xli sebelum Sadat naik tahta, menjadikan ia mengambil langkah penting dalam
kebijakan politiknya ketika ia berkuasa: yaitu “demokratisasi Mesir.” Karena itu, bab ini akan berupaya melacak pengertian demokrasi sebagai
sebuah pijakan pertama Anwar Sadat; sejarah masuknya demokrasi di Mesir sebagai konteks di mana Anwar Sadat memperkenalkan demokrasi akan menjadi
pembahasan kedua; elemen-elemen demokrasi di Mesir sebagai bagian yang tak terpisahkan dari konteks tersebut masuk pada bagian ketiga; dan bagian terakhir
adalah konteks lahirnya gagasan Anwar Sadat itu sendiri.
A. Pengertian Demokrasi
Secara Etimologis Demokrasi berasal dari kata Yunani, yang asal katanya rakyat berkuasa dan terbagi dalam dua kata “demos” dan “kratos”. Demos yang
berarti rakyat dan Kratos yang berarti kekuasaan.
44
Sedangkan secara terminologis, menurut Kranenburg demokrasi adalah: demokrasi terbentuk dari dua pokok kata Yunani, yaitu : Demos Rakyat dan
Kratein Memerintah yang maknanya adalah “cara memerintah oleh rakyat.” Menurut Koentjoro Poerbopranoto demokrasi adalah: suatu yang pemerintahanya
dipegang oleh rakyat maksudnya : suatu sistem dimana rakyat di ikutsertakan dalam pemerintahan negara. Menurut Abraham Lincoln demokrasi adalah:
pemerintah dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat Democracy of Government of the People, By the people an for the people.
45
44
Miriam Budiharjo,Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000, h.50
45
“Demokrasi.” Artikel diakses tanggal 27 April 2007 dari http:www.demokrasiindonesia .com5
mklnopengertiandemokrasimkljdert5321bagi56.
xlii Dari ketiga definisi yang dikemukakan, semuanya mengartikan rakyat
mempunyai wewenang atau kekuatan dalam menentukan keputusan-keputusan dalam hal pemerintahan. Ini dapat dilihat dalam sejarahnya, demokrasi di Yunani
mempunyai empat prinsip oprasional: Pertama, adalah para warganegara sendiri yang langsung membuat keputusan-keputusan politik dan mengawasinya. Kedua,
terdapat ekualitas dan hukum bagi semua warganegaraan dalam hal yang memberikan suara pada berbagai isyu, dalam dialog terbuka dan dalam hak untuk
menduduki jabatan pemerintahan. Ketiga, kebebasan politk dan kewarganegaraan politik and civic fredom dijamin sepenuhnya. Keempat, dalam proses penentuan
kebijakan, bila semua argumen telah dipaparkan, voting dipandang sebagai sarana terbaik untuk mengetahui kemauan para warganegara mengenai masalah-masalah
tertentu.
46
Sejak dari dahulu dalam perkembangannya demokrasi telah menjungjung “Hak Azasi” yang mana di sana para individu dan kelompok dapat
mengembangkan secara bebas dan mewujudkan kepentingan, keyakinan dan nilai- nilai yang dianutnya dalam proses politik. Dimana demokrasi dalam bentuk
pengawasan bersama terhadap bentuk pelaksanaan kekuasaan politik oleh seluruh angota masyarakat dijamin. Disana telah terpenuhi persyaratan terpenting untuk
penghormatan dan perlindungan hak azasi manusia. Karena itu hak azasi manusia dan demokrasi tidak boleh bertentangan. Kemerosotan demokrasi akan
mengakibatkan kemerosotan perlindungan hak azasi manusia. Sebaliknya
46
Amien Rais, Demokrasi dan Proses Politik, Jakarta: LP3ES, 1986, h. xi
xliii kemerosotan dalam perlindungan hak azasi manusia akan mengakibatkan
kemerosotan dalam pelaksanaan demokrasi.
47
Dari empat prinsip oprasional yang dikemukakan diatas, sama halnya seperti yang tertuang dalam Deklarasi Hak Azasi Manusia PBB tahun 1966, yang
dibedakan dalam empat kelompok pula : Hak liberal, sejak abad 18 hak liberal telah mendapat pengakuan, yang
mencakup perlindungan individu terhadap kekuasaan negara dan tercakup di dalamnya praktek kekuasaan negara yang sewenang-wenang terhadap
warganegaranya. Mencakup hak kebebasan beragama, kebebasan memilih tempat tinggal, hak protes hukum yang adil jika terjadi tuntutan, kebebasan berpendapat
dan perlindungan terhadap perlakuan yang merendahkan martabat manusia. Hak politik, ini mencakup hak hal warganegara untuk memiliki
kesempatan yang sama untuk berpartisipai dalam proses pembentukan dan pengawasan kekuasaan politik. Seperti hak memilih, hak berkumpul dan
berserikat, hak bebas berpendapat, hak bebas informasi, perlindungan perlindungna dari penindasan dari negara.
Hak sosial dan ekonomi, pada abad 20 hak sosial dimasukan dalam kontek umum hak azasi manusi sebagai suatu dimensi baru, yang bertujuan memberikan
kebebasan kepada setiap individu melalui negara. Karena pada setiap negara hukumyang menerap kan hak azasi manusia secara utuh harus mengembangkan
kesejahteraan bagi rakyatnya. Hak budaya, deklarasi PBB 1966 menekankan pentingnya pelaksanaan
hak budaya. Antara lain, mengunakan bahasa sendiri dan gaya hidup menurut
47
Thomas Meyer, Demokrasi: Sebuah Pengantar untuk Penerapan, Jakarta : D’print Comunications, 2005, h.15
xliv tradisi yang di anutnya. Dalam keterkaitan ini mengacu pada keterhubungan
antara kebebasan “dalam,” “dari” dan “melalui” negara.
48
Demokrasi dalam perjalanannya mengalami kritikan-kritikan maupun perubahan-perubahan dari asal mula yang lahir dari Yunani kuno. Dengan
mengatasnamakan demokrasi dalam perjalanannya demokrasi melegitimasi dirinya sesuai dengan tempat dan konteks wilayah demokrasi itu tumbuh, seperti
halnya : demokrasi pancasila, demokrasi Soviet, demokrasi Nasional dan banyak lainnya.
Akan tetapi demokrasi secara umum terbagi ke dalam empat model yang tidak terlepas dari dari konteks wilayah maupun jaman. Pertama, demokrasi
presidensial memiliki kedudukan kuat dalam pembuatan keputusan dan kekuasaan politik yang kuat pula, kekuasaan politik presiden sering kali disejajarkan dengan
parlemen atau bahkan lebih kuat dari parlemen. Demokrasi presidensial kepala negara yang dipilih secara langsung oleh rakyat merupakan pusat kekuasaan
mandiri, yang juga pengaruh baik alam pembentukan pemerintah maupun dalam penyusunanan undang-undang.
Sesuai dengan pengalaman sebuah masyarakat, demokrasi presiensial secara lebih kuat dapat menciptakan unsur kesinambungan stabilitas dalam proses
politik. Hal ini khususnya berlaku jika kelompok-kelompok perwakilan di parlemen jumlahnya banyak dan heterogen, sehingga kecil kemungkinan tercapai
kesepakatan di antara mereka utnuk mengoyahkan kedudukan pemerintah. Kalaupun ada kesepakatan maka kesepakatan tersebut bersipat labil. Walaupun
demikian demokrasi presidensial memerlukan pembatasan kekuasaan kepala
48
Meyer, Demokrasi, h. 17
xlv negara yang jelas, untuk menghindari terjadinya konsentrasi kekuasaan yang
hampir menyerupai kediktatoran. Jika lembaga-lembaga pengimbang seperti parlemen dan pemerintah, partai dan masyarakat sipil lemah maka mutu
demokrasi presidensial dapat merosot secara tak terkendali berubah menjai kediktotaran.
Kedua, demokrasi parlementer ini merupakan kebalikan dari demokrasi presidensial. Parlemen merupakan satu-satunya lembaga perwakilan tertinggi
untuk pengambilan keputusan. Peran presiden pada tipe ini terbatas pada tugas- tugas mewakili negar dan penengah dalam situasi konflik. Dalam demokrasi
parlementer kekuasaan pengambilan keputusan politik dijalankan oleh wakil- wakil rakyat sesui dengan pemilihan umum.
Ketiga, demokrasi perwakilan. Demokrasi ini mempercayakan sepenuhnya pengambilan keputusan tingkat parlemen oleh wakil-wakil yang dipilih. Untuk
sebagian besar pengambilan keputusan pada tingkat regional dan nasional dapat dilakukan tidak pada demokrasi langsung. Tetapi demokrasi perwakilan murni
sering menunjukan kecenderungan mengabaikan kehendak rakyat dan mempersulit identifikasi dan partisipasi politik rakyat.
Keempat, demokrasi langsung ini akan lebih mengalihkan sebanyak mungkin keputusan kepada rakyat yang berdaulat, misalnya melalui plebisit,
referendum, jajak pendapat rakyat, dan keputusan rakyat atau mengembalikan sebanyak mungkin keputusan ke tingkat komunitas lokal, pada suatu negara yang
luas demokrasi ini sangat tebatas untuk diterapkan, seperti sidang paripurna tidak mungkin untuk dihadiri seluruh rakyat.
xlvi Dari empat tipe demokrasi yang diulas di atas, Mesir di era Anwar Sadat,
menganuti sistem demokrasi parlementer. Hal tersebut direkam dalam konstitusi Mesir 1971. Namun, dalam perjalananya, demokrasi parlementer yang diadopsi
Anwar Sadat mengalami goncangan dan instabilitas politik, yang memaksa Anwar mengambil langkah-langkah politik yang bertentangan dengan demokrasi. Meski
demikian, Anwar Sadat tetap mengklaim bahwa langkah-langkah yang ditempuhnya tidak menyimpang dari semangat demokrasi.
B.
Sejarah Masuknya Demokrasi di Mesir
Sejak mendaratnya Napoleon di Alexandria 2 Juni 1798, Mesir dengan mudah jatuh dalam jajahan Inggris. Napoleon tidak hanya menjajah, akan tetapi
memberikan beberapa ide yang dibawa dalam ekspedisi Napoleon ke Mesir. Ide- ide yang pada waktu itu belum mempunyai pengaruh yang nyata bagi umat Islam
di Mesir. Tetapi dalam perkembangan kontak dengan Barat di abad ke sembilan belas ide-ide itu semangkin jelas dan kemudian diterima dan dipraktekkan dalam
kancah peroplitikan di Mesir. Menurutnya ada tiga ide-ide yang dibaca Napoleon pada waktu itu,Antara
lain: Republik Liberte dimana republik adalah negara yang berdasarkan kepada sistem demokrasi yang di pimpin oleh presiden, ide persamaan egalite dimana
dalam artinya kedudukan dan turut sertanya rakyat dalam soal pemerintahan. Pada saat itu Napoleon telah mendirikan suatu badan kenegaraan yang terdiri dari
ulama-ulama Al-Azhar dan pemuka-pemuka dalam dagang dari Cairo dan daerah- daerah.Tugas badan ini adalah membuat undang-undang, memelihara ketertiban
umum dan menjadi perantara antara penguasa-penguasa Perancis dan rakyat Mesir. Ketiga, Ide kebangsaan. Makna yang terkandung dalam maklumat
xlvii Napoleon bahwa orang Perancis merupakan suatu bangsa nation dan bahwa
kaum Mamluk adalah orang asing dan datang ke Mesir dari Kaukasus, jadi sungguh pun orang Islam tetapi berlainan bangsa dari orang Mesir. Juga
maklumat itu mengandung kata-kata umat Mesir.
49
Sampai pada awal abad-20 di Mesir timbul suatu usaha mengakhiri kekuasaan Inggris yang telah bercokol sejak tahun 1798. Usaha ini dimotori oleh
organisasi politik yang bernama Al-Wafd al-Misr utusan Mesir. Di bawah pimpinan Saad Zaghul, Al-Wafd menuntut kebebasan dan pemerintahan sendiri di
Mesir. Februari 1922 Inggris memproklamirkan Mesir sebagi negara Monarki kontitusional.
50
Sebuah negara yang semi independen yang tidak lepas dari kontrol oleh Inggris, yaitu negara Monarki negara yang dipimpin oleh seorang raja dan sebuah
parlemen. Rezim ini dikenal dengan rezim liberal, sekalipun rezim ini telah memberikan konsep kebebasan poltik dimana tumbuhnya partai-partai politik
ataupun gerakan-garakan yang skalanya kecil dan intelektual-intelektual Mesir menjadi terpecah dalam beberapa golongan ataupun aliran, rezim ini dianggap
gagal dan dapat digulingkan di tahun 1952 oleh perwira bebas yang merupakan kumpulan kemiliteran Istana sendiri yang merencanakan turunya raja dan
mengusir Inggris dan menginginkan Mesir menjadi negar republik. Dengan maraknya gelombang demokratisasi, Mesir pun mencoba dapat
merubah sebuah rezim pada suatu negara dari rezim otoriter menjadi rezim demokrasi. Seperti dalam sebuah studi demokrasi mengatakan: “Kegagalan
49
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang, 1996, h .32.
50
Haman Basyar, ”Bagaimana Militer Menguasai Mesir?” Jurnal Ilmu politik Vol 3, no. 4 Juli 1988: h.85-88.
xlviii ekonomi dari suatu rezim ototriter bisa jadi merupakan faktor kelemahan rezim
tersebut, tetapi keberhasilan dari suatu rezim otoriter mungkin berpeluang lebih besar untuk menciptakan landasan bagi suatu rezim demokrasi.
51
Mungkin ini yang terjadi di Mesir, rakyat yang selama berabad-abad tidak merasakan
kebebasan dalam negrinya sendiri. Semenjak kepemimpinan Ismail hingga Raja Farouk, telah menunjukan
kondisi ekonomi yang lemah dan intervensi asing yang masuk ke negri Mesir, dengan bentuk negara monarki parlementer. Dilanjutkan dengan pemerintahan
yang diperoleh lewat revolusi tahun 1952 yang diperoleh oleh kekuatan militer, dengan bentuk negara presidensial. Ini tidak jauh beda dari yang satu ke satu
lainya. Tidak memperjuangkan hak-hak kebebasan yang telah diketahui oleh rakyat Mesir pada jamannya.
Kemudian Rezim Nasser pun berdiri 1952-1970. Ironisnya pada awal kepemimpina Nasser bukan demokrasi yang ia angkat untuk menjalankan
pemerintahan Mesir. Boleh dikatakan massa ini masa matinya demokrasi di Mesir langkah pertama yang dilakukan Nasser ialah berusaha mengarahkan kekuasaan
politik ke satu tangan, adanya partai politik tunggal, kekuasaan parlemen lebih rendah dari kekuasaan presiden, dan banyak hal yang ia larang guna untuk
kokohnya dalam kepemimpinannya. Sampai pada kepemimpinan Anwar Sadat, selepas wafatnya Gamal Abdul
Nasser. Sadat membuat langkah politik yang berbeda dengan Abdul Nasser. Ia ingin mebentuk identitas dan legitimasi politik sendiri, yaitu dengan mengambil
langkah dan kebijakn-kebijakan, diantaranya yaitu mengaplikasikan tuntutan
51
Huntington, Gelombang Demokrasi, h. 45.
xlix rakyat diera peralihan presiden yaitu menginginkan “pemulihan kebebasan
demokrasi yang lebih besar.”
52
Sepanjang tahun 1970-an hingga 1980-an, lebih dari 30 negara mengalami pergeseran dari sistem otoritarian menuju sistem demokrasi. Beberapa sebab
disinyalir mengakibatkan kondisi transisi ini, pertama: Perkembangan ekonomi bisa jadi merupakan faktor utama terjadinya perubahan-perubahan politis tersebut.
Kedua: kebijakan-kebijakan dan peran-peran yang dimainkan oleh Barat, dalam hal ini, Amerika Serikat, kekuatan-kekuatan Eropa dan lembaga-lembaga
internasional membantu mempercepat proses demokratisasi di beberapa negara Eropa, Amerika Latin, negara-negara Asia
53
. dan tidak terkecuali Mesir yang mengalami hal-hal tersebut.
Langkah lainya mereferendum kontitusi 11 September 1971, antara lain yaitu: ”Mesir adalah negara republik dengan multi partai pasal 5. Kekuasaan
berada ditangan rakyat pasal 3. Islam adalah agama resmi negara dan syariat Islam adalah sumber perundang-undangan dan bahasa Arab adalah bahasa resmi
negara pasal 2. Di samping itu, secara tegas dijelaskan, bahwa republik Arab Mesir adalah sebuah negara demokrasi dan sosialis yang berdasarkan pada aliansi
kekuatan pekerja rakyat pasal 1.”
54
Pasal 4 Melanjutkan ” Dasar ekonomi dari republik Arab Mesir adalah sistem demokrasi sosialis yang didasarkan pada
kecukupan dan keadilan dengan cara mencegah ekploitasi, yang mengakibatkan penghapusan perbedaan-perbedaan pendapatan melindungi pendapatan yang sah,
52
Mohamed Heikal, Anwar Sadat: Kemarau Kemarahan, Penerjemah Arwan Setiawan Jakarta: PT Temprin, 1986, h. 37.
53
Samuel P.Huntington, Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia, Yogyakarta: Qolam, 2001 h. 351.
54
M.riza Sihbudi, M Hamdan Basyar, Happy Bone Zulkarnain, Konflik dan Diplomasi di Timur Tengah,
Jakarta: PT Eresco, 1993, h. 335.
l dan menjamin persamaan distribusi kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab
masyarakat”
55
Kontitusi 1971 telah menggambarkan kehidupan demokratisasi di Mesir. Dimulai dengan dibukanya politik multi partai yang tertera pada pasal 5, yang
sebelumnya pada era Nasser dilakukan pemusatan yang bertumpu pada satu partai. Kemudian dalam pasal lain menerangkan tentang terpusatnya kekuasaan
yang mutlak berada ditangan rakyat, tercantum pada pasal 3. Pada pasal 1 pun memperkuat argumen yang di keluarkan Sadat yaitu, republik Arab Mesir adalah
sebuah negara demokrasi dan sosialis yang berdasar pada aliansi kekuatan pekerja rakyat. yang terpenting dari pasal ini ialah pelaksanaanya dalam menjalankan roda
perpolitikan. Seharusnya pemusatan kekuasaan yang menjadi ciri negara Mesir itu
sudah berkurang pada era presiden Anwar Sadat. Tetapi ini malah sebaliknya dengan semangkin terpusatnya kekuasaan di tangan presiden. Khususnya setelah
presiden menjadi ketua partai terkuat tahun 1978, Ditambah lemahnya partai oposisi pada saat itu, yang membuka peluang sang penguasa untuk berbuat
diktator. Tumbuhnya polarisasi antara tokoh Islam dan pejabat-pejabat
pemerintahan, belakangan disesali, pada komitmen demokrasi, yang dijustifikasi dengan tuduhan bahwa kaum fundamentalis hendak membajak demokrasi, dan
akhirnya meluasnya konfrontasi antara pasukan keamanan negara dan kaum
55
Shirreen T. Hunter, Politik Kebangkitan Islam, Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 2001, h. 40.
li extrimis muslim yang akhirnya menyulut refolusi moderat dan juga refolusi
kekerasan
56
. Presiden Anwar Sadat baru diganti oleh wakilnya Hosni Mubarak setelah
tewas ditembak oleh kaum extremis yang radikal pada 6 oktober 1981. Dengan tampilnya Hosni Mubarok sebagai presiden, ia mencoba menjalankan apa-apa
yang telah menjadi kebijakan-kebijakan atas pemerintahan. Mubarak dikenal wakil yang setia akan kebijakan-kebijakan yang diambil Anwar Sadat. Ia pun
memulai program pemerintahanya dengan memperbaiki bidang ekonomi dan hubungan luar negri. Dalam perpolitikannya sebelum merubah pola politik yang
di wariskan Sadat, atas nama demokrasi Mubarak berhasil memperkokoh kekuasaanya.
C. Elemen-Elemen Demokrasi di Mesir