang demokrasi dan lepas dari cengkraman Inggris. 62 El-Sadaty, Mencarai Identitasi, h. 17. lvi Dari semua yang terjabarkan di atas kemungkinan membentuk pola fikir Anwar Sadat tentang demokrasi, tetapi kemungkinan terdekat ialah karena Anwar Sadat ingin menandingi kekuatan lawan politinya semenjak ia menjadi presiden yaitu kekuatan sepeninggal Nasser yang beraliran nasionalis, bagi tercapainya kepentingan pribadi sebagai presiden, dan yang lebih jelas yaitu desakan rakyat yang menuntut akan demokrasi yang didambakan oleh masyarakat Mesir sejak puluhan tahun mungkin ratusan tahun. lvii

BAB VI GAGASAN DEMOKRASI ANWAR SADAT