PENUTUP Pola asuh positif pengasuh dan kedisiplinan anak asuh dalam Panti Soaial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah ketidakdisiplinan dewasa ini sedang mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat Indonesia umumnya. Kenyataan yang dapat dilihat saat ini yaitu banyak sekali anak-anak terbawa arus pergaulan yang tidak sesuai dengan norma seperti, merokok, menyalagunakan narkoba, melakukan pergaulan bebas, melanggar tata tertib, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengawasan terhadap kedisiplinan yang terkait dengan sikap dan akhlak. Kedisiplinan dapat diterapakan melalui metodologi pengajaran di lingkup sekolah, keluarga, dan lingkungan. Semua itu akan menjadi acuan yang mendukung anak untuk dapat bersikap dengan lebih baik dan dapat menaklukan tantangan yang berkaitan dengan lingkungan yang tidak baik. Jika rasa keingintahuan ini dapat diarahkan ke hal positif, maka akan timbul masa depan yang baik pada anak. Pola asuh yang dilakukan secara positif sangat mendukung perkembangan anak, tanpa disadari masih banyak orang tuapengasuh yang menerapkan pola asuh yang negatif dalam mengasuh dan mendidik anak-anak hal ini disebabkan adanya persepsi menakut-nakuti, memarahi, mengancam, atau membandingkan anak satu dengan yang lain. Dengan pendekatan pola asuh positif berlandaskan emotional intelligence dan memainkan peran sesuai 2 tahap perkembangn anak akan meletakkan fondasi yang kokoh untuk kebaikan masa depan anak. 1 Lingkup hubungan sosial meliputi orang-orang yang berhubungan dengan anak-anak panti dan taraf sejauh mana hubungan itu diperbolehkan terjalin atau didukung. 2 Dalam hal ini lembaga pelayanan sosial berbasis panti khususnya pola asuh positif pengasuh dan kedisiplinan anak asuh, sangat penting dalam penerapan kedisiplinan pada diri anak asuh WBS. Disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian. Disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib. Disiplin juga menjadi sarana pendidikan. Dalam mendidik disiplin berperan untuk memengaruhi, mendorong, mengendalikan, mengubah, membina, dan membentuk prilaku- prilaku tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan, diajarkan dan diteladankan. Tidak ada hal yang lebih penting dalam manajemen diri dibandingkan dengan kedisiplinan. Selain pentingnya menemukan arah dan tujuan hidup yang jelas, kedisiplinan merupakan syarat mutlak untuk mencapai impian. Menurut Suratman dalam Hidayah 1996:12 sikap disiplin selalu ada kaitannya dengan tiga unsur kepribadian manusia, yaitu jiwa, watak dan perilaku. Berkenaan dengan jiwa maka disiplin itu ditentukan oleh tingkat daya cipta, rasa dan karsa. Dalam tingkat ini disiplin mengandung aspek 1 Hanny Muchtar Darta, Six Pillars of Positive ParentingJakarta:Cicero Publishing,2011,h.26 2 Florence Martin dan Tata Sudrajat, “Seseorang yang Berguna“ Kualitas Pengasuhan di Panti Sosial Asuhan Anak, PT. Panji Grafika Jaya:2007, hal.229 3 manusia memenuhi sesuatu melalui pengendalian ketiga unsur kejiwaan tersebut. Sehingga disiplin diartikan sebagai perbuatan kepatuhan yang dilakukan dengan sadar untuk melaksanakan suatu sistem dengan sikap menghormati, dan taat menjalankan keputusan, perintah atau aturan yang berlaku. 3 Undang-undang perlindungan anak menempatkan tanggung jawab secara sama kepada semua pelaku: Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelennggaraan perlindungan anak. 4 Dan juga dilihat dari UUD 1945 bunyi pasal 34 yang berbunyi : Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara 5 , pasal ini merupakan hak untuk mendapatkan kelayakan hidup bagi jutaan warga miskin dan anak terlantar se-indonesia. Anak memiliki hak asasi yang seharusnya dijamin pemenuhanya oleh negara. Pasal ini sejalan dengan semangat dari konvensi hak anak yang ditetapkan oleh PBB. Akar permasalahan anak terlantar dan anak jalanan adalah ketidakberdayaan orang tua dan kebijakan Negara dan seluruh sektor yang membuat mereka menjadi kelompok tersingkir. Dari data yang di dapat anak terlantar dan anak jalanan dari tahun ke tahun meningkat tajam, data terakhir menunjukan anak terlantar mencapai 5,4 juta orang, anak hampir terlantar mencapai 12 juta orang atau ada 17 juta anak terlantar dan hampir terlantar. Dari jumlah tersebut, 230 ribu diantaranya menjadi anak jalanan yang tersebar di kota besar di Indonesia. Tercatat 95 persen berasal dari keluarga miskin, 3 http:starawaji.wordpress.com20090419pengertian-kedisiplinan 4 UUD No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 20 25 5 UUD 1945 setelah Amandemen Keempat tahun 2002 Jakarta: Pustaka Setia:2004