Cara Memahami Pelajaran Aspek Teknik-Praktik

sebelumnya menghafal, memahami, dan mencatat yang dilakukan oleh individu penuntut ilmu. Pada ketiga metode ini individu penuntut ilmu diharuskan adanya pola interaksi kepada orang lain, atau lawan bicara. Sebagaimana manfaat yang diutarakan oleh al-Zarnuji jika mempraktikkan metode-metode tersebut: ةدئافو ةحراطما ةرظا ماو ىوقأ نم ةدئاف در راركتلا نأ هيف اراركت ةدايزو . ليقو : ةحراطم ،ةعاس رخ نم راركت رهش . نكل اذإ ناك عم فص م ميلس ةعيبطلا . كايإو ةركاذماو عم ت عتم رغ ميقتسم ،عبطلا نإف ةعيبطلا ،ةيرستم قاخأاو ،ةيدعتم ةرواجاو ةرثؤم . “Faedah mutharahah dan mudzakarah itu jelas lebih besar daripada sekedar mengulang pelajaran sendirian, sebab disamping berarti mengulang pelajaran, juga menambah pengetahuan yang baru. Dan dikatakan : “Sesaat mutharahah dilakukan, lebih bagus mengulang pelajaran sebulan. “Sudah tentu harus dilakukan dengan orang yang insaf dan bertabiat jujur. Awas jangan mudzakarah dengan orang yang sekedar mencari menang dalam pembicaraan semata, lagi pula bertabiat tidak jujur. Sebab tabiat itu suka merampas, akhlak mudah menja lar sedang perkumpulan pengaruhnya besar”. Dengan melakukan metode tersebut akan menimbulkan konstruksi pengetahuan-pengetahuan baru yang akan didapat, dimana pengetahuan- pengetahuan tersebut tidak akan didapat apabila belajar sendirian. Boleh dikatakan, karena setiap peserta didik akan memiliki pemahaman yang berbeda dengan peserta didik lainnya. Dengan begitu, pemahaman antara peserta didik dengan peserta didik lain akan semakin memperkaya pengetahuan dan pemahaman dari pelajaran yang telah diberikan. Adapun Penjelasan ketiga metode tersebut adalah sebagai berikut: Mudzakarah berasal dari kata dzakara yang berarti mengingat-ingat. 108 Jadi dalam metode mudzakarah ini adalah sebuah kegiatan untuk peserta didik saling 108 Atabik Ali dan Muhammad Zuhdi Muhdor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Krapyak, Multi Karya Grafika, 1998, Cet. ke-9, h. 933. bertukar pikiran dan tanya jawab kepada sesama peserta didik untuk memberikan ingatan kembali terhadap meteri pelajaran yang telah diberikan. Menurut penulis, Metode ini bisa dikatakan metode soal-jawab sesama pelajar, atau bisa juga dikatakan tukar pendapat untuk saling melengkapi dan mengingat-ingat pengetahuan masing-masing. Hal ini perlu untuk dilakukan untuk memberikan ingatan tehadap pelajaran-pelajaran sebelumnya. Munazharah, berasal dari kata nazhara yang berarti pandangan, merenungkan, memikirkan kembali secara mendalam. 109 Metode ini bisa disebut dengan metode diskusi baik kelompok maupun perorangan dengan saling memberi pandangan kemudian mengkritisi pendapat masing-masing. Mutharahah, diambil dari kata tarahum yang menurut bahasa berarti melontarkan. Atau bisa juga diartikan dengan mencecar atau mengintograsi dengan pertanyaan, mengajukan pertanyaan, mengajukan persoalan untuk dikaji. 110 Metode ini dapat dikatan juga sebagai metode diskusi dimana anggota yang satu dapat mengkritik, bertanya, mengintograsi anggota yang lain. Atau bisa dikatakan juga sebagai metode adu pendapat untuk diuji mana pendapat yang benar. Ketiga metode yang diutarakan al-Zarnuji tersebut sangat sesuai dengan pola pendidikan pada masa kontemporer. Dilihat dari aspek psikologis, metode ini sesuai dengan teori konstruktivisme yang sedang banyak dipraktikkan sekarang ini. Teori belajar konstruktivisme adalah teori belajar baru dalam psikologi pendidikan. Konstruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran yang dilandasi premis bahwa dengan merefleksikan pengalaman dapat membangun dan mengkonstruksi pengetahuan serta pemahaman tempat individu hidup. 111 Menurut Slavin sebagaimana yang dikutip oleh Trianto mengatakan “Teori konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentrasformasikan 109 Kaserun A.S. Rahman, Kamus Modern Indonesia-Arab Al-Kamal, Surabaya: Pustaka Progressif, 2010, Cet. ke-1, h. 364. 110 Kaserun A.S. Rahman, Kamus Modern Indonesia-Arab Al-Kamal, Surabaya: Pustaka Progressif, 2010, .... h. 534. 111 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 105. informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila a turan itu sudah tidak sesuai lagi”. 112 Salah satu ahli pendidikan yang mengembangkan konstruktivisme adalah Piaget yang sebelumnya merumuskan teori kognitivisme. Teori Piaget berlandaskan gagasan bahwa perkembangan anak bermakna membangun struktur kognitifnya dengan istilah skema. Skema pada teori ini adalah seluruh pengetahuan diorganisasikan menjadi unit-unit atau skema yang kemudian disimpan sebagai infromasi. Sehingga, skema dapat dimaknai sebagai suatu deskripsi umum atau suatu sistem konseptual untuk memahami pengetahuan tentang bagaimana pengetahuan itu dinyatakan atau diterapkan. 113 Jadi, dalam teori Piaget masih menekankan pada aspek kognitif yang dimiliki individu dengan mengkonstruksi sebuah skema pengetahuan. Teori Piaget ini masih mendasarkan pada perkembangan kognitif karena teori kognitif yang dikemukakan oleh Piaget masih berkesinambungan dengan teori kostruktivisme. Dalam teori konstruktivisme pengetahuan tidak dapat begitu saja ditransfer dari pikiran guru kepada pikiran peserta didik. Artinya peserta didik harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kemampuan kognitif yang dimilikinya. 114 Berdasarkan pernyataan tersebut, teori konstruktivisme merupakan pengembangan dari teori-teori psikologi pendidikan sebelumnya, diantaranya adalah psikologi daya ingat dan kognitif. Kemudian, bila dikaitkan dengan kondisi pendidikan kontemporer, ketiga metode tersebut diatas merupakan praktik diskusi ilmiah yang dianjurkan oleh al- Zarnuji bagi penuntut ilmu yang sedang melakukan kegiatan belajar. Menurut Aly As’ad metode-metode ini merupakan tiga kompetensi dalam praktik diskusi. Mudzakarah adalah tukar pendapat untuk saling melengkapi, munazharah adalah saling mengkritisi pendapat masing-masing, dan mutharahah adalah adu pendapat 112 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, Cet.ke-2, h. 74. 113 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 105. 114 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 108.