Kelahiran dan Pendidikan Serta Keluarga Ust. Jefri Al Bukhori Kiprah Dakwah di Masyarakat

50

2. Biografi Ustadz Jefri Al-Bukhori

a. Kelahiran dan Pendidikan Serta Keluarga Ust. Jefri Al Bukhori

Jefri Al-Bukhori memiliki nama populer Uje, adalah seorang pendakwah atau ustad yang tampil dengan mengemas bahasa dakwahnya dengan bahasa-bahasa anak muda. Sehingga Uje kerap juga dipanggil sebagai ustadz gaul. Ada pesona dalam dakwahnya. Jiwa seni dan pengalaman hidup telah membentuknya menjadi mubaligh yang imajinatif dan komunikatif. Terlahir dari pasangan mubaligh Alm. Ustadz H. Ismail Modal dan Ustadzah Dra. Hj. Tatu Mulyana, pada tanggal 12 April 1973. ia dibesarkan dengan disiplin keagamaan yang ketat. Kedua orang tuanya yang memperkenalkan agama kepada kelima anaknya, di luar belajar madrasah. Tanda-tanda kenakalannya sendiri, diakuinya telah nampak sejak kecil. Namun, saat itu lingkungan keluarganya yang taat beragama masih bisa mambuatnya menyukai pelajara agama, terutama seni membaca al- Qur’an.. 3 semula akrab pada gaya hidup pergaulan remaja metropolis dan kini menjadi “pemandu” budi pekerti dengan warna ruhaniyah yang sangat kental sekali serta membaktikan hidupnya untuk 3 Ust. H. Jefri Al Bukhori, Wawancara Pribadi, Pondok Indah, 15 Maret 2009 51 mengapresiasikan kehalusan, jelas membuktikan dirinya sebagai penempuh ajaran-ajaran sufisme. 4

b. Kiprah Dakwah di Masyarakat

Menyimak peta kehidupan ustadz gaul ini mengingatkan kita pada gambaran seorang penempuh dunia sufi yang disampaikan oleh Aljunayd. Dengan cara mensucikan batin, menindas hawa nafsu dan dan membersihkan hati dari sifat-sifat kemakhlukan dan meraih tujuan utama, yakni Allah SWT. Setelah tujuan tercapai, orang tersebut kembali kealam sadarnya, untuk selanjutnya mengajak ummat dan membimbingnya ke jalan yang diyakininya. Begitulah gambaran seorang penempuh dan begitu pula perjalanan Ustadz H. Jefri Al Bukhori kini. Ia berguru ke beberapa Ulama, salah satunya adalah K.H. Ali Saman. Terhadap gurunya yang satu ini, ia sangat terkesan dengan pola hidup Belia yang bersahaja. Bapak dari tiga orang putra-putri ini, Adiba Khanza Az Zahra, Muhammad Abidzar Al Ghifari dan Ayla Azuhro Ataya Bilal Rizqullah ini, mengakui bahwa ia belajar untuk tidak cinta dunia dari Beliau yang tinggal tak jauh dari rumahnya. Tahun 2000, ia menjadi penyuluh gerakan anti NARKOBA. Ini pun awalnya tidak disengaja. Saat itu salah satu kakaknya, Ustadz Abdullah Riyadh Alm, yang seharusnya menjadi pembicara, 4 www. Sufisnews. Com, [Artikel Tgl: 07 Juni 2005] 52 berhalngan hadir karena harus ke Singapura. Kemidian, menggantikan ceramah-ceramah Ramadhan di beberapa masjid dan kantor. 5 Masa lalunya kelam justru dijadikan salah satu modal berdakwah, terutama terhadap kaum muda. 6 Gayanya yang khas dengan iringan pelantunan ayat-ayat al- Qur’an dan celetukan- celetukan a la remaja yang membumbui cermahnya sangat digandrungi kawula muda. Sejak itu, ia merambah jalan dakwah dan mulai dikenal sebagai mubaligh. Sejak itu pula, beberapa stasiun televisi swasta mulai memperhitungkan eksistensi dakwahnya melalui audiovisual, yang merupakan hal yang cukup potensialbagi karir dan dakwahnya, tentunya untuk memberikan tausiah.berbagai acara, seperti Kuliah Pagi TPI, Astaghfirullah, Kuasa Ilahi, Suratan Takdir, Di Ambang Fajar dan Indahnya Kebersamaan SCTV, Café Sholeh RCTI, Musafir dan Yang Muda Yang Beragama ANTV, Azab Ilahi Lativi, Cerita Sore dan Sentuhan Qalbu Trans TV, pun dihiasi wajah dan nasihat-nasihatnya. 7 Di tengah kesibukannya sebagai da’i dan membintangi beberapa sinetron keagamaan, ia pun masih menyempatkan dirinya membuka pengajian di Pondok Indah, yang sengaja diberi nama I Like Monday. Nama tersebut sebagai penghormatan terhadap hari kelahiran, hijrah dan wafatnya Nabi Muhammad SAW. Jadwal acara ta’lim yang di 5 Ustadz H. Jefri Al Bukhori, Wawancara Pribadi, Pondok Indah, 15 Maret 2009 6 Ustadz H. Jefri Al Bukhori, Wawancara Pribadi, Pondok Indah, 15 Maret 2009 7 Ustadz H. Jefri Al Bukhori, Wawancara Pribadi, Pondok Indah, 15 Maret 2009 53 selenggarakan dua minggu sekali ini banyak diikuti para eksekutif, businessman, anak muda, artis dan lain-lain. Konsep yang ditawarkan maj elis ta’lim yang diadakan tiap Senin malam ini adalah pengkajian kasus-kasus yang sedang hangat di masyarakat dan di kupas dengan materi-materi yang sederhana. Dan lebih sering mengundang pembicara atau ustadz dari luar. Dengan begitu, baginya, ia dapat menyerap ilmu dari pembicara yang hadir di majelisnya. 8 Satu hal yang perlu diingat, sebagai usaha dalam dakwah di masyarakat baginya adalah memiliki suatu prinsip dakwah yaitu making friend, artinya berdakwah harus klop dan srek dengan yang didakwahi dan kita harus berdakwah kepada manusia serta tingkat pemahaman mereka. 8 Al Kisah, h. 40 54

BAB IV STRATEGI TIM MANAJEMEN UJE CENTER

A. Perumusan Strategi

Perumusan strategi Uje Center dilaksanakan dalam wadah muktamar dan tanwir. Muktamar merupakan peermusyawaratan organisasikordinasi antara staff dengan direksi dan pimpinan. Dalam muktamar dan maupun tanwir yang dilaksanakan dan dipimpin oleh pimpinan Uje Center ini, yang dibahas adalah rumusan-rumusan dasar secara umum yang sebelumnya sudah dirumuskan oleh pimpinan Uje Center. Perumusan strategi Uje Center tersebut di dasarkan pada kebutuhan lap angan dakwah dalam kerangka amar ma’ruf nahi munkar. Ismail Yusanto dalam bukunya Manajemen Strategi menjelaskan: “Apabila analisis lingkungan organisasi telah berhasil dilakukan berarti organisasi tersebut sudah berhasil menyelesaikan 50 dari proses perumusan strategi, sebab kecermatan mencocokan peluang dan tantangan yang dihadapi dengan kekuatan dan kelemahan organisasi merupakan inti dari perumusan strategi yang tepat. 1 Merujuk pada pernyataan Yusanto dan berdasarkan pembahasan sebelumnya tentang strategi manajemen Uje Center maka menurut peneliti tim manajemen Uje Center telah berhasil menyelesaikan 50 dari proses perumusan strateginya. Hal ini disebabkan tim manajemen Uje Center telah merumuskan kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang dihadapinya. 1 M. Ismail Yusanto dan M. karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategis perspektif syari’ah, h. 52