Kualitas dan Kuantitas Pelajaran

menanggap, mengkhayal, berpikir, merasakan, menilai dan berbuat. Daya-daya tersebut dapat dikembangkan melalui latihan-latihan dalam bentuk pengulangan. 89 Dengan demikian, dalam penentuan kualitas dan kuantitas pelelajaran terdapat relevansi dengan psikologi daya. Relevansi tersebut bisa dilihat pada penentuan kualitas pelajaran yang mempertimbangkan daya ingat peserta didik, dan pada penentuan kuantitas pelajaran yang bisa dilakukan pengulangan dengan mudah untuk melatih dan mengembangkan daya ingat peserta didik.

c. Metode Belajar

Metode merupakan salah satu aspek penting dalam tercapainya hasil belajar. Secara literal, menurut Syamsul Nizar metode berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari dua suku kata meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan. 90 Jadi, metode adalah sebuah jalan yang dilalui. Lebih lanjut Nizar mengemukakan bahwa metode pendidikan adalah teknik atau cara yang digunakan peserta didik untuk menguasai materi tertentu dalam proses mencari ilmu. 91 Menurut Abuddin Nata, “Metode dapat diartikan sebagai cara-cara atau langkah-langkah yang digunakan dalam menyampaikan suatu gagasan, pemikiran atau wawasan yang disusun secara sistematik dan terencana serta didasarkan pada teori, konsep dan prinsip tertentu yang terdapat dalam berbagai disiplin ilmu terkait, terutama ilmu psikologi, manajemen dan sosiologi”. 92 Bagi guru metode digunakan untuk menyampaikan materi atau bahan ajar, sedangkan bagi peserta didik metode digunakan untuk belajar atau memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru. Metode menjadi faktor penting dalam menunjang proses pembelajaran agar hasil dan tujuan dari sebuah proses belajar menjadi optimal dan efektif. Oleh karena itu, metode mempunyai kedudukan penting dalam upaya pencapaian tujuan belajar, karena metode merupakan sarana 89 R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010, Cet.ke-3, h. 13 90 Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005, h. 65 91 Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, .... h. 66 92 Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran,Jakarta: Kencana Pranada Media Group, Cet.ke-1, h. 176. untuk menyampaikan materi pelajaran bagi pendidik, dan sarana untuk melakukan kegiatan belajar bagi peserta didik. Kitab Ta’lim al-Muta’allim karya al-Zarnuji memang di dalamnya berisi tentang konsep pendidikan terutama dalam hal pembelajaran. Termasuk dalam kitab tersebut, al-Zarnuji menyampaikan beberapa cara atau metode belajar yang perlu dilakukan oleh para penuntut ilmu. Ini menunjukkan bahwa kitab Ta’lim al- Zarnuji memuat konsep pendidikan yang holistik dan komprehensif. Berikut adalah beberapa metode atau cara belajar yang terdapat dalam kitab Ta’lim al- Zarnuji.

a. Metode Menghafal

Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan atau diingat kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Peristiwa menghafal merupakan proses mental untuk mencamkan dan menyimpan kesan-kesan, yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat kembali ke alam sadar. 93 Metode belajar yang ditawarkan oleh al-Zarnuji di kitab Ta’limnya adalah metode menghafal. Cara menghafal yang baik menurut al-Zarnuji adalah dengan senantiasa melakukan pengulangan-pengulangan terhadap pelajaran yang telah diberikan. Dengan pengulangan yang dilakukan secara terus menerus, akan memudahkan penuntut ilmu untuk menghafal secara efektif dan efisien. Cara atau metode menghafal yang ditawarkan oleh al-Zarnuji tertuang dalam kitab Ta’lim sebagai berikut: ىغب يو بلاطل ملعلا نأ رركي قبس سمأا سم تارم قبسو مويلا ىذلا لبق سمأا عبرأ تارم قبسلاو ىذلا هلبق ثاث ا ىذلاو هلبق ن ثا ىذلاو هلبق ادحاو اذهف ىعدأ ىإ ظف ا . “Suatu cara yang efisien dan efektif untuk menghafalkan pelajaran yaitu : Pelajaran hari kemarin diulang 5 kali, hari lusa 4 kali, hari kemarin lusa 3 kali, hari sebelum itu 2 kali, dan hari sebelumnyalagi satu kali”. 93 Saiful Djamarah, Psikologi Belajar, .... h. 29 Berdasarkan perkataan al-Zarnuji tersebut, pengulangan bukan hanya untuk pelajaran yang baru saja diberikan. tetapi juga pelajaran-pelajaran sebelumnya juga harus dilakukan pengulangan. Kesimpulannya, pengulangan terhadap satu materi pelajaran dilakukan sebanyak lima belas kali. Urutannya, pertama penuntut ilmu mengulangi sebanyak lima kali, kemudian empat kali, tiga kali, dua kali, dan terakhir satu kali pengulangan. Dengan pengulangan seperti itu, diharapkan pelajaran akan bisa dihafal secara efisien dan efektif. Cara menghafal yang dianjurkan oleh al-Zarnuji tentunya harus diiringi dengan kesungguhan dan ketekunan. Sebagaimana yang diungkapkan sebelumnya dalam etika yang harus dimiliki penuntut ilmu, kesungguhan dan ketekunan sangat diperlukan. Tanpa hal tersebut, penuntut ilmu tidak akan mampu berkonsentrasi untuk mendapatkan ilmu yang disampaikan oleh guru. Hanya dengan kesungguhanlah ilmu bisa didapat atau hafalan akan menjadi lebih sempurna sehingga pemahaman dan penghayatan terhadap suatu materi dapat dilakukan secara komprehensif. Metode yang ditawarkan oleh al-Zarnuji pada pernyataannya di atas mengarah pada penekanan pentingnya menghafal dan mengulang-ulang pelajaran dalam sebuah proses belajar. Hal tersebut juga sesuai dengan tahapan pra-belajar ketika pemilihan kualitas dan kuantitas pelajaran, dimana yang dipertimbangkan adalah kemampuan peserta didik untuk menghafal pelajaran. Apabila ditinjau dari aspek psikologis, tentu metode yang dikemukakan oleh al-Zarnuji ada kaitannya. Dari aspek psikologis, metode ini mengarah pada teori disiplin mental atau psikologi daya. Teori ini menganggap bahwa dalam belajar, mental siswa didisiplinkan atau dilatih. Menurut rumpun psikologi ini individu memiliki kekuatan, kemampuan, atau potensi-potensi tertentu, dan melalui belajarlah semua itu dikembangkan. 94 Teori ini memandang bahwa otak manusia terdiri atas sejumlah daya yang beraneka ragam, dan belajar pada prinsipnya adalah melatih daya-daya tersebut. 95 Teori disiplin mental atau psikologi daya ini menyatakan 94 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran; Teori dan Konsep Dasar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012, cet. ke-3, h. 56. 95 Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, .... h. 22. bahwa individu atau peserta didik memiliki sejumlah daya untuk mengenal, mengingat, menanggapi, mengkhayal, berpikir, merasakan, berbuat dan lain-lain. Oleh karena itu, untuk melatih dan mengembangkan daya-daya tersebut perlu dilakukan pengulangan-pengulangan secara disiplin. Berdasarkan teori tersebut, metode belajar menghafal dan memahami yang dinyatakan al-Zarnuji lebih mengarah pada aspek ingatan. Mengingat merupakan sebuah proses atau kekuatan untuk menyimpan informasi yang sudah diketahui. Atau dalam konteks peserta didik, mengingat adalah proses menyimpan pelajaran yang telah dipelajarinya. Oleh karena itu untuk membantu memudahkannya dalam menyerap pelajaran, harus digunakan beberata strategi. Desmita mengutip penyataan Matlin menyebutkan empat macam strategi memori yang penting, yaitu: rehearsal, organization, imagery dan retrival. a Reherseal pengulangan, meningkatkan memori dengan cara mengulangi berkali-kali informasi setelah informasi tersebut disajikan. b Organization organisasi, seperti pengkategorian dan pengelompokan, merupakan strategi yang sering digunakan oleh orang dewasa. c Imagery perbandingan, tipe dari karakteristik pembayangan dari seseorang. d Retrival pemunculan kembali, proses mengeluarkan atau mengangkat informasi dari tempat penyimpanan. 96 Sebagaimana yang dikemukakan di atas, dalam proses menghafal, memahami, dan mencatat pelajaran perlu adanya pengulangan-pengulangan pelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono “Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan adalah yang dikemukakan oleh para ahli teori psikologi daya. Dengan mangadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Seperti pisau yang selalu diasah akan semakin tajam, maka daya- daya yang dilatih dengan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna ”. 97 96 Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, h. 159- 160. 97 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002, Cet.ke-2, h. 47. Menurut penulis, Pengulangan-pengulangan semacam ini tidak akan terjadi kecuali dengan pembiasaan yang dilakukan peserta didik. Oleh karena itu pembiasaan mengulangi pelajaran harus menjadi perilaku atau tingkah laku peserta didik sehari-hari. Dalam kegiatan pengulangan pelajaran berkaitan dengan sebuah teori psikologi yang disebut teori behavioristik. Aliran ini disebut dengan behaviorisme karena sangat menekankan kepada perlunya perilaku behavior yang dapat diamati atau diukur. 98 Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang memandang individu lebih kepada fonomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek- aspek mental seperti kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam kegiatan belajar. Lebih spesifik penekanan prinsip pengulangan terdapat pada teori psikologi asosiasi atau koneksionisme dan conditioning yang merupakan rumpun dari behavioristik. Menurut koneksionisme belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons yang baik. Sedangkan menurut conditioning yang merupakan pengembangan dari koneksionisme, belajar adalah selain pembentukan hubungan stimulus dan respons tetapi juga stimulus tersebut perlu dikondisikan. 99 Ketiga teori tersebut psikologi daya, koneksionisme, dan conditioning menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Yang pertama untuk melatih daya-daya jiwa, sedangkan yang kedua dan ketiga pengulangan untuk membentuk respons yang benar dan membentuk kebiasaan-kebiasaan. Dengan demikian terdapat kesesuaian cara pengulangan pelajaran pada metode al-Zarnuji dengan teori psikologi daya dan behavioris. Proses pengulangan merupakan pelatihan untuk mengembangkan daya dan potensi peserta didik. Selain itu, pengulangan pelajaran juga dalam rangka untuk merespons pelajaran dengan kebiasaan yang terbentuk pada dirinya. 98 R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, .... h. 15. 99 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 47.