Metode Belajar Aspek Teknik-Praktik

Menurut penulis, Pengulangan-pengulangan semacam ini tidak akan terjadi kecuali dengan pembiasaan yang dilakukan peserta didik. Oleh karena itu pembiasaan mengulangi pelajaran harus menjadi perilaku atau tingkah laku peserta didik sehari-hari. Dalam kegiatan pengulangan pelajaran berkaitan dengan sebuah teori psikologi yang disebut teori behavioristik. Aliran ini disebut dengan behaviorisme karena sangat menekankan kepada perlunya perilaku behavior yang dapat diamati atau diukur. 98 Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang memandang individu lebih kepada fonomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek- aspek mental seperti kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam kegiatan belajar. Lebih spesifik penekanan prinsip pengulangan terdapat pada teori psikologi asosiasi atau koneksionisme dan conditioning yang merupakan rumpun dari behavioristik. Menurut koneksionisme belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons yang baik. Sedangkan menurut conditioning yang merupakan pengembangan dari koneksionisme, belajar adalah selain pembentukan hubungan stimulus dan respons tetapi juga stimulus tersebut perlu dikondisikan. 99 Ketiga teori tersebut psikologi daya, koneksionisme, dan conditioning menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Yang pertama untuk melatih daya-daya jiwa, sedangkan yang kedua dan ketiga pengulangan untuk membentuk respons yang benar dan membentuk kebiasaan-kebiasaan. Dengan demikian terdapat kesesuaian cara pengulangan pelajaran pada metode al-Zarnuji dengan teori psikologi daya dan behavioris. Proses pengulangan merupakan pelatihan untuk mengembangkan daya dan potensi peserta didik. Selain itu, pengulangan pelajaran juga dalam rangka untuk merespons pelajaran dengan kebiasaan yang terbentuk pada dirinya. 98 R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, .... h. 15. 99 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 47.

b. Cara Memahami Pelajaran

Al-Zarnuji menganjurkan kepada para penuntut ilmu agar membuat ta’liq pelajaran, artinya catatan sendiri. Akan tetapi sebelum mencatat sebaiknya pelajaran dipahami terlebih dahulu dan diulangi beberapa kali. Karena bila mencatat sesuatu yang belum dipahami akan membuat bosan, menghilangkan kecerdasan, dan menyia-nyiakan waktu. Oleh karena itu, peserta didik harus bersungguh-sungguh dalam memahami materi pelajaran lalu kemudian membuat catatan sendiri. 100 Keterangan al- Zarnuji dalam Ta’limnya sebagai berikut: ىغب يو نأ دهت ى مهفلا نع ذاتسأا لمأتلاب ركفتلابو ةرثكو ،راركتلا هنإف اذإ لق قبسلا ةرثكو راركتلا لمأتلاو كردي مهفيو . ليق : ظفح ،نفرح رخ نم عام ،نيرقو مهفو نفرح رخ نم ظفح نيرطس . اذإو نواه ى مهفلا مو دهت ةرم وأ نترم داتعي كلذ اف مهفي ماكلا رسيلا . 101 “Pelajar hendaknya mencurahkan kemampuannya dalam memahami pelajaran dari sang guru, atau boleh juga dengan cara diangan-angan sendiri, difikir-fikir dan sering diulang-ulang sendiri. Karena bila pelajaran yang baru itu hanya sedikit dan sering diulang-ulang sendiri, akhirnya pun dapat dimengerti. Orang berkata : “Hafal dua huruf lebih bagus daripada mendengarkan saja dua batas pelajaran. Dan memahami dua huruf lebih baik daripada menghapal dua batas pelajaran. Apabila seseorang telah pernah satu atau dua kali mengabaikan dan tidak mau berusaha, maka menjadi terbisakan, dan menjadi tidak bisa memahami kalimat yang tidak panjang sekalipun”. Dalam memahami sebuah materi pelajaran al-Zarnuji membolehkan dengan cara pendampingan oleh guru, dan juga boleh dengan cara sendiri sesuai dengan apa yang menurut peserta didik mampu. Misalnya, menurut al-Zarnuji, pemahaman dapat dilakukan sendirian dengan berpikir mandiri. Namun sebelum 100 Aly As’ad, Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan Terjemah Ta’lim al- Muta’allim, .... h. 77. 101 Aly As’ad, Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan Terjemah Ta’lim al- Muta’allim, .... h. 78.