51
3. Aturan secara konsisten
Dalam memberikan aturan pengasuh menerapkan aturan-aturan umum yang telah ditetapkan panti terhadap anak asuh secara konsisten
atau terus menerus. Banyak sekali aturan yang diterapkan pengasuh seperti tidak boleh bawa HP, tidak boleh makan di dalam kamar, pulang
tanpa ijin, dan masih banyak lagi. Semua dilakukan agar anak bisa memahami makna disiplin dalam kehidupannya sehingga apabila anak
asuh melanggar aturan yang telah ditentukan maka pengasuh akan memberikan hukuman atau sanksi.
Hal ini dijelaskan pula oleh Bapak Mujiono bahwa : “ Aturan yang diterapkan di lakukan secara konsisten peraturan di
laksanakan… seperti: tidak boleh jajan, tidak boleh bawa HP, tidak boleh m
akan di kamar ”
18
Hal ini juga diungkapkan oleh WBS “S” yaitu: “ Iya pengasuh menerapkan aturan secara konsisten…kalau buat
kesalahan kecil aja langsung dimarahin “
19
4. Memahami emosi anak
Dalam hal memahami emosi anak asuh pengasuh sangat ekstra dalam memahami karakter anak yang begitu banyak di panti dan
memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada yang emosinya tinggi, emosinya sedang semua lebih melihat dari bahasa tubuh, apabila si anak
sedang ada masalah biasanya pengasuh berusaha mencari tau apa
18
Ibid,
19
Wawancara Pribadi dengan WBS “S” tanggal 10 Mei 2011
52
masalah yang anak sedang hadapi lebih berusaha untuk bertukar pikiran shaering.
20
Pendapat ini juga dijelaskan oleh Bapak Fahrizal bahwa: “Dalam memahami emosi anak awalnya mencari akar masalahnya
dulu misalnya dia rebut dengan temanya kemudian berusaha mengadakan pendekatan kepada mereka agar terjalin kekeluargaan…dan
mendengarkan apa-apa keluhan- keluhan mereka“.
21
Perlu orang tuapengasuh pahami bahwa anak mempunyai
keinginan yang sama seperti orang dewasa pada umunya, berusahalah dengan baik untuk memahami emosi negatif anak, berikan pilihan
sebagai bentuk dukungan dan biarkan anak yang memilih. Hal ini diungkapkan o
leh WBS “T” bahwa: “Dalam memahami emosi biasanya dengan cara menasehati,
kalau ada yang berantem sama teman ditanya kenapa terus dinasehatin sampe masalahnya selesai“
22
Apapun pilihan anak harus dihargai dengan baik karena semuanya tidak ada yang salah dan benar tapi hanya ada pilihan, yaitu pilihan baik
atau pilihan yang lebih baik.
5. Gaya Bahasa Positif
Gaya bahasa merupakan rangkaian dari peryataan yang dapat berupa komentar, tanggapan, atau masukan yang membuat anak asuh
merasa bahwa dia dihargai dan merasa mampu serta semangat untuk melakukan usaha terbaiknya. Seperti yang di ungkapkan oleh Ibu Siti :
20
Ibid,
21
Wawancara Pribadi dengan Bapak Fachrizal Hamid
22
Wawancara Pribadi dengan WBS “T”
53
“ Gaya bahasa yang digunakan sesuai dengan kebutuhan kadang bahasa anak-anak apabila sedang berhadapan dengan anak, kadang
bahasa ibu- ibu apabila sedang berhadapan dengan orang tua “
23
Keadaan ini akan membuat anak asuh merasa nyaman, dan
berusaha dengan baik serta gigih, anak merasa lingkunganya sangat mendukung sehingga selalu merasa dekat dengan pengasuh.
Hal ini juga diungkapkan oleh WBS “H” “ “ Gaya bahasa yang digunakan pengasuh biasanya bahasa yang
sopan tapi kadang suka membentak “
6. Pola asuh tanpa hukuman Non-positif parenting
Mengasuh anak bebas dari hukuman adalah mendorong anak dalam suasana yang positif dan penuh dukungan sengan si anak yang
memilih konsekuensi dari tindakan yang telah dilakukan sehingga anak dapat mengambil pelajaran dan berusaha untuk melakukan perubahan di
kemudian hari
24
. Tapi tidak semua pelanggaran yang dilakukan anak asuh dalam panti tidak mendapatkan hukuman.
Hal ini di jelaskan juga oleh Bapak Mujiono yang mengungkapkan :
“ Saya tidak menerapkan pola asuh tanpa hukuman, karena hukuman yang diberikan ketika anak melanggar hanya sebatas
pembinaan mental me reka..”
25
Dari penelitian yang penulis dapatkan bahwa tidak semua
pengasuh menerapkan pola asuh tanpa hukuman karena pengasuh melihat pelanggaran yang dibuat oleh anak asuh pula. Ada yang
23
Wawancara dengan Ibu Siti
24
Hanny Muchtar Darta, Six Pillars of Positive Parenting, h. 109
25
Wawancara dengan Bapak Mujiono