Konsep thariq al-Ta'allum Syaikh al-Zarnuji: studi analisis aspek psikologis peserta didik)

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

OLEH

:

ACHMAD SUSMIYANTO

NIM. 1111011000027

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M / 1437 H


(2)

(Studi Analisis

Aspek Psikologis Peserta

Didik)

Skripsi

Diajukan kepada Fakukas llmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.,

OLEH:

ACHMAD SUSMIYANTO

NrM.

11110110A0027

Menyetujui,

Pembimbing,

Dr.Akhmad

Sodiq.

M.As

NrP.

19710709 199803 1 001

JURI]SAI\ PENDIDIKAI\ AGAMA

ISLAM

FAKULTAS

ILMU TARBIYAII

DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS

ISLAM

NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

20r5M/r437H


(3)

Induk Mahasiswa 1111011000A27, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal2g Oktober 2At5 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Sl (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

lakarta,29 Oktober 2015

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua JurusanlProgram Studi)

Dr. Abdul Maiid Khon. M.Ae

NrP. 19580707 198703 1005

Sekretaris (S ekretaris Jurusan {Pro gram Studi)

Marhamah Saleh. Lc. MA

NIP. 19720313 200801 2 010

Penguji

I

Dr. Sapiudin Shidiq. M.Ag

NIP. 19670328 200003

I

001

Penguji

II

Drs. Ghufron Ihsan" MA

NIP. 19s30509 198103 1 006

Yhr


(4)

Aspek Psikologis Peserta

Didik)

disusun oleh Achmad Susmiyanto, NIM.

1111011000027, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan

pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkaa oleh fakultas.

Jakarta, 26 Oktober 2015 Yang Mengesahkan,

Dosen Pembimbing


(5)

Saya yang bertanda tangan di

Nama

TempaVTgl.Lahir

NIM

Jurusan / Prodi Judul Skripsi

Dosen Pembimbing

bawah ini,

: Achmad Susmiyanto

: lakarta,3O Juni 1993 :1111011000027

: Pendidikan Agama Islam

: Konsep Thariq Al-Ta'allum Syaikh Al-Zarnuji

(Studi Analisis Aspek Psikologis Peserta Didik) : Dr. H. Akhmad Sodiq, M.Ag

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta,

Oktober 2015 Mahasiswa Ybs.

Achmad Susmiyanto


(6)

Fakultas/Jurusan : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam

Judul : Konsep Thariq Al-Ta’allum Syaikh Al-Zarnuji (Studi Analisis Aspek Psikologis Peserta Didik)

Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Untuk memperoleh ilmu pengetahuan tersebut terdapat proses yang disebut belajar. Karena belajar merupakan sebuah proses, maka didalamnya terdapat beberapa hal yang mendukung agar proses tersebut menuai hasil yang baik. Diantara hal yang mendukung terhasilnya proses belajar adalah metode belajar atau tata cara belajar.

Metode belajar dalam dunia pendidikan kontemporer sangat variatif. Berbagai macam metode belajar diciptakan dalam rangka agar proses belajar dapat berjalan dengan baik dan menuai keberhasilan. Oleh karena itu, dewasa ini metode belajar diciptakan dengan menimbang dan memperhatikan aspek-aspek yang ada pada peserta didik, diantaranya aspek psikologis peserta didik.

Skripsi ini membahas tentang konsep Thariq al-Ta’allum Syaikh al-Zarnuji dalam kitabnya Ta’lim al-Muta’allim. Konsep tata cara belajar yang dikemukakan oleh al-Zarnuji dalam kitabnya tersebut dianalisis terhadap psikologis peserta didik. Tujuannya adalah untuk memaparkan metode atau tata cara belajar dalam kitab Ta’lim karya al-Zarnuji dengan melalui pendekatan psikologis, untuk mengetahui adanya relevansi konsep tata cara belajar al-Zarnuji dengan pembelajaran kontemporer yang variatif saat ini.

Metode yang digunakan dalam pembahasan peneltian ini adalah metode deskriptif yang ditunjang oleh data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan

(library research). Dengan menggunakan penelitian kepustakaan (library

research), dapat menelaah, mengkaji, dan mempelajari berbagai literatur yang erat

kaitannya dengan masalah yang dibahas.

Skripsi ini mengungkapkan bahwa dalam konsep tata cara belajar yang ada dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim karya al-Zarnuji terdapat relevansi psikologis yang meliputi aspek psikologis peserta didik diantaranya perhatian, motivasi, minat dan bakat, intelegensi, sikap, dan ingatan. Selain itu juga ada relevansi dengan teori belajar psikologi daya/mental, behaviorisme, kognitivisme dan konstruktivisme.


(7)

NIM. : 1111011000027

Faculty/Major : Faculty of Tarbiya and Teacher’s Science /

Department of Education of Islamic Religion

Title : Concept Thariq Al-Ta’allum Syaikh Al-Zarnuji

(A Study of Analize About Student Psychology)

Education is one of way to gain knowledge. To gain that knowledge there is a process that called studying. Because studying is process, so there are several things to support so the process will gain a good result. Several things to support studying process is studying method.

Studying method in contemporary education world is very variative. So many studying method that have been create to gain a good result and gain success. That’s why, studying method create with consideration and look at several aspect that in the student, especially psychology of student.

This thesis is explain about Thariq al-Ta’allum Syaikh al-Zarnuji concept

in Ta’lim al-Muta’allim book. A concept that been proposed by al-Zarnuji that in the book analize about student psychology . the purpose is to present studying method in Ta’lim book by al-Zarnuji with psychology approach, to identify is there any relevance between al-Zarnuji concept and contemporary concept.

Method that we use for this research is descriptive with data that could gain from library research. With library research could examine, reviewing, and studying from several literature that have connection with the problem.

This thesis reveal that studying method concept in Ta’lim al-Muta’allim book by al-Zarnuji that have psychology relevance that include student psychology aspect which attention, motivation, interest and talent, intelligence, attitude, and memory. Beside that, there are relevant with mental psychology studying theory, behaviorism, kognitivism, and constructivism.


(8)

i

دّمحم اندّيس ها لوسر ىلع ماّسلا و ةاّصلا و .نيملاعلا بر ه دمحلا

و هتّنس عبت نم و هتباحص و هلا ىلع و ،مّلس و هيلع ها ىّلص ها دبع نبا

هتعامج

ةمايقلا موي ىلإ اذه موي نم ،

.

... دعب امأ

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan petunjuk, bimbingan dan kekuatan lahir batin kepada diri penulis, sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Konsep Thariq Al-Ta’allum Syaikh Al-Zarnuji (Studi Analisis Aspek Psikologis Peserta Didik). Yang bertujuan untuk memenuhi persyaratan lulus pendidikan Perguruan Tinggi sekaligus untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I).

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. yang telah membawa umat manusia dari zaman kebodohan menuju zaman pengetahuan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan, dan bantuan dari semua pihak. Oleh sebab itu, penulis dengan penuh rendah hati dan ikhlas mengcapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A sebagai Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Hj. Marhamah Saleh, Lc. M.A. sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan


(9)

ii

telah memberikan nesehat-nasehatnya dan memberi semangat.

7. Segenap Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Dosen Jurusan PAI/FITK yang telah mengajarkan dan memberikan berbagai ilmu pengetahuan.

8. Kedua Orang Tua penulis tercinta Ayahanda (al-marhum wa al-maghfurlah)

Selamet bin Djaimin dan Ibunda Usniah, yang telah mendidik dan mengasuh penulis dari kecil hingga sekarang dengan penuh kasih sayang dan perhatian serta dengan senang hati membantu penulis baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Adik tersayang Achmad Efriyansyah yang telah menemani hari-hari penulis dirumah. (semoga skripsi ini dapat memotivasi dia).

10.Saudara-Saudara Penulis, Encang-Encing, Enyak, Babeh, Bule, Budhe, Om,

Umi, Bibi, Abang, Aa. Yang telah memberikan motivasi dan semangat

sehingga terselesaikannya skripsi ini.

11.Para Kyai dan Ustadz yang telah mendoakan penulis sehingga bisa menyelesaikan program kuliah di Perguruan Tinggi.

12.Sahabat-Sahabat PAI A 2011, Tim Futsal One Piece. Yang telah menemani penulis selama kuliah.

13.Sahabat-Sahabat GEMMA (Generasi Muda Musholla Al-Amin), yang telah memberikan motivasi, semangat dan menghibur ketika penulis jenuh dengan skripsi ini.

14.Sahabat-Sahabat Santri Pondok Pesantren Al-Falah yang telah mendoakan penulis untuk menyelasaikan skripsi ini.

15.Sahabat-Sahabat Bidik Misi 2011 yang telah memberikan semangat, inspirasi, dan dorongan untuk penulis.

16.Pemerintah Indonesia dan Bagian Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah yang memberikan kesempatan bagi penulis mendapatkan beasiswa Bidik Misi untuk melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi


(10)

iii

atas semua dukungannya semoga Allah membalas semua kebaikan kalian. Seiring dengan ucapan terima kasih, penulis mendoakan agar semua amal dan kebaikan mereka dilipatgandakan dan mendapat keberkahan hidup, rizki dan bahagia dunia akhirat, serta ilmu yang penulis dapatkan dari mereka yang berjasa

mendapatkan keberkahan serta dapat diamalkan. Aamiin yaa rabbal ‘alamiin. Dan apa yang ada serta tertulis dalam penulisan skripsi ini tidak akan lepas dari kelemahan. Wa maa al-kamaal illaa lillaah (tiada kesempurnaan melainkan hanya untuk Allah SWT).Oleh karena itu, penulis memohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam karya ini, juga penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca tulisan ini. Dan saya sebagai penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah proses akhir, tetapi merupakan langkah awal untuk mencapai kesempurnaan. Akhirnya tiada kata lain yang lebih berarti selain sebuah harapan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, 21 Oktober 2015 Penulis,

Achmad Susmiyanto


(11)

iv

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C. Pembatasan Masalah ... D. Perumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ...

1 5 5 6 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

A. Kajian Teori ... 8 1. Konsep Pembelajaran ...

a. Pengertian Konsep Pembelajaran ... b. Hakikat Belajar ... c. Teori – Teori Belajar ... d. Strategi Pembelajaran ... e. Pendekatan Pembelajaran ... f. Model Pembelajaran ... g. Metode Pembelajaran ... 2. Aspek Psikologis ... a. Intelegensi ... b. Perhatian ... c. Minat dan Bakat ... d. Motivasi ... e. Pengamatan ...

8 8 9 11 22 27 32 35 40 40 41 41 41 42


(12)

v

3. Peserta Didik ... 4. Tinjauan Kitab Ta’lim al-Muta’allim ...

a. Riwayat Singkat Pengarang ... b. Latar Belakang Penyusunan Kitab ... c. Kandungan Isi Kitab... d. Tinjauan Tata Cara Belajar Ta’lim al-Muta’allim ...

43 45 45 45 46 47

B. Penelitian yang Relevan ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ... B. Sumber Data ... C. Metode Pengumpulan Data ... D. Teknik Analisis Data ...

52 53 53 54

BAB IV PEMBAHASAN

A. Syaikh al-Zarnuji dan Karya Monumentalnya “Ta’lim al

-Muta’allim” ... B. Konsep Thariq al-Ta’allum al-Zarnuji ... C. Konsep Thariq al-Ta’allum al-Zarnuji dan Relevansi Psikologisnya Terhadap Konsep Pembelajaran Kontemporer ... 1. Aspek Etika ... a. Niat (an-Niyah) yang Tulus ... b. Bersungguh-Sungguh (al-Jidd) ... c. Tawakal ... d. Wara’ ... e. Sikap Penghormatan terhadap Ilmu dan Guru ... f. Bermusyawarah ... 2. Aspek Teknik – Praktik ... a. Pemilihan Bidang Studi (Mata Pelajaran) ... b. Kualitas dan Kuantitas Pelajaran ...

56 62

66 67 68 73 78 79 81 85 87 88 90


(13)

vi

A. Kesimpulan ... B. Implikasi ... C. Saran ...

109 110 111

DAFTAR PUSTAKA ... 112


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kegiatan yang mengandung proses. Salah satu proses yang menentukan keberhasilan pendidikan adalah proses belajar. Dalam kegiatan belajar juga terdapat proses dan perangkat yang mendukung untuk kegiatan pendidikan. Menurut Muhibbin Syah, “Pendidikan dalam pengertian yang agak luas dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan”.1 Dengan demikian guru dan peserta didik harus mempertimbangkan cara atau metode, strategi, media, pendekatan, dan lain sebagainya agar proses pendidikan berhasil dengan baik. Terlebih pada zaman modern seperti sekarang ini yang ditandai kemajuan sains dan teknologi, tentunya mengajar dan belajar juga harus mengikuti perkembangan dan tuntutan zaman tersebut.

Salah satu yang menjadi pertimbangan dalam melakukan kegiatan belajar adalah sebuah metode yang dijadikan pedoman atau sebuah jalan agar seorang peserta didik mendapatkan keberhasilan dalam belajar. Dewasa ini (zaman

modern) banyak sekali cara belajar (pembelajaran kontemporer) dengan berbagai

macam metode yang variatif dengan menimbang dan memperhatikan

1

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekaran Baru, (Bandung: PT Remaja


(15)

aspek yang ada pada peserta didik, diantaranya aspek psikologis peserta didik. Adanya sebuah cabang dari ilmu psikologi yaitu psikologi belajar, menunjukkan bahwa dalam tata cara belajar harus mempertimbangkan aspek psikologis. Abuddin Nata mengungkapkan “Psikologi belajar merupakan suatu studi tentang bagaimana seharusnya seorang individu belajar, yang secara sederhana dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman”.2 Selain itu, Syaiful Bahri Djamarah memberikan pengertian psikologi belajar

adalah “Sebuah disiplin psikologi yang berisi teori-teori psikologi mengenai

belajar, terutama mengupas bagaimana cara individu belajar atau melakukan

pembelajaran”.3

Psikologi memiliki peran penting dalam kegiatan belajar. sebagaimana dengan pernyataan Hasan Langgulung yang mengatakan bahwa:

Kajian-kajian dalam psikologi, terutama dalam bidang proses belajar, menunjukkan bahwa memindahkan pengetahuan apalagi nilai-nilai, dari seseorang kepada orang lain, apalagi dari satu generasi ke generasi berikutnya, tidaklah sesederhana itu. Dalam proses belajar, pelajar tidak sekedar menerima dalam keadaan pasif, tetapi aktif dan dinamis. Oleh karena itu, dalam pemindahan nilai-nilai ilmu dan keterampilan inilah psikologi memegang peranan yang sangat penting.4

Berdasarkan pernyataan tersebut, psikologi memegang peranan penting serta menjadi pertimbangan dalam kegiatan pembelajaran.

Namun, Metode pembelajaran kontemporer pada saat ini kelihatannya

lebih banyak mengadopsi atau merupakan temuan “Barat”. Padahal menurut

Shamsavary yang dikutip oleh J. Mark Halstead, “Western readers may be

surprised at how little has been written over the years on Islamic philosophy of education. After all, Islam has had a rich tradition of education going back some 1300 years”.5

(Pembaca Barat mungkin akan terkejut betapa sedikit yang telah ditulis selama bertahun-tahun tentang filsafat pendidikan Islam. Padahal, Islam memiliki tradisi kaya pendidikan sejak 1300 tahun lalu). Ini menunjukan bahwa

2

Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2009), h. 171.

3

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011), Cet. ke-3,

h. 3.

4

Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1988),

Cet. ke-2, h. 60.

5

J. Mark Halstead, An Islamic Concept of Education, Taylor & Francis Group, 40, 2004,


(16)

13 (tiga belas) abad yang lalu Islam sudah memiliki kekayaan mengenai tradisi pendidikan. Seharusnya mereka yang dari Baratlah yang merasa tertarik untuk mengikuti tradisi pendidikan Islam.

Tetapi sebaliknya, pada zaman sekarang diasumsikan bahwa kalau tidak mengikuti gaya Barat, belum bisa disebut modern. Padahal banyak ilmuan Islam yang mengeluarkan konsep-konsep tentang pendidikan diataranya konsep cara belajar. Bahkan, seharusnya konsep pendidikan yang ditemukan oleh para ilmuan Islamlah yang mesti diikuti dan dipedomani. Karena bisa jadi mereka semua lebih mumpuni dalam pembuatan konsep pendidikan ketimbang Barat. Misalnya Syaikh al-Zarnuji dalam kitabnya yang monumental karena sampai saat ini kitab tersebut masih dipakai dan dijadikan pedoman dalam pendidikan yaitu kitab

“Ta’lim al-Muta’allim Thariq al-Ta’allum”.

Kitab al-Zarnuji tersebut sudah diterjemahkan oleh orang Barat dengan alasan kitabnya tidak terlalu tebal dan isinya hanya masalah pendidikan.6 Dua karya besar ahli pendidikan Islam pada abad pertengahan yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris adalah Burhan al-Din al-Zarnuji dengan

judul “Instruction of Student: The Methode of Learning”. Kemudian Ibnu Jama’a

dengan judul “The Memoir of The Listener and The Speaker in The Training of

Teacher and Student”.7

Dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim terkandung tata cara belajar yang merupakan pedoman bagaimana agar seorang yang menuntut ilmu atau pelajar dalam hal ini peserta didik mendapatkan ilmu dengan mudah. Metode atau cara belajar menurut kitab ini merupakan satu hal yang sangat penting untuk dilakukan, karena keberhasilan mencari ilmu itu salah satunya tergantung pada bagaimana cara belajar. Hanya saja menurut Aly As’ad, “Kitab Ta’lim al -Muta’allim sangat populer di setiap Pondok Pesantren, seakan menjadi buku wajib bagi setiap santri. Sedang di madrasah luar pesantren atau di sekolah umum,

6G.E. Von Grunebaum dan Theodora E. Abel, Ta’lim al

-Muta’allim Tariq al-Ta’allum,

Cambridge University Press,12, 1948, p. 429.

7

Sebastian Gunther, Be A Masters in That You Teach and Continue Learn: Medieval


(17)

kitab ini tidak diajarkan dan baru sebagian kecil yang mengenalnya sejak buku tersebut dialih bahasanya ke bahasa Indonesia”.8

Dalam kitabnya Ta’lim al-Muta’allim al-Zarnuji mengungkapkan bahwa banyak para penuntut ilmu yang sudah bersungguh-sungguh dalam menuntut sebuah ilmu, tetapi tidak menghasilkan apa-apa. Ini terjadi karena mereka tidak mengetahui metode yang tepat untuk mendapatkan ilmu yang dituntutnya. Oleh karena itu, jika mereka mempunyai metode atau cara yang tepat tentu mereka akan mendapatkan ilmu dengan berbagai kemudahan.9 al-Zarnuji dalam kitab Ta’limnya mengungkapkan cara-cara bagaimana seharusnya seorang siswa belajar untuk meraih ilmu dengan mudah. Ini bisa digunakan dan dipedomani peserta didik dalam belajar.

Berkaitan dengan strategi dan metode belajar yang pada zaman modern ini sangat variatif dan mempertimbangkan serta meninjau dari berbagai aspek peserta didik seperti aspek psikologis peserta didik, tidaklah karya Syaikh al-Zarnuji dianggap sudah usang dan ketinggalan zaman, atau sudah tidak pantas lagi dalam hal dijadikan pedoman dalam belajar. Tetapi, dengan adanya perkembangan yang lebih maju, Ta’lim al-Muta’allim karya Syaikh al-Zarnuji tetap menarik untuk dianalisis bahkan dikritisi, atau dijadikan sebagai pembanding terhadap metode dan cara belajar yang berkembang sekarang ini. Menurut Aly As’ad salah seorang yang menerjemahkan kitab Ta’lim al-Muta’allim, dalam pendahuluannya beliau mengatakan bahwa “Al-Zarnuji tampak mencoba merumuskan metode belajar yang komprehensif holistik; yaitu metode dengan perspektif teknis dan moral bahkan spritual sebagai paradigmanya”.10 Berdasarkan metode belajar yang komprehensif dan holistik tersebut, Syaikh al-Zarnuji dalam hal cara belajar berdasarkan konsep yang dibuatnya tentu mempertimbangkan berbagai aspek. Namun, aspek-aspek tersebut tidak diungkapkan oleh al-Zarnuji.

8 Aly As’ad,

Bimbingan bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan (Terjemah Ta’limul

Muta’allim), (Kudus: Menara Kudus, 2007), (dalam pendahuluannya).

9

Al-Zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’llim, (Semarang: Maktabah al-Alawiyah, tt), h. 2.

10 Aly As’ad,

Bimbingan bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan (Terjemah Ta’limul


(18)

Oleh karena itu, penulis berkeinginan menggali konsep yang dikemukakan oleh Syaikh al-Zarnuji dalam kitabnya Ta’lim al-Muta’allim Thariq al-Ta’allum dalam metode atau cara belajar yang harus dilakukan peserta didik dengan menganalisa cara belajar dalam kitab tersebut dari aspek psikologis. Selanjutnya

akan ditulis lengkap dengan judul “KONSEP THARIQ AL-TA’ALLUM

SYAIKH AL-ZARNUJI (STUDI ANALISIS ASPEK PSIKOLOGIS PESERTA DIDIK).

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis

mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya perhatian terhadap konsep cara belajar oleh ulama terdahulu seperti Syaikh al-Zarnuji dengan karyanya Ta’lim al-Muta’allim.

2. Banyaknya berbagai macam metode atau cara-cara belajar pada zaman modern ini yang mempertimbangkan berbagai aspek, diantaranya aspek psikologis.

3. Metode belajar yang dikembangkan lebih banyak mengacu pada produk

temuan “Barat” dengan bermacam-macam variasinya dan pertimbangan

berbagai aspek. Sehingga kurangnya perhatian terhadap ilmuan Muslim dalam bidang pendidikan. Ini mengakibatkan temuan atau produk ilmuan Islam dianggap sudah usang dan tidak sesuai dengan kemajuan zaman.

C.

Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan ini, maka penulis membatasi permasalahan pada kitab Ta’lim al-Muta’allim karangan Syaikh al-Zarnuji yang memuat tentang adab dan etika siswa dalam menuntut ilmu hanya pada konsep tata cara belajar. Konsep tata belajar ini yang nantinya akan dianalisis pada aspek psikologis dengan kajian dan pendekatan psikologis.


(19)

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tata cara belajar yang terdapat dalam kitab Ta’lim al -Muta’allim karya Syaikh al-Zarnuji ditinjau dari aspek psikologis? 2. Adakah relevansi psikologis cara belajar yang didesain oleh Syaikh

al-Zarnuji dengan aspek psikologis peserta didik berdasarkan pembelajaran kontemporer?

E.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Mendeskripsikan bagaimana tata cara belajar yang dikonsep oleh al-Zarnuji dalam kitabnya Ta’lim al-Muta’allim bila dianalisis pada aspek psikologis.

b. Menemukan relevansi tata cara belajar yang didesain oleh Syaikh

al-Zarnuji dengan aspek psikologis berdasarkan pembelajaran

kontemporer.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Penulis

1) Mengetahui bagaimana tata cara belajar yang didesain Syaikh al-Zarnuji bila dianalisis dari segi aspek psikologis.

2) Mengetahui apakah kitab Ta’lim al-Muta’allim masih relevan dan masih patut dijadikan pedoman bagi sebuah lembaga pendidikan.

b. Bagi Dunia Pendidikan

1) Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan bagi peserta didik dalam kegiatan belajar.

2) Hasil penelitian ini diharapkan bisa merancang sebuah metode dan strategi belajar baru yang terinspirasi dari konsep belajar pada kitab Ta’lim al-Muta’allim karya al-Zarnuji.


(20)

3) Diharapkan pula penelitian ini berguna untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan.

3. Bagi Masyarakat

1) Memberitahukan bahwa ulama Islam sudah mempunyai

pemikiran tentang konsep pendidikan sejak 13 abad yang lalu. 2) Agar masyarakat bisa memberikan apresiasi kepada ulama Islam


(21)

8

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

1.

Kajian Teoritis

1. Konsep Pembelajaran

a. Pengertian Konsep Pembelajaran

Kata konsep menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah rancangan yang ditulis yang sifatnya sebagai gambaran awal.1 Sedangkan pembelajaran adalah sebuah usaha memengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri.2 Dengan demikian pembelajaran dapat dibedakan dengan mengajar. Dilihat dari pelakunya, pembelajaran biasanya lebih menekankan pada aktivitas peserta didik, sedangkan mengajar lebih menekankan pada aktivitas guru.

Berdasarkan pengertian dari setiap kata diatas, maka konsep pembelajaran adalah sebuah rancangan atau langkah-langkah yang sengaja dibuat sebagai gambaran awal untuk mendukung terjadinya proses belajar dalam diri peserta didik. Sebagai rancangan atau langkah awal supaya terjadinya proses belajar, tentu yang perlu ditekankan adalah usaha-usaha terencana yang berkaitan dengan proses belajar tersebut seperti teori belajar, pendekatan belajar, strategi belajar, model belajar, dan metode belajar.

1

Eka Yani Arfina, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Tiga Dua, tt), h. 206.

2

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana


(22)

b. Hakikat Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh semua orang tanpa mengenal tempat dan batas usia, dan untuk selamanya sejak kita lahir hingga akhir hayat. Masyarakat awam mengartikan belajar hanya sebagai kegiatan yang dilakukan di sekolah saja, atau kegiatan yang berkenaan dengan sekolah, padahal belajar itu bukan hanya di sekolah melainkan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk mendapatkan hal yang baru yang sebelumnya belum mereka ketahui dan untuk merubah perilakunya.

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa.3 Pengertian belajar banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi dan pendidikan sesuai dengan bidangnya. Menurut rumusan James O. Whitaker belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman.4 Disisi lain, Muhibbin Syah mengutip Hintzman dalam bukunya yang berjudul The Psychology of Learning and Memory mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme disebabkan oleh pengalaman yang dapat memengaruhi tingkah laku organisme tersebut.5 Ahli psikologi lainnya yang mengemukakan definisi belajar adalah Reber dalam Dictionary of Psychology yang membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah memperoleh proses pengetahuan. Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil praktik yang diperkuat.6 Dari rumusan Reber ini, ada empat istilah yang essensial dalam

3

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2010), Cet. ke-16, h. 87.

4

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. ke-3, h.

12

5

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, .... h. 88.

6


(23)

memahami proses belajar, yaitu; menetap/langgeng, bereaksi, penguatan, dan praktik atau latihan.

Jadi, belajar adalah aktivitas atau kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku melalui latihan dan pengalaman yang bersifat permanen, belajar juga dapat dilakukan dengan cara mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.

Belajar selalu berkaitan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah mengarah pada hal yang lebih baik atau sebaliknya, direncanakan atau tidak. Perubahan ini bisa berupa pengetahuan, sikap atau afeksi, maupun keterampilan. Unsur lain yang terkait dengan belajar adalah pengalaman yang merupakan hasil dari interaksi individu dengan lingkungannya.7

Oleh karena itu, apabila belajar dikatakan sebagai sebuah proses memperoleh ilmu pengetahuan sehingga menghasilkan perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, maka untuk mencapai hasil yang baik, proses belajar dapat disusun menjadi sebuah rangkaian sistematis yang mengantarkan individu yang sedang belajar ke arah tujuan hasil belajar. Dengan demikian perlu adanya metode yang digunakan dalam belajar, meliputi tata cara belajar yang dijadikan pedoman peserta didik. Tata cara

belajar yang dikonsep sedemikian rupa tentunya juga harus

mempertimbangkan aspek-aspek peserta didik yang menjadi faktor penentu hasil belajar peserta didik tersebut.

Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Faktor internal, meliputi keadaan jasmani (fisik) dan rohani (psikis).

b. Faktor eksternal, yakni kondisi lingkungan sekitar peserta didik. c. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang

meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan belajar.8

Faktor-faktor tersebut tentunya saling berkaitan. Sehingga apabila peserta didik ingin mendapatkan hasil belajar yang baik, maka harus memerhatikan faktor-faktor tersebut.

7

Fadhilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN

Jakarta Pers, 2005), Cet. ke-1, h. 62.

8


(24)

Selain faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar, cara-cara belajar juga merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dan dipertimbangkan karena termasuk penunjang dalam rangka mencapai keberhasilan belajar. Cara-cara belajar dalam hal ini bisa saja tergantung atau didasarkan dari gaya belajar yang tepat dimana dengan gaya tersebut peserta didik menjadi nyaman, fokus, memunculkan minat dan perhatian untuk belajar. Gaya belajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu; visual, auditori, dan kinestetik.

c. Teori-Teori Belajar

Secara pragmastis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.9 Dikarenakan penjelasan dari sebuah fakta dan penemuan, maka teori belajar sangat beragam dan beraneka macam tergantung hasil eksperimen yang telah dihasilkan. Selain itu, teori belajar tentunya akan mewarnai proses pembelajaran yang berlangsung.

Berikut adalah beberapa teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan yang melandaskan teorinya pada psikologi:

1) Teori Disiplin Mental

Teori ini menganggap bahwa dalam belajar, mental siswa didisiplinkan atau dilatih. Menurut rumpun psikologi ini individu memiliki kekuatan, kemampuan, atau potensi-potensi tertentu, dan melalui belajarlah semua itu dikembangkan.10 Teori ini memandang bahwa otak manusia terdiri atas sejumlah daya yang beraneka ragam, dan belajar pada prinsipnya adalah melatih daya-daya tersebut.11 Oleh karena itu menurut Oemar Hamalik, untuk melatih daya-daya yang dimilki manusia tersebut harus

9

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, .... h. 102.

10

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran; Teori dan Konsep Dasar,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. ke-3, h. 56.

11

Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung


(25)

disediakan berbagai mata pelajaran yang berperan dalam mengembangkan dan melatih daya-daya secara efisien dan ekonomis.12

Teori disiplin mental atau psikologi daya ini menyatakan bahwa individu atau peserta didik memiliki sejumlah daya untuk mengenal, mengingat, menanggapi, mengkhayal, berpikir, merasakan, berbuat dan lain-lain. Oleh karena itu, untuk melatih dan mengembangkan daya-daya tersebut perlu dilakukan pengulangan-pengulangan secara disiplin. Misalnya, latihan mengamati benda, gambar, mendengarkan bunyi suara, mengingat kata, arti kata, dan lain-lain. Disiplin pada teori ini dalam rangka menjadikan belajar adalah kebiasaan yang dilakukan secara teratur dan terorganisir.

2) Behaviorisme

Behaviorisme disebut juga psikologi tingkah laku. Para ahli behaviorisme berpendapat bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Pada teori ini, dalam belajar yang penting adalah adanya input berupa stimulus dan output berupa respon.13 Para ahli yang mengembangkan teori ini adalah Thorndike, Ivan Pavlov, B.F. Skinner, J.B. Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Albert Bandura.

Aliran ini disebut dengan behaviorisme karena sangat menekankan kepada perlunya perilaku (behavior) yang dapat diamati atau diukur.14 Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang memandang individu lebih kepada fonomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental seperti kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam kegiatan belajar.

Bebepara teori behaviorisme yang dikemukakan oleh para ahli yang mengembangkannya adalah sebagai berikut:

12

Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2011), Cet.ke-4, h. 107.

13

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 56.

14

R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,


(26)

a) Connectionism (S-R Bond) menurut Thorndike

Koneksionisme merupakan teori yang paling awal dari rumpun behaviorisme. Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak lain merupakan hubungan antara stimulus (perangsang) dan respon (jawaban, tanggapan, reaksi).15 Jadi belajar dalam teori ini adalah penguasaan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya. Pembentukan hubungan stimulus dan respon tersebut dilakukan melalui pengulangan-pengulangan, dengan prinsip trial and error.

Teori Connectionism Thorndike ini mengemukakan tiga hukum berkaitan dengan proses belajar, yaitu:

(1) Law of Effect (Hukum Efek), berarti belajar akan lebih

bersemangat apabila mengetahui akan mendapat hasil yang baik.

(2) Law of Readiness (Hukum Kesiapan), berarti belajar akan

berhasil bila individu memiliki kesiapan untuk melakukannya.

(3) Law of Exercise (Hukum Latihan), berarti belajar akan berhasil

apabila banyak latihan atau ulangan-ulangan.16

Dapat disimpulkan bahwa dalam teori ini apabila ingin mendapatkan keberhasilan dalam belajar adalah mengetahui tujuan, memiliki kesiapan, dan senantiasa untuk terus berlatih dan terus mencoba.

b) Classical Conditioning oleh Ivan Pavlov

Teori ini ditemukan oleh Ivan Pavlov dan merupakan pengembangan dari teori connectionism yang dikemukakan oleh Thorndike. Teori ini lebih menekankan pada kondisi respon apabila ada rangsangan atau stimulus. Pada teori ini, belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu perilaku atau respon terhadap sesuatu. Jadi kebiasaan-kebiasaan peserta didik seperti belajar, mandi, istirahat atau kegiatan lainnya merupakan hasil dari pengondisian perilaku atau kegiatan yang dilakukan.

Teori Pavlov memiliki hukum belajar sebagai berikut:

(1) Hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara serentak, maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.

(2) Hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.17

15

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 60.

16


(27)

c) Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie

Pada teori ini Guthrie mengeluarkan sebuah hukum belajar dari hasil penyelidikannya yang disebut Law of Contiguity atau hukum gabungan. Berdasarkan hukum ini, gabungan stimulus-stimulus yang disertai dengan gerakan, pada waktu timbul kembali akan cenderung diikuti gerakan yang sama.18 Jadi, belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan pada saat yang sama tidak ada respon lain yang terjadi. Penguatan hanya sekedar untuk melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon baru.

d) Teori Belajar Menurut Clark Hull

Hull berpendapat pada teori ini bahwa semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu, kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat

berwujud bermacam-macam.19

e) Operant Conditioning Menurut B.F. Skinner

Kata operant berasal dari bahasa Inggris yang dapat diartikan sebagai sejumlah perilaku atau respon yang membawa efek terhadap lingkungan yang dekat. Sedangkan kata conditioning dapat diartikan sebagai sebuah keadaan yang berkaitan dengan waktu dan tempat.20 Dengan demikian, operant conditioning dapat diartikan sebagai keadaan atau lingkungan yang dapat memberikan efek kepada orang yang berada di sekitarnya. Teori ini disebut juga teori psikologi penguatan.21

Teori ini berkaitan dengan pengkondisian yang dilakukan oleh Pavlov. Bedanya, pada teori Pavlov yang dikondisikan adalah stimulusnya,

17

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 62.

18

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 62.

19

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 63.

20

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran,.... h. 90

21


(28)

sedangkan pada teori Siknner yang dikondisikan adalah responnya. Teori ini berlandaskan adanya penguatan (reinforcement). Penguatan dalam teori ini adalah sebuah penghargaan (reward) yang diberikan kepada peserta didik yang mampu menjawab (respon) dari pertanyaan (stimulus) yang diajukan oleh guru.

Hukum-hukum belajar yang dihasilkan dari Skinner adalah sebagai berikut:

(1) Law of Operant Conditioning, jika timbulnya perilaku diiringi

dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan mengikat.

(2) Law of Operant Extinction, jika timbulnya perilaku operant yang

telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan akan menghilang.22

f) Teori Belajar Sosial Albert Bandura

Teori ini disebut juga teori pembelajaran observasional. Pada teori ini perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis terhadap stimulus-respon melainkan juga akibat dari reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Dalam hal ini belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modelling). Proses modeling ini terjadi dengan beberapa tahapan yaitu atensi (perhatian), retensi (ingatan), produksi, dan motivasi.23 Dengan demikian peserta didik dalam teori ini diposisikan sebagai pengamat terhadap model yang diberikan, kemudian peserta didik berusaha menjadi seperti model tersebut dengan melakukan tahapan-tahapan diatas.

3) Kognitivisme

Banyak para ahli pendidikan yang merasa kurang puas dengan teori belajar behaviorisme yang mengatakan bahwa belajar hanya sekedar stimulus dan respon. Mereka berpendapat bahwa perilaku individu itu selalu didasari oleh kognitif yang dimilikinya, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana perilaku itu terjadi. Dengan alasan perilaku dari

22

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 65.

23


(29)

individu berasal dari kognitif yang dimilikinya maka muncullah teori kognitif ini.

Dalam perspektif psikologi kognitif, belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah).24 Menurut Budiningsih sebagaimana yang dikutip oleh Suyono dan Hariyanto menjelaskan bahwa:

“Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada

hasil belajar. Teori ini menekankan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses

berpikir yang sangat kompleks”.25

Berikut ini beberapa teori belajar yang berbasis pada kognitivisme yang dikemukakan oleh para ahli:

a) Teori Kognitif Gestalt

Dalam dunia psikologi Gestalt dimaknai sebagai kesatuan atau keseluruhan yang bermakna. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasi. Menurut pandangan ahli teori Gestalt semua kegiatan belajar menggunakan pemahaman tentang adanya hubungan-hubungan terutama hubungan antara bagian dan keseluruhan. Tingkat kejelasan dan kemaknaan terhadap apa yang diamati dalam situasi belajar akan lebih meningkatkan kemampuan belajar seseorang daripada melalui hukuman atau ganjaran.26

Kognitif Gestalt menganggap bahwa proses kognitif yaitu insight (pemahaman/wawasan) merupaka ciri fundamental dari respon manusia.27 Dengan demikian, perilaku individu itu ditandai oleh kemampuan melihat dan membuat hubungan antar unsur-unsur dalam situasi problematik, sehingga akhirnya individu memperoleh insight.

24

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, .... h. 108.

25

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 75.

26

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 75.

27


(30)

b) Teori Belajar Medan Kognitif Kurt Lewin

Kurt Lewin memandang bahwa setiap individu berada didalam suatu medan kekuatan yang bersifat psikologis, yang disebut ruang hidup (life

space). Ruang hidup ini meliputi manifestasi lingkungan dimana tempat

siswa bereaksi.28

Dalam ruang hidup, siswa memiliki tujuan yang hendak dicapai yang didorong oleh motif hidupnya, sehingga ia berupaya melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan itu. Akan tetapi selalu ada hambatan yang merintangi. Bila ia mampu mengatasi hambatan dan dapat mencapai tujuan itu, maka ia akan memasuki medan kognitif baru yang didalamnya tentu akan berisi tujuan baru pula, dan dia akan berusaha lagi untuk mengatasi hambatan baru itu, demikian seterusnya pola belajar itu berlangsung sepanjang hayat.

Ilustrasi dari teori ini adalah siswa dalam mempelajari sebuah pokok bahasan berarti berada dalam suatu medan belajar, tujuan-tujuan dari pokok bahsan tersebut merupakan tujuan atau sasaran siswa yang berada dalam medan tersebut. Kemudian yang menjadi hambatan adalah tugas-tugas yang tedapat pada bahasan.29

c) Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget

Teori perkembangan kognitif disebut juga teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan mental. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem dan saraf.30 Artinya, dengan semakin bertambahnya usia seseorang, semakin kompleks juga susunan sel dan sarafnya. Oleh karena itu, maka semakin meningkat pula kemampuannya.

Menurut Piaget, setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahapan yang teratur. Tahapan teratur yang dimaksudkan oleh Piaget adalah sebagai berikut:

28

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 81.

29

R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, .... h. 23.

30


(31)

(1) Tahap Sensori Motor (0-2 tahun), kemampuan kognitif yang muncul pada tahap ini adalah anak mulai memahami bahwa perilaku tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya.

(2) Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun), pada tahap ini sudah mulai ada perkembangan bahasa dan ingatan, sehingga anak mampu mengingat banyak hal tentang lingkungannya.

(3) Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun), pada tahap ini pikiran logis anak sudah mulai berkembang. Pikirannya berusaha untuk mengerti alam sekelilingnya dengan cara penalaran atau logika, bukan hanya sekedar memakai panca indera.

(4) Tahap Operasional Formal (11 tahun-seterusnya), sejak tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak, yaitu berpikir mengenai ide dan berusaha memikirkan cara pemecahan berbagai masalah. Pada tahap ini anak sudah dapat bekerja secara efektif dan sistematis, secara proporsional, serta menarik generalisasi secara mendasar.31

Dengan tahapan-tahapan yang telah dikemukakannya diatas, maka bagi Piaget, belajar akan lebih berhasil jika disesuaikan dengan perkembangan kognitif seorang anak.

d) Teori Discovery Learning dari Jerome S. Bruner

Konsep dari teori belajar ini adalah belajar dengan menemukan

(discovery learning). Dalam belajar menemukan ini, siswa

mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir yang sesuai dengan kemajuan tingkat berpikir siswa.32 Teori ini mengungkapkan bahwa pada hakikatnya, pendidikan adalah proses penemuan personal oleh setiap individu siswa.

Bruner berpendapat bahwa setiap individu yang belajar harus melalui tiga tahapan intelektual dalam pembelajaran. Tahapan pertama ialah

enactive, yaitu belajar dengan cara merespon atau memberikan reaksi

terhadap suatu objek. Tahap ini dilakukan dengan cara meraba, memegang, mencengkram, meyentuh, menggigit dan sebagainya. Tahap kedua ialah

iconic, yaitu pembelajaran melalu penggunaan model-model dan visualisasi

verbal. Tahap terakhir adalah simbolik, pada tahap ini siswa sudah mampu menggambarkan kapasitas berpikir dalam istilah-istilah yang abstrak. Dalam

31

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 84.

32


(32)

memhami dunia sekitarnya anak-anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.

Bruner menyarankan agar peserta didik hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip untuk memperoleh pengalaman dengan eksperimen-eksperimen yang mereka lakukan.33

e) Teori Belajar dari Robert M. Gagne

Menurut Gagne, dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi untuk diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi tersebut terjadi interaksi antara kondisi internal dengan kondisi eksternal.34 Gagne mengatakan bahwa dalam belajar terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan untuk belajar, pemerolehan dan unjuk perbuatan, dan alih belajar.35 Dari setiap tahapan tersebut terdapat fase-fase seperti berikut: Pada tahap pertama, adalah fase pengarahan perhatian, pengharapan, dan mendapatkan kembali informasi. Pada tahap kedua, terdapat fase perpektif selektif, sendi semantik, pembangkitan respon, serta penguatan. Kemudian pada tahap ketiga, fase pengisyaratan untuk membangkitkan, dan pemberlakuan secara umum.

Dengan demikian, menurut Gagne, kegiatan belajar secara umum adalah sebuah proses internal dan eksternal anak didik dengan menggunakan potensi kejiwaan, kecakapan, bakat, minat, motivasi yang terdapat dalam dirinya, sehingga terlihat hasilnya dalam bentuk kemampuan intelektual, spiritual, kultural, moral, dan kompetensi lainnya.

f) Teori Belajar Menurut Roger

Menurut Roger belajar adalah sebuah proses internal yang menggerakkan anak didik agar menggunakan seluruh potensi kognitif, afektif, dan psikomotoriknya agar memiliki berbagai kapabilitas intelektual,

33

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2013), Cet. ke-6, h. 38.

34

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 92.

35


(33)

moral, dan keterampilan lainnya.36 Dengan demikian pada teori ini siswa yang harus berperan aktif untuk mengembangkan potensinya sendiri, sedangkan guru hanya memberikan arahan dan sebagai fasilitator. Pembelajaran berpusat pada siswa bukan pada guru.

4) Konstruktivisme

Teori belajar konstruktivisme adalah teori belajar baru dalam psikologi pendidikan. Konstruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran yang dilandasi premis bahwa dengan merefleksikan pengalaman dapat membangun dan mengkonstruksi pengetahuan serta pemahaman tempat individu hidup.37 Menurut Slavin sebagaimana yang dikutip oleh Trianto

mengatakan “Teori konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus

menemukan sendiri dan mentrasformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan

itu sudah tidak sesuai lagi”.38

Hal tersebut dilakukan agar siswa benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berusaha untuk membuat ide-ide yang dihasilkan dari pemikirannya.

Trianto mengutip Suparno yang mengatakan “Belajar dalam

pandangan kostruktivis merupakan hasil konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang. Ini menekankan bahwa pengetahuan individu adalah

bentukan individu itu sendiri”.39

Dengan demikian, dalam teori konstruktivisme pengetahuan merupakan hasil konstruksi (bentukan) aktif manusia itu sendiri.

Menurut Abudin Nata, “Belajar dalam teori konstruktivisme adalah

proses aktif dari peserta didik untuk merekonstruksi makna dengan cara memahami teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik, dan sebagainya. Belajar merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga pengertiannya menjadi berkembang. Beberapa bentuk pembelajaran yang sesuai dengan

36

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, .... h. 101.

37

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 105.

38

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. ke-2, h. 74.

39


(34)

filsafat konstruktivisme antara lain diskusi, pengujian hasil penelitian sederhana, peragaan prosedur ilmiah, dan kegiatan praktis lainnya yang memberikan peluang bagi peserta didik untuk

mempertajam gagasannya”.40

Berikut adalah teori belajar konstruktivisme yang dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan, yaitu:

a) Teori Konstruktivisme Piaget

Teori Piaget berlandaskan gagasan bahwa perkembangan anak bermakna membangun struktur kognitifnya dengan istilah skema. Skema pada teori ini adalah seluruh pengetahuan diorganisasikan menjadi unit-unit atau skema yang kemudian disimpan sebagai infromasi. Sehingga, skema dapat dimaknai sebagai suatu deskripsi umum atau suatu sistem konseptual untuk memahami pengetahuan tentang bagaimana pengetahuan itu dinyatakan atau diterapkan.41

Jadi, dalam teori Piaget masih menekankan pada aspek kognitif yang dimiliki individu dengan mengkonstruksi sebuah skema pengetahuan. Teori Piaget ini masih mendasarkan pada perkembangan kognitif karena teori kognitif yang dikemukakan oleh Piaget masih berkesinambungan dengan teori kostruktivisme.

b) Teori Konstruktivisme Vygostky

Pada teori ini Vygotsky menekankan pada aspek sosial dalam pembelajaran. Menurut Vygotsky proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka yang disebut

zone of proximal development.42 Zone of proximal development menurut

Slavin yang dikutip oleh Trianto adalah “Perkembangan sedikit di atas

perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerja sama

40

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, .... h. 89-90.

41

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 105.

42


(35)

antar individu, sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke

dalam individu tersebut”.43

Contoh teori Vygotsky jika diimplemantasikan dalam pembelajaran misalnya ketika belajar tentang materi hukum pembiasan cahaya, peserta didik harus memiliki prasyarat pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya. Kemudian guru memberi tugas kepada peserta didiknya yang masih berkaitan dengan pembelajaran cahaya tersebut. Dengan modal prasyarat pengetahuan itulah peserta didik berusaha untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

Selain Zone of proximal development, Vygostky juga

mengemukakan idenya yang disebut scafolding, yang berarti memberikan sejumlah besar bantuan kepada peserta didik selama tahap-tahap awal pembelajaran. Bantuan tersebut dapat berupa dorongan, petunjuk, atau pembuatan langkah-langkah yang harus ditempuh peserta didik dalam pembelajaran.44

d. Strategi Pembelajaran

Strategi sangat penting dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran. Strategi sangat berhubungan erat dengan tujuan belajar yang hendak dicapai. Dengan menggunakan strategi yang tepat, tujuan belajar akan lebih mudah dicapai. Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

Pengertian strategi pembelajaran, dapat dilihat dari dua kata pembentuknya, yakni strategi dan pembelajaran. Kata strategi berarti cara dan seni menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan kata pembelajaran menurut Degeng yang dikutip oleh Made

43

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, .... h. 76.

44


(36)

Wena adalah sebuah upaya dalam membelajarkan siswa.45 Jadi, strategi pembelajaran adalah cara dan seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan utama belajar.

Definisi strategi pembelajaran lainnya dikemukakan oleh Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Ngalimun, bahwa Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Dalam strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.46

Ada empat strategi dasar dalam kegiatan pembelajaran yang bisa dijadikan pedoman untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, agar berhasil sesuai dengan yang diharapkan meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan keperibadian peserta didik sebagaimana yang diharapkan.

2) Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.

3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.

4) Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.47

Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan terarah, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai

45

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta, PT Bumi Aksara,

2009), Cet. ke-2, h. 2.

46

Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013),

hal. 5

47

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT


(37)

secara optimal, dengan kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

Menurut Made Wena, “Strategi Pembelajaran sangat berguna, baik

bagi guru maupun siswa. Bagi guru, strategi dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi siswa, penggunaan strategi pembelajaran untuk mempermudah proses

belajar”.48

Made Wena juga mengklasifikasikan beberapa tahapan dalam strategi pembelajaran menjadi tiga, yaitu strategi pengorganisasian, strategi penyampaian, dan strategi pengelolaan. Berikut adalah penjelasan dari tiga tahapan dalam strategi pembelajaran tersebut:

1) Strategi Pengorganisasian, merupakan cara untuk menata isi suatu bidang studi, dan kegiatan ini berhubungan dengan tindakan pemilihan isi/materi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan sejenisnya.

2) Strategi Penyampaian, adalah cara untuk menyampaikan

pembelajaran pada siswa dan atau menerima serta merespons masukan dari siswa.

3) Strategi Pengelolaan, adalah cara untuk menata interaksi antara siswa dan variabel strategi pembelajaran lainnya (variabel strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian). Strategi pengelolaan pembelajaran berhubungan dengan pemilihan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Strategi pengelolaan berhubungan dengan penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar, dan motivasi.49

Dari uraian mengenai pengertian, pentingnya strategi pembelajaran, dan bagaimana melakukan strategi pembelajaran diatas dapat dikatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan sebuah langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang sengaja dirancang secara sistematis untuk mencapai terget hasil belajar dengan mudah sehingga mendapatkan hasil yang optimal.

Beberapa strategi pembelajaran yang sering digunakan atau yang sudah dikembangkan saat ini adalah sebagai berikut:

48

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, .... h. 3.

49


(38)

1) Elaborasi

Strategi elaborasi dikategorikan sebagai strategi pengorganisasian isi pembelajaran tingkat makro. Teori elaborasi mendeskripsikan cara-cara pengorganisasian isi pembelajaran dengan mengikuti urutan umum ke rinci.50 Dengan strategi pembelajaran elaborasi ini peserta didik dapat memahami pelajarannya dengan mengetahui hal-hal atau masalah yang bersifat umum terlebih dahulu kemudian dikerucutkan menjadi hal-hal yang lebih khusus dan lebih sempit ruang lingkupnya.

2) Problem Based Learning

Strategi belajar berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan.

Menurut Boud, Felleti, dan Fogarty sebagaimana yang dikutip oleh Made Wena, strategi belajar berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured atau open-ended melalui stimulus dalam belajar.51

Jadi, Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan cara belajar yang diarahkan untuk memecahkan sebuah masalah dalam proses pembelajaran. Dari masalah itulah siswa mendapatkan pengalaman secara langsung sebagai akibat dari proses pembelajaran berbasis masalah.

3) Pembelajaran Inkuiri

Pembelajaran inkuiri adalah suatu strategi yang membutuhkan siswa menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah dalam suatu penelitian ilmiah.52 Tujuan utamanya adalah mengembangkan sikap dan keterampilan siswa yang memungkinkan mereka menjadi pemecah masalah yang mandiri. Selain itu strategi pembelajaran inkuiri akan membantu siswa mengembangkan disiplin dan keterampilan intelektual yang

50

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, .... h. 25.

51

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, .... h. 91.

52


(39)

diperlukan untuk memunculkan masalah dan mencari jawabannya sendiri melalui rasa keingintahuannya itu.

4) Pembelajaran Kuantum

Strategi pembelajaran kuantum merupakan cara baru yang memudahkan proses belajar, yang memadukan unsur seni dan pencapaian yang terarah, untuk segala mata pelajaran. Pembelajaran kuantum adalah penggubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar serta berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas dengan interaksi yang mendirikan landasan dalam kerangka untuk belajar.53

5) Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.54 Dengan mengunakan kerja proyek akan memunculkan kreativitas dan motivasi peserta didik. Karena dalam kerja proyek tersebut terdapat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan pada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang, dan menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri.

Selain beberapa strategi yang telah diuraikan diatas, terdapat pula pendapat ahli pendidikan yang mengklasifikasi strategi pembelajaran sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Majid yang diambil dari artikel

Saskatchewan Educational. Berikut uraian strategi pembelajaran dalam

artikel tersebut.

a) Strategi Pembelajaran Langsung, merupakan strategi yang berpusat pada guru. Guru lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran daripada peserta didik. Dalam arti, guru merupakan pusat atau

central dalam kegiatan pembelajaran.

53

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, .... h. 161.

54


(40)

b) Strategi Pembelajaran Tidak Langsung, merupakan strategi yang melibatkan siswa untuk ikut berkontribusi dalam pembelajaran

seperti kegiatan observasi, penyelidikan, pencarian data,

pembentukan dan pengujian hipotesis. Pada strategi ini guru menempatkan dirinya sebagai fasilitator.

c) Strategi Pembelajaran Interaktif, merupakan strategi pembelajaran yang merujuk kepada bentuk diskusi dan saling berbagi di antara

peserta didik. Strategi ini dikembangkan dengan cara

mengimplementasikan metode-metode interaktif.

d) Strategi Pembelajaran melalui Pengalaman, adalah strategi yang menekankan melalui pengalaman sebagai proses belajar.

e) Strategi Pembelajaran Mandiri, merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri.55

e. Pendekatan Pembelajaran

Istilah Pendekatan berasal dari bahasa Inggris “approach” yang

memiliki beberapa arti, diantaranya diartikan dengan “pendekatan”. Dalam dunia pengajaran, kata approach lebih tepat diartikan a way of begining

something (cara memulai sesuai).56 Oleh karena itu, istilah pendekatan dalam

proses pembelajaran dapat diartikan sebagai cara memulai pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran, apakah guru akan menjelaskan suatu pengajaran dengan materi bidang studi yang sudah tersusun dalam urutan tertentu atau dengan menggunakan materi yang terkait satu dengan lainnya dalam tingkat kedalaman yang berbeda, atau bahkan merupakan materi yang terintegrasi dalam satu kesatuan multi disiplin ilmu.57 Pendekatan pembelajaran merupakan suatu jalan yang akan ditempuh oleh guru dan peserta didik dalam mencapai tujuan instruksional.

Menurut Gladene Robertson dan Hellmut Lang yang dikutip oleh

Abdul Majid, mereka berpendapat bahwa “Pendekatan pembelajaran dapat

dimaknai menjadi dua pengertian, yaitu pendekatan pembelajaran sebagai dokumen tetap, dan pendekatan pembelajaran sebagai bahan kajian yang terus

55

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosadakarya, 2013), h.

11-12

56

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 19.

57

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet.


(41)

berkembang”.58

Pendekatan pembelajaran sebagai dokumen tetap dimaknai sebagai suatu kerangka umum dalam praktik profesional guru, yaitu serangkaian dokumen yang dikembangkan untuk mendukung pencapaian kurikulum. Sedangkan pendekatan pembelajaran sebagai bahan kajian yang terus berkembang dimaknai selain sebagai kerangka umum untuk praktik profesional guru, juga dimaksudkan sebagai studi komprehensif tentang praktik pembelajaran maupun petunjuk pelaksanaanya.

Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap individu dan kelompok bahwa dirinya memiliki kelemahan dan kelebihan. Pada pokoknya pendekatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk menjelaskan materi dari bagian yang satu kepada bagian lainnya berorientasi pada pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa untuk mempelajari konsep, prinsip atau teori yang baru tentang suatu bidang ilmu. Dengan kata lain, ketika kegiatan belajar iru berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat, serta mau memhami anak didiknya dengan segala konsekuensinya.

Pendekatan ini pada umumnya mengacu pada pendekatan psikologi yang berkaitan dengan kemampuan peserta didik untuk menangkap ataupun menerima pelajaran dalam kegiatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran menjadi suatu hal yang sangat penting, karena dilihat dari sudut psikologi setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menerima pelajaran. Untuk itu diperlukan pendekatan yang sesuai dengan dengan potensi peserta didik.

Ada beberapa pendekatan pembelajaran yang diharapkan dapat memecahkan berbagai masalah dalam kegiatan pembelajaran. Urainnya seperti berikut ini.

1) Pendekatan Individual

Pendekatan individual dalam proses pembelajaran adalah sebuah pendekatan yang bertolak pada asumsi bahwa peserta didik memiliki latar

58


(42)

belakang perbedaan dari segi kecerdasan, bakat, kecenderungan, motivasi dan sebagainya.59 Pendekatan individual ini memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi pembelajaran harus memperhatikan perbedaan individual yang dimiliki peserta didik.

Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan ini. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dan diatasi dengan menggunakan pendekatan individual, karena guru bisa berhubungan langsung secara mendalam mengenai permasalahan yang dihadapi seorang peserta didik.

2) Pendekatan Kelompok

Pendekatan kelompok muncul karena adanya kesadaran bahwa peserta didik adalah makhluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama. Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuhkembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri peserta didik. Dalam pendekatan ini mereka dibina untuk mengendalikan ego setiap peserta didik, sehingga terbina kesetiakawanan sosial di kelas.60 Dapat dikatakan bahwa pendekatan kelompok adalah sebuah pendekatan yang didasarkan pada pandangan bahwa pada setiap peserta didik terdapat perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan yang antara satu dan yang lainnya harus diintegrasikan. Sehingga dengan integerasi tersebut, bisa menciptakan tatanan yang harmoni dan bersinergi dalam mencapai tujuan belajar. Melalui pendekatan kelompok ini dimungkinkan akan terjadi persaingan yang sehat dalam meraih nilai terbaik.

3) Pendekatan Campuran

Pendekatan ini bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap peserta didik bermacam-macam. Oleh karena itu, seorang guru dalam menerapkan sebuah pendekatan pembelajaran bisa dengan menggabungkan antara pendekatan individual dan pendekatan kelompok, sehingga disebut dengan pendekatan campuran atau bervariasi.

59

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran,... h. 176.

60

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta PT


(43)

Pendekatan campuran adalah pendekatan yang bertumpu pada upaya menyinergikan keunggulan yang terdapat pada pendekatan individual dan keunggulan yang terdapat pada pendekatan kelompok.61

4) Pendekatan Edukatif

Pendekatan edukatif bertolak dari seberapa jauh sebuah pendekatan yang dilakukan dapat memberikan pengaruh bagi perbaikan sikap mental dan kepribadian peserta didik.62 Pendekatan edukatif melihat bahwa dalam diri peserta didik memiliki permasalahan, seperti membuat keributan, tidak semangat belajar, tidak mau berprestasi, dan melakukan tindakan yang menyimpang dari ajaran moral pendidikan. Tujuan dari pendekatan edukatif ini yang paling utama adalah merubah perilaku peserta didik.

5) Pendekatan Konsep

Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan langsung kepada peserta didik untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.63 Para ahli psikologi menyadari akan pentingnya konsep. Oleh karena itu, konsep-konsep tersebut merupakan penyajian-penyajian internal dari sekelompok stimulus-stimulus yang tidak dapat diamati, tetapi disimpulkan dalam perilaku.

6) Pendekatan Proses

Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.64 Pendekatan ini merupakan kebalikan dari pendekatan konsep. Pada pendekatan ini siswa dilibatkan dalam membentuk konsep melalui proses-proses tertentu.

7) Pendekatan Deduktif

Pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum diikuti dengan

61

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran,... h. 159.

62

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran,... h. 162.

63

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, .... h. 71.

64


(1)

114

Ngalimun.

Strategi dan Model Pembelajaran.

Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

2013.

Nirwana, Dzikri.

Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis Gaya

Ta’lim al

-

Muta’allim.

Banjarmasin: IAIN Antasari Press. 2014.

Nizar, Syamsul.

Filsafat Pendidikan Islam.

Jakarta: PT. Ciputat Press. 2005.

Rahman, Kaserun A.S.

Kamus Modern Indonesia-Arab Al-Kamal.

Surabaya:

Pustaka Progressif. 2010.

Roestiyah N.K.

Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: PT Rineka Cipta. 2008.

Sagala, Syaiful.

Konsep dan Makna Pembelajaran.

Bandung: Alfabeta. 2013.

Sarosa, Samiaji.

Penelitian Kualitatif (Dasar-Dasar).

Jakarta: PT. Indeks. 2012.

Slameto.

Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi.

Jakarta PT: Rineka

Cipta. 2010.

Suralaga, Fadhilah. dkk.

Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam.

Jakarta:

UIN Jakarta Pers. cet. I. 2005.

Suyono dan Hariyanto.

Belajar dan Pembelajaran; Teori dan Konsep Dasar.

Bandung: Remaja Rosdakarya. 2012

Syah, Muhibbin.

Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

Bandung:

Remaja Rosdakarya. 2010.

Trianto.

Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.

Jakarta: Kencana

Prenada Media Group. 2013.

_______.

Model Pembelajaran Terpadu

. Jakarta: Bumi Aksara. 2010.

Von Grunebaum, G.E. dan E. Abel, Theodora. Ta’lim al

-

Muta’allim Tariq al

-Ta’allum.

Cambridge University Press,

12.1948.

Wena, Made.

Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer.

Jakarta: PT Bumi

Aksara. 2009.

Zed, Mestika.

Metode Penelitian Kepustakaan.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

2008.


(2)

UJI

REFERENSI

Seluruh referensi

yang

digunakan dalam penulisan

skripsi

ini

dengan

judul

"Konsep Thariq

al-Ta'allum

Syaikh

al-Zanuji

(Studi Analisis

Aspek Psikologis Feserta

Didik)"

yang disusun

oleh Achmad

Susmiyanto

NIM

1111011000027, J,rrusan

Pendidikan Agama

Islam

Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan

Keguruan

UIN

Syarif

Hidayatullah

Jakarta telah disetujui kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada

hari

ini"

NO.

REFERENSI

PARATJ

I

Ad-Danqizi, Abdullah. Matan

al-Bina wa

al-Asas. Surabaya:

Maktabah Muhammad Ibn Ahmad IbnNabhan.

2

Ali,

Atabik

dan

Zuhdi Muhdor,

Ahmad. Kamus.Kontemporer Arab-Indonesia. Krapyak:

Multi

Karya

Grafika.

1998.

J

Alifian

Haykal,

Akhlak Belajar

dalam

Kitab

Ta,lim

al-Muta'allim,

Skripsi,

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarla, ZOl2.

4

Aly,

Maksum. Al-Amtsilah

al-Tashrifiyyah.

Jombang:

Maktabah Salim

Ibn

Sa'ad Nabhan.

/)z

/

5

Al-Zarnqi.

Ta' I i m al - Mut a' ol I im. Surabaya : Daru

al-Ilmi.

6

Al-Zarnuji.

Matan

Ta' I

im

al - Mut a' I I

im.

Semarang: Maktabah

al-Alawiyah.

7

Arfina,

Eka

Yani.

Kamus Lengkap Bahasa

Indonesia.

Surabaya: Tiga Dua.

8

Arikunto,

Suharsimi..

Menejemen

Penelitian. Jakarta:

pT

Rineka Cipta. 2009.

9

As'ad,

Aly.

Bimbingan

bagi (Terj e mah Ta'

limul

Muta' allim).

Penuntut

llmu

Pengetahuan Kudus: Menara Kudus. 2007.

10

Bangun Nasution,

Ahmad

dan

Hanum

Siregar,

Rayani.

Akhklak Tasawuf. Jakarta: Raja Grafindo persada

.2013.

,/

I

11

Bismar, Konsep Metode

Belajar Menurut al-Zarnuji

dalam


(3)

Sunan Kalij ga Yogyakarta, 2003.

12 Dahar

,

Ratna

Wilis.

Teori-Teori

Belajar

dan

pembelaiaran.

J akarta: Erlangga. 20 | I .

13

Danim,

Sudarwan. Perkembangan

Peserta

Didik.

Bandung:

Alfabeta.2010.

t4

Depdiknas.

Kamus Besar

Bahasa

Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka. 2008.

15

Desmita.

Psikologi

Perkembangan.Bandung:

pT

Remaja

Rosdakarya.2009.

t6

Dimyati

dan

Mudjiono. Belajar

dan Pembelajaran. Jakarta:

pT

Rineka Cipta. 2002.

t7

Djamarah, Syaiful

Bahri

danZain, Aswan. Strategi

Belajar

Mengajar.

Jakarta: PT Rineka Cipta.2010.

i8

Djamarah,

Syaiful Bahri. Psikologi

Belajar.Jakarta:

Rineka Cipta. 2002.

19 Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno,

M.

Sobry. Strategi

Belajar

Mengajar. Bandung: PT Refika Aditama. 2009. 20

Gunther,

Sebastian.

Be

A

Masters

Continue Learn:

Medieval

Muslim

Theory. Chicago Journals.

3.2006.

in

That

You

Teach

and

Thinkers

on

Educational

3

2l

Halstead, J.

Mark.

An

Islamic Concept

of

Education.

Taylor

&

Francis Group.

40.

2004.

22

Hamalik, Oemar. Dasar-Dasar

Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakary a. 201 1 .

23

Ibrahim

bin

Ismail. Syarh

Ta'lim al-Muta'allim.

Al-Haramain. 2007.

24

Ibrahim,

R.

dan

Syaodih S, Nana. Perencanaon

pnngojo*r.

Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2010.

I

25

Khoiriyah,

Sri

Khomsatvl.

Studi Analisis

pemikiran al-Zarnuji

tentang Hubungan

Guru

Murid

terhadap

Kondisi

pendidikan


(4)

Saat Sekarang

Ini.

Skripsi. Fakultas Tarbiyah

IAIN

Walisongo. Semarang.2004.

26

Langgulung,

Hasan.

Asas-Asas

Pendidikan

Islam.

Jakarta: Pustaka

Al-Husna.

1 988.

27

Majid, Abdul.

Strategi Pembelajaran. Bandung:

pT

Remala Rosdakary a. 2013.

28

Minarli,

Sri.Ilmu

Pendidikan

Islam.

Jakarta:

AMZAH.

2013.

r

29

Mokhtar,

Affandi.

The

Method

of

Muslim

Learning

Illustrated

in

az-Zarnuji's

Ta'lim

al-Muta'allim

Thariq

Ta'allum.

Thesis. Montreal:

Mc.Gill

Universitv.

AS

at-30

Munadhi,

Yudhi. Media

Pembelajaran

Sebuah

Baru.

Jal<arta Gaung Persada Press. cet.

4.2012.

.

Pendekatsn

31

Nata, Abuddin.

Ilmu

Pendidikan

Islam

dengan

pendekatat

Multidisipliner.

Jakarta: Rajawali Pers.

2009.

I

I

)Z Nata,

Abuddin.

Pemikiran

Para

Tokoh Pendidikan

tslam:

S4

Kajian Filsafat

Pendidikan

Islam.

Jakarta:

pT

Raja

Grafindo

Persada. cet.

II.

2001.

l/

fa

JJ

Nata,

Abuddin.

Perspektif

Islam

tentang

Strategi

Pembelajaran. Jakarta: Kencana Pranada Media Grroup. 2009.

7

34 Ngalimun. Strategi dan Model Pembelajaran.

yogyakarti:

Aswaja Pressindo. 2013.

35

Nirwana,

Dzikri.

Menjadi

Pelajar

Muslim Modern

yang

Etis

dan

Kritis

Gaya

Ta'lim

al-Muta'allim.

Banjarmasin:

IAIN

Antasari Press. 2014.

36

Nizar,

Syamsul. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:

pT. Cip"t-rl

Press.2005.

3/

Rahman,

Kaserun

A.S.

Kamus

Modern

Indonesii4rab

Al_ Kamal. Surabaya: Pustaka Progressif. 2010.

38 Roestiyah

N.K.

s/raregi Belajar

Mengajar.Jakarta:

pr

ni""tiu

Cipta. 2008.


(5)

39 Sagala,

Syaiful.

Konsep dan

Makna

Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 2013.

\

40 Sarosa, Samiaji.

Penelitian

Kualitatif

(Dasar-Dasar).

Jakarta: PT. Indeks.2012.

4t

Slameto.

Belajar

dan

Faktor-Fahor

yang

Mempengarulti. Jakarta PT: Rineka Cipta.

z}rc.

42

Suralaga, Fadhilah.

dkk.

Psikologi

Pendidikon

dalam Perspektif Islam. Jakarta:

UIN

Jakarta Pers. cet.

I.

2005.

43 Suyono dan Hariyanlo.

Belajar

dan

Pembelajaran;

Teori dan Konsep Dasar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.2Al?

44

Syah,

Muhibbin. Psikologi

Pendidikan dengan

Pendekatan

Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2010.

A

45

Trianto.

Mendesain

Model

Pembelajaran Inovat{-Progresif,

Jakarla: Kencana Prenada Media Group. 2013.

/

46 Trianto.

Model

Pembelajaran Terpadu. Jakarta:

Bumi

Aksara. 2010.

47

Von

Grunebaum,

G.E. dan

E.

Abel,

Theodora.

Muta'allim

Tariq

al-Ta'allum.

Cambridge

Press,12"l948.

Ta'lim

al-University

48 Wena, Made. Strategi Pembelajaran

Inovatif

Kontemporer. lakarta: PT Bumi Aksara. 2009.

49

Zed,

Mestika.

Metode Penelitian

Kepustakaan.

Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia. 2008.

Jakarta,

26

Oktober

2015

guji

Referensi,

Dr. Akhmad

Sodiq,

M.As

NrP.

19710709 199803 1 001


(6)

KEMENTERIAN AGAMA UIN

JAKARTA

FITK

Jl. b. H . Juaftda No 95 Cipuldl I 541 2 tndonesia

FORM (FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-081 Tgl.

Terbit :

1 Maret 2010

No. Revisi: 01

Hal 1t1

SURAT BIMBINGAN SKRIPSI

Nomor : Un.01/F. 1/KM.0 1.3{ 12015

Lamp.

:

-Hal

:Bimbingan Skripsi

Jakarta,6 Januan 2015

Kepada Yth.

Dr. Akhmad

Sodiq,

M.Ag.

Pembimbing Skripsi

Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan

LIIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Assulamu'alaikum

wr.

W.

Dengan

ini

diharapkan kesediaan Saudara

untuk

menjadi pembimbing

llll

(materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:

Nama

: Achmad Susmiyanto

NIM

:i111011000027

Jurusan

: Pendidikan Agama Islam

Semester

:

VII

(Tujuh)

Judul Skripsi:

(KONSEP THARIQ

AL.TA'ALLUM

SYAIKH

AL-ZARNUJI'

(Studi Analisis

Aspek Psikis Peserta

Didik)

Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal

6

Januari 2015, abstraksi/outline

terlampir.

Saudara dapat melakukan perubahan redaksional

pada

"judul

tersebut.

Apabila

perubahan substansial

dianggap

perlu,

mohon pembimbing menghubungi j urusan terlebih dahulu.

Bimbingan skripsi

ini

diharapkan selesai dalam

waktu

6

(enam)

bulan,

dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassalamu'alikum u,r. Wb.

a..tr Def<an

,-

It{jul

PEndidikan Agama Islam

id Khon,

rl

198703 1 005 Ag.