40
sebuah citra image profesionalisme di kalangan masyarakat, khususnya dari pengguna jasa dari profesi da’i.
Strategi yang didukung dengan matode yang bagus dan pelaksanaan program yang akurat, akan menjadikan aktivitas dakwah menjadi matang
dan berorientasi jelas di mana cita-cita dan tujuan telah direncanakan. Karena tujuan dan cita-cita yang jelas dan realistis pasti akan mendorong
dakwah mengikuti arah yang telah direncanakan. Pandangan Islam dalam memandang manajemen berdasarkan teologi
yang ada adalah dasar dari manusia yang memiliki potensi yang positif yaitu dilukiskan dengan istilah hanif.
31
Potensi semacam ini didasari atas cara pandang seseorang dalam melakukan pengelolaan serta penilaian
terhadap manusia. Keterkaitan manajemen dan watak hanif adalah watak hanif akan menyebabkan manusia cenderung untuk memiih yang baik dan
benar dalam seluruh kehidupannya, sedangkan penilaian terhadap baik dan buruk akan sangat tergantung terhadap latarbelakang kehidupannya. Hal
inilah yang kemudian langsung dengan kualitas, kuantitas serta produtivitas dari objek manajemen.
4. Ruang Lingkup Aktivitas Dakwah
Substansi dakwah adalah berporos pada ajakan untuk memikirkan Sesuatu yang terpenting tentang hidup dan mati, kebahagiaan atau siksaan
abadi, kebahagiaan di dunia atau kesengsaraan, cahaya kebenaran atau
31
Muhammad Imanuddin, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, edisi enuju Manajemen Islam,
Jakarta: Pustaka Cidesinde, 2000, hlm. 46.
41
gelapnya kapalsuan, kebajikan dan kesejahteraan, maka dakwah harus dilakukan dengan integritas penuh baik bagi para pendakwah atau pun
objek dakwah.
32
Dalam kaitan ini kegiatan manajemen dakwah berlangsung pada tataran kegiatan dakwah itu sendiri. Dimana setiap aktivitas dakwah
khususnya dalam skala organisasi atau lembaga untuk mencapai suatu tujuan dibutuhkan sebuah pengaturan atau manajerial yang baik, ruang
lingkup kegiatan dakwah merupakan sarana atau alat pembantu pada aktivitas dakwah itu sendiri.
Ruang lingkup dakwah akan berputar pada kegiatan dakwah, dimana aktivitas tersebut diperlukan seperangkat pendukung dalam mencapai
kesuksesan. Bila komponen dakwah yaitu da’i, mad’u, materi , media, tersebut diolah dengan penggunaan ilmu manajemen maka aktivitas
dakwah akan berlangsung secara lancar sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Sebab bagaimanapun juga sebuah aktivitas apa pun itu sangat
diperlukan sebuah pengelolaan yang tepat bila ingin dapat berjalan secara sempurna.
Unsur-unsur manajerial atau ‘amaliyyah al’idariyyah tersebut
merupakan sebuah kesatuan yang utuh yang terdiri dari; takhthith perencanaan strategi, Thanzhim pengorganisasian, tawjih pergerakan,
riqabah pengawasan dan evaluasi.
33
32
Isma’il Al-Faruqi, Lois Lamya Al-Faruqi, Atlas Budaya Menjelajah Khazanah Peradaban Gemilang Islam edisi Indonesia, Bandung: Mizan, 1998, hlm. 220.
33
Akrim Ridha, Menjadi Pribadi Sukses;Panduan Melejitkan Potensi Diri, Bandung:
Syamil Cipta Media, 2002, hlm. 60.
42
Takhthith perencanaan strategi secara alamiah merupakan bagian dari sunatullah, yaitu dengan melihat bagaimana Allah SWT. Menciptaka
alam semesta dengan hak dan perencanaan yang matang disertai dengan tujuan yang jelas QS. Shad; 27.
34
Takhthith dakwah merupakan starting point dari aktivitas manajerial dalam sebuah kegiatan berupa hal-hal yang
terkait dalam memperoleh hasil yang optimal. Thanzhim pengorganisasian, penyusunan dijelaskan bagaimana
pengelolaan itu, yakni dilakukannya pembagian yang aplikatif dakwah dengan lebih terperinci spesifik. Dengan demikian adalah suatu hal yang
logis pula apabila pengorganisasian dalam sebuah kegiatan akan menghasilkan sebuah organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu
kesatuan yang kuat.
35
Pengorganisasian dalam pandangan Islam bukan semata-mata merupakan wadah akan tetapi lebih menekankan bagaimana
pekerjaan dapat dilakukan secara rapi teratur dan sistematis Ash-Shaff; ayat; 4.
Tawjih atau penggerakan dakwah merupakan inti dari manajemen dakwah itu sendiri. Dalam proses pergerakan ini semua aktivitas dakwah
terlaksana. Dari sinilah aksi semua rencana dakwah akan terealisasi, di mana fungsi manajemen akan bersentuhan secara langsung dengan para
pelaku dakwah. Dan dari sinilah proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian atau penilaian akan berfungsi secara efektif.
34
Didin Hafidhuddin , Hendri Tanjung, Manajemen Syari’ah dalam Prektik, Jakarta:
Gema Insani Press, 2002, hlm. 78.
35
Ahmad Fadli, Organisai dan Administrasi, Kediri: Manhalun Nasyiin Press, 2002,
hlm. 30.
43
Taqabah pengawasan, evaluasi; Evaluasi dakwah dirancang untuk memberikan kepada orang yang dinilai dan orang yang menilai informasi
mengenai hasil karya. Tujuan diberlakukan program evaluasi ini adalah untuk mencapai konklusi dakwah yang evaluatif atau memberi
pertimbangan mengenai hasil karya serta mengembangkan karya dalam sebuah program. Sedangkan evaluasi dakwah penting karena dapat
menjamin keselamatan pelaksaan dan peranan dakwah, mengetahui berbagai persoalan dan problematika yang dihadapi serta cara antisipasi
dan penuntasan seketika sehingga akan melahirkan kemantapan bagi aktivitas dakwah dengan cara yang benar atau sesuai dengan tujuan.
Disamping itu, evaluasi juga penting untuk mengetahui positif dan negatifnya pelaksanaan sekaligus dapat menghasilkan pengalaman praktis
dan empirik yang dapat dipandang sebagai aset dakwah dan harakah yang harus diwariskan kepada generasi untuk dijadikan sebuah pelajaran.
110
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah kepada yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik. Ali Imran: 110
44
Di atas semua itu adalah masalah manajemen yang belum mendapat
perhatian serius dalam kegiatan dakwah, yakni budgeting mizaniyyah.
Masalah ini tidak mendapat tempat yang selayaknya dalam dakwah. Ada pandangan bahwa kegiatan dakwah harus berjalan dalam jalur sebagai
upaya pengabdian dengan nuansa ibadah yang harus dilakukan oleh da’i dengan penuh keikhlasan. Da’i adalah penerus tugas suci yang di timbang
terimakan dari Rasulullah SAW. Oleh sebab itu tidak layak bila mendapatkan imbalan dari kegiatan tersebut.
Hal inilah yang membuat kegiatan dakwah menjadi pekerjaan sambilan, bukan menjadi pekerjaan utama. Berdakwah menjadi profesi
yang dilakukan dengan waktu penuh dan dengan perencaan serta kontrol yang optimal. Dalam kaitan inilah diperlukan manajemen yang akurat dan
harus dilakukan oleh institusi dakwah dengan fungsi memberikan jaminan hidup bagi para da’i dalam menjamin keberhasilan dakwah serta
keberlangsungannya dalam menjawab problema masyarakat yang dewas ini bertambah kompleks.
44
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG TIM MANAJEMEN UJE CENTER DAN
PROFIL USTADZ JEFRI AL BUKHORI
A. Profil Manajemen Uje Center
1. Sejarah
Dari profil sejarahnya Ustadz H. Jefri Al Bukhori maka ia mulai melakukan aktivitas dakwahnya yang berawal dari majelis taklim,
musholla, dan masjid-masjid sehinngga dengan perlahan-lahan Ia dapat menjadi seperti sekarang ini, yang di kenal oleh masyarakat banyak dan
dikagumi oleh seluruh kalangan. Dari sinilah dengan jadwalnya yang semakin padat, maka ia pun
membentuk tim manajemen dengan mebuat sebuah PT Uje Center yang tepatnya berdiri pada tanggal 20 November 2006.
1
2. Visi, Misi dan Tujuan
Visi, misi dan tujuan dari Uje Center adalah selain sebagai manajemen dari ustadz Jefri Al-Bukhori sendiri, juga merupakan pusat
kegiatan islami dan unit-unit usaha menopang kegiatan sosial serta kepedulian terhadap umat.
1
Azwar Heri Lubis, Manager Operasional Uje Center, wawancara pribadi, Jl.Radio Dalam Raya No.9D Jakarta Selatan, 7 September 2009