37
factor sumber daya manusia SDM merupakan factor yang sangat menentukan. Oleh karena itu perlu memberikan perhatian yang serius pada
aspek ini. Proses pembinaan dapat dilakukan melalui pendidikanraining dan bimbingan secara intensif. Melalui proses pembinaan ini nantinya
diharapkanakan lahir sumber daya manusia yang bermutu, punya dedikasi, komitmen dan produktif. Untuk itu kita perlu menyiapkan adanya tools
seperti kurikulumyang akan diberikan selama proses pembinaan ini dilakukan. Ketiga, bardayakan. Setelah bekalan yang diberikan dirasa
cukup maka seseorang dapat diberdayakan atau ditempatkan pada sebuah posisi untuk melaksanakan tugasnya. Dalam hal ini kita harus
menempatkan seseorang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, “The right man in the right
place”. Dari ketiga aspek tersebut proses pembinaan adalah aspek yang
harus terus dilakukan dalam proses regenerasi. Pembinaan diberikan kepada semua anggota organisasi di semua level. Dengan melihat tingkat
kebutuhannya, dengan demikian kualitas mereka akan senantiasa terus meningkat, lebih produktif, dan senantiasa siap untuk menghadapi
berbagai macam perubahan unutuk menghadapi berbagai macam perubahan yang menjadi tantangan bagi organisasi yang dikelola.
3. Pengertian aktivitas Dakwah
Kegiatan dakwah itu bukan hanya sisi ajakan materi dakwah, tetapi juga sisi pelakunya da’i juga pesertanya mad’u, ia juga mempunyai
metode beragam yang telah digariskan oleh Qur’an dan dipraktikkan oleh
38
Rasulullah SAW, yakni bil hikmah, al mauidzoh hasanah, bil mujadalah bilati hiya ahsan. Intraksi aktif berdasarkan pemahaman yang
komprehansif terhadap unsur-unsur dakwah di atas, niscaya akan berbeda baik pada pilihan aktivitas, maupun kepada kemungkinan hasil yang bisa
di raih. Kehidupan dakwah Rasulullah SAW. dan para sahabatnya, dalam
seluruh dinamikanya, termasuk keberhasilan mereka memunculkan masyarakat madani di Madinah, yang merupakan koreksi terhadap
masyarakat Yasrib dan Jahili, adalah contoh konkret keberhasilan berdakwah dalam pengertian yang komprehensif. itu semua tidak berlaku
begitu saja, melainkan membutuhkan sebuah serangkaian perjuangan yang panjang tidak lepas dari apa yang sekarang biasa disebut dengan
‘amaliyyah al’idariyyah aktivitas manajerial sebagai usaha mewujudkan tujuan-tujuan dakwah dengan mempergunakan tenaga dan memanfaatkan
sumber-sumber yang ada. Saat ini salah satu fenomena yang sehari-hari dinikmati oleh publik
islam di Indonesia, adalah merebaknya akivitas dakwah Islam. Dakwah tidak lagi hanya berada di tempat-tempat konvensional dakwah seperti
masjid, pesantren, dan majelis ta’lim. Dakwah kini bahkan sudah berada di hotel-hotel, rumah sakit, radio, televisi bahkan melalui media internet dan
menjamur di kantor-kantor pemerintah maupun swasta sekalipun. Fenomena tersebut merupakan perkembangan yang menggembirakan
sekaligus tantangan bagi para praktisi dakwah untuk tampil tetap dinamis
39
selalu meningkatkan intensitas, kejelasan visi dan pemahaman, dan bertindak lebih professional.
Sedangkan ungkapan dari professional itu sendiri tidak dapat dilepaskan dari hal yang terkait dengan apa yang dinamakan manajemen.
Sementara itu Chester J. Barnard mengemukakan; Tidak ada suatu hal untuk akal modern seperti sekarang ini yang lebih penting dari
administrasi dan manajemen.
30
Dengan demikian, jika aktivitas dakwah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen, maka image professional dalam dakwah akan
terwujud pada kehidupan masyarakat. Dengan begitu dakwah tidak di pandang dalam objek ubudiyah saja akan tetapi diintrepetasikan dalam
berbagai profesi. Inilah yang dijadikan inti dari pengaturan secara manajerial dalam dakwah. Sedangkan efektivitas dan efesiensi dalam
penyelenggaraan dakwah adalah merupakan suatu hal mana yang harus mendapatkan prioritas.
Aktivitas dakwah dapat dikatakan berjalan secara efektif bila mana apa yang menjadi tujuan benar-benar dapat dicapai. Dan dalam
pencapaiannya dikeluarkan pengorbanan-pengorbanan yang wajar. Atau lebih tepatnya jika kegiatan lembaga dakwah yang dilaksanakan menurut
prinsip-prinsip manajemen akan menjamin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan oleh lembaga yang bersangkutan dan akan menumbuhkan
30
Sondang P. Siagan, Manajemen Strategis, Yogyakarta: BPFE UGM, 1978
40
sebuah citra image profesionalisme di kalangan masyarakat, khususnya dari pengguna jasa dari profesi da’i.
Strategi yang didukung dengan matode yang bagus dan pelaksanaan program yang akurat, akan menjadikan aktivitas dakwah menjadi matang
dan berorientasi jelas di mana cita-cita dan tujuan telah direncanakan. Karena tujuan dan cita-cita yang jelas dan realistis pasti akan mendorong
dakwah mengikuti arah yang telah direncanakan. Pandangan Islam dalam memandang manajemen berdasarkan teologi
yang ada adalah dasar dari manusia yang memiliki potensi yang positif yaitu dilukiskan dengan istilah hanif.
31
Potensi semacam ini didasari atas cara pandang seseorang dalam melakukan pengelolaan serta penilaian
terhadap manusia. Keterkaitan manajemen dan watak hanif adalah watak hanif akan menyebabkan manusia cenderung untuk memiih yang baik dan
benar dalam seluruh kehidupannya, sedangkan penilaian terhadap baik dan buruk akan sangat tergantung terhadap latarbelakang kehidupannya. Hal
inilah yang kemudian langsung dengan kualitas, kuantitas serta produtivitas dari objek manajemen.
4. Ruang Lingkup Aktivitas Dakwah