bisa mengartikilasi isi hati, alam pikiran dan alam rasa
6
Ini merupakan variable sentral terhadap keberhasilan pementasan wayang kulit, sehingga dapat menarik perhatian
masyarakat. Salah satu pementasan wayang kulit yang berada di Pringapus Semarang, dalam
sejarahnya , sejah zaman dahulu wayang kulit bisa dikatakan media yang sampai sekarang masih digaunakan dalam aktifitas berdakwah, masyarakat Pringapus Semarang
adalah masyarakat yang sederhana mereka adalah masyarakat yang agraris, hasil bumi berupa beras, dan sayur-sayuran merupakan komiditas yang mereka andalkan untuk
pendapatan mereka sehari-hari. Tak bedanya dengan desa-desa lain dapat dikatakan memiliki pertumbuhan yang cukup lambat di dalam pembangunan, keberhasilan wayang
kulit sebagai media dakwah di pringapus semarang masih dapat dirasakan yang terlihat dari sikap dan tutur kata masyakat Pringapus Semarang.
Berdasarkan latar belakang maslah di atas maka penulis menusun skripsi dengan judul ”WAYANG KULIT SEBAGAI MEDIA DAKWAH Studi Pada Wayang Kulit
Dalang Ki Sudardi di Desa Pringapus Semarang”B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan ini lebih terarah, maka penulis hanya membatasi pembahasan ini pada daerah pementasan wayang kulit pada masyarakat Pringapus Semarang saja
tanpa harus melebar luas ke topik pembahasan yang lain.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Apa bahasa dan nilai-nilai dakwah dalam pementasan wayang kulit dalang Ki Sudardi di desa Pringapus Semarang ?
b. Bagaimana teknik penyampaian pesan-pesan dakwah dalam pementasan wayang kulit dalang Ki Sudardi di desa Pringapus Semarang.
6
Suwaji Bastomi, etika, Nilai-nilai Seni Pewayangan, Semarang; Dahara Prize, 1993, Cet.ke-I h.59
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada pokok permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: a. Penulis ingin mengungkap lebih dalam tentang kiprah pementasan wayang kulit Ki
Sudardi sebagai media dakwah pada masyarakat Pringapus Semarang. b. Penulis ingin mengetahui lebih dalam pandangan masyarakat terhadap wayang kulit Ki
Sudardi di Pringapus Semarang c. kajian ini memberikan kontribusi bagi khazanah sejarah islam Indonesia. Untuk
menambah literatur kebudayaan yang berkaitan dengan sejarah Islam yang ada di Indonesia.
d. Untuk memenuhi gelar sarjana pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai refrensi wacana keilmuan dakwah, khususnya program dakwah melalui media seni seperti wayang kulit sebagai media
dakwah. b. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan baru bagi para aktivis dakwah, akademisi
serta masyarakat umum yang konsen pada perkembangan dakwah untuk menjadikan seni budaya wayang kulit sebagai media dakwah.
c. Hasil penelitian ini menjadi acuan bagi masyarakat yang mencintai seni budaya wayang kulit dan para budayawan agar dapat melestarikan bahkan mengemas seni
budaya tersebut sehingga lebih dirasakan manfaatnya khususnya dalam syiar Islam.
D. Metodologi Penelitian
Penulisan dalam skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif diskriftif dengan metode deskriptif anlisis. Penulis akan menggambarkan dan menguraikan secara factual
apa yang dilihat dan ditemukan dari objek penelitian ini. Bagdan dan Taylor dalam buku penelitian kualitatif mendefinisikan “Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.
7
Dean J. Champion dalam bukunya mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang berfungsi untuk mendata atau mengelompokan sederet unsur yang terlihat
sebagai pembentukan suatu bidang persoalan yang ada.
8
1. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah Ki Sudardi. Dan objek dari penelitian ini adalah
Pementasan Wayang Kulit di Pringapus Semarang.
2. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan dimulai pada tanggal 10 April 2010
sampai 10 Juni 2010. Sedangkan tempat penelitian ini adalah Pringapus Semarang.
3. Tekhnik Pengumpulan Data a. Observasi, yaitu pengamatan langung terhadap pementasan wayang kulit di
Pringapus Semarang. b. Wawancara, yakni suatu cara untuk mengumpulkan data dengan mengajukan
pertanyaan langsung kepada seorang narasumber dalam hal ini Ki Sudardi. Maksud dari wawancara ini adalah untuk mengungkap riwayat hidup, aktifitas dan lain-lain,
terutama untuk melengkapi data, guna menjawab rumusan masalah yang peneliti ajukan.
c. Study Dokumentasi, adalah merupakan tekhnik yang juga dilakukan dalam mengumpulkan data berupa buku, majalah, makalah, ataupun literatur-literatur
lainnya. Peneulis akan mengumpulkan beberapa foto, video, dan gambar aplikasi Dalang Ki Sudardi pada pementasan di Pringapus Semarang.
4. Tekhnik Analisa Data Analisa data menurut Patton 1980, adalah proses mengatur uraian data.
Mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar. Ia
7
Lexy. J. Moeleng, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdya Karya, 1933 cet. Ke- 1, h. 3
8
Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian, Bandung: Refika Aditama, 1998 h. 6
membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi
uraian.
9
5. Tekhnik Penulisan Dalam penulisan skripsi ini penulis mengacu kepada buku “Pedoman Akademik
Fakultas Dakwah dan Komunikasi FDK” yang diterbikan oleh Dakwah Press tahun 2006-2007.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, dengan perincian sebagai berikut: BAB I
: Pendahuluan yang memuat latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat pnelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis, yang memuat ruang lingkup dakwah berupa, pengertian dakwah, subjek dan objek dakwah, metode dakwah, materi dakwah, dan
tujuan dakwah. Ruang lingkup wayang kulit yaitu, pengertian wayang kulit serta perkembangan wayang kulit, dan dalang sebagai juru dakwah.
BAB III : Mendeskripsikan mengenai profil dalang Ki Sudardi yang terdiri dari riwayat hidup, pendidikan, pengalaman beliau serta aktifitas dalam
pementasan wayang kulit di Pringapus Semarang. BAB IV : Dalam bab ini berisikan data penelitian dan analisa data penelitian,
menguraikan tentang kiprah pementasan wayang kulit oleh dalang Ki Sudardi, serta pandangan masyarakat mengenai kiprah wayang kulit di
Pringapus Semerang. BAB V : Penutup, memuat kesimpulan yang didasarkan pada uraian-uraian dan
bahasan-bahasan pada bab-bab sebelumnya dan juga memuat saran-saran serta dilengkapi dengan daftar pustaka.
9
Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 103
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Dakwah 1. Pengertian Dakwah
Kata dakwah berasal dari bahasa Arab da’a yang artinya menyeru, memanggil, mengajak, dan menjamu. Dan yang kedua yaitu : yad’u yang artinya memannggil,
mendo’a dan memohon.
10
Secara etimologi, kata dakwah sebagai bentuk mashdar dari kata da’a fi’il madhi dan yad’u fi’il mudhari’ yang artinya memanggil to call, mengundang to invite, dll.
Warson Munawir, 1994 : 439. Dakwah dalam pengertian ini dapat dijumpai dalam Al Qur’an yaitu pada surat Yusuf : 33 dan Surat Yunus : 25.
Dalam Al Qur’an, dakwah dalam arti mengajak ditemukan sebanyak 46 kali, 39 kali dalam arti mengajak kepada Isalam dan kebaikan, 7 kali ditemukan dalam makna
mengajak kepada mereka dan kejahatan
Beberapa dari ayat tersebut adalah : 1. Mengajak manusia kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran QS. Ali Imran :
104 2. mengajak manusia kepada jalan Tuhan QS an-Nahl : 125
3. Mengajak manusia kepada agama Islam QS as-Shaf : 7 4. Mengajak manusia kepada jalan yang lurus QS al-Mukminun : 73
5. Memutuskan perkara dalam kehidupan umat manusia, kitabullah dan sunnaturrasul QS an-Nur : 48 dan 51, serta QS Ali Imran : 23
6. Menggajak ke surga QS al-Baqarah : 122
Definisi dakwah di dalam Islam adalah sebagai kegiatan “mengajak, mendorong dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah untuk meniti jalan Allah dan istiqomah
di jalanNya serta berjuang bersama meninggikan agama-Nya. Kata mengajak,
10
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1990, h. 127
memotivasi, dan mendorong adalah kegiatan dakwah dalam ruang lingkup tabligh. Kata bashirah untuk menunjukkan dakwah itu harus dengan ilmu dan perencanaan yang baik.
Kalimat meniti jalan Allah untuk menunjukkan tujuan dakwah yaitu mardhatillah keridhoan Allah. Kalimat istiqamah di jalan-Nya untuk menunjukkan dakwah itu harus
berkesinambungan. Sedangkan kalimat berjuang bersama meninggikan agama Allah untuk menunjukkan dakwah bukan untuk menciptakan kesalehan pribadi. Untuk
mewujudkan masyarakat yang saleh tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri, tetapi harus bersama-sama. Muhammad Ali Aziz, 2004: 4.
Definisi di atas mencakup pengertian-pengertian sebagai berikut: 1. Dakwah adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang bersifat menyeru atau mengajak
kepada orang lain untuk mengamalkan ajaran Islam. 2. Dakwah adalah suatu proses penyampaian ajaran Islam yang dilakukan secara sadar
dan sengaja. 3. Dakwah adalah suatu aktivitas yang pelaksanaannya bisa dilakukan dengan berbagai
cara atau metode. 4. Dakwah adalah kegiatan yang direncanakan dengan tujuan mencari kebahagiaan hidup
dunia dan akhirat dengan dasar keridhaan Allah. 5. Dakwah adalah usaha peningkatan pemahaman keagamaan yang mengubah
pandangan hidup, sikap batin dan prilaku umat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam menjadi sesuai dengan tuntunan syari’at untuk memperoleh kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat.
Sedangkan secara istilah dakwah didefinisikan beragam. Hal ini tergantung dari sudut mana para ahli ilmu dakwah dalam memberikan pengertian atau definisi dakwah itu
sendiri. a. Menurut M. Quraish Shihab, dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan
atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.
11
11
Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat Bandung Mizan. 1996, Cet ke-XIX, h. 194.
b. Menurut Syekh Muhammad Abduh, ringkasnya dakwah adalah menyeru kepada kebaikan, dan mencegah dari yang mungkar adalah fardlu yang diwajibkan kepada
setiap muslim.
12
c. Arifin, M. Ed. Mengatakan bahwa dakwah mengandung pengertian sebagai suatu
kegiatan ajakan, baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam usaha mempengaruhi orang lain secara
individual maupun kelompok, supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai pesan
yan disampaikan padanya tanpa unsur paksaan.
13
Jadi dakwah adalah suatu usaha atau proses yang diselenggarakan dengan sadar , terncana, dan usaha yang dilakukan adalah mengajak umat manusia ke jalan Allah,
memperbaiki situasi yang lebih baik. Usaha tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, yakni agar manusia hidup dengan penuh kebahagiaan dunia akhirat tanpa
adanya unsur paksaan.
2. Subjek dan Objek Dakwah
Subjek dakwah ulama, mubaligh, dan da’i, yaitu orang yang melaksanakan tugas dakwah. Pelaksanaan tugas dakwah ini bisa perorangan atau kelompok manusia
yang memiliki nilai keteladanan yang baik usawatun hasanah dalam segala hal.
14
Daerah Da’i adalah mulai dari masyarakat desa yang primitif hingga masyarakat industri yang telah terpengaruh diktatornya pengaruh ekonomi raksasa dan teknologi ultra
modern dan merajalelanya individualisme. Da’i berbeda di tengah gejolak masyarakat yang bergejolak. Dengan demikian dapat dikatakan behwa da’i adalah seorang yang
harus paham benar tentang kondisi masyarakat itu dari berbagai segi, psikologi, sosial, budaya, etnis, ekonomi, politik, mahluk tuhan ahsani takwim.
15
12
Sayyid. M. Nuh, Dakwah Fardiyyah dalam Manhaj Amal Islami,Solo: Citra Islami Press, 1996, h.28
13
Arifin, M. Ed, Psikologi Dakwah, Jakarta: Bulan Bintang, 1997, h. 54
14
Rafiudin, Maman Addul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah,Bandung : CV. Pustaka Setia, 1997, cet. Ke-1, hal. 47
15
M. Syafaat Habin, Buku Pedoman Dakwah, Jakarta: Wijaya, 1982, cet Ke-1, hal.106
Muhammad Ghazali juga menegaskan dua syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang juru dakwah, yaitu: pengetahuan mendalam tentang Islam dan juru dakwah harus
memiliki jiwa kebenaran ruh yang penuh dengan kebenaran, kegiatan, kesadaran, kemajuan.
16
Objek dakwah itu juga disebut mad’u, yaitu orang-orang yang diseru, dipanggil, atau diundang. Berdasarkan kenyataan yang berkembang dalam masyarakat bila dilihat
dalam aspek kehidupan psikologis, maka dalam pelaksanaan program kegiatan dakwah, sasaran dakwahnya tarbagi menjadi:
a. Sasaran yang menyangkut kelempok masyarakat, dilihat dari segi sosiologis barupa masyarakat yang terasing, pedesaan, kota besar dan kota kecil, serta masyarakat di
daerah marginal dari kota besar. b. Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat yang dilihat dari segi struktur
kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga. c. Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masarakat dilihat dari segi sosial struktural
berupa golongan priayi, abangan dan santri. Klasifikasi terutama terdapat dalam masyarakat di jawa.
d. Sasaran yang berhubunagn dengan golongan dilihat dari segi tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja, dan orang tua.
e. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial ekonomi berupa golongan orang kaya, menengah dan mkiskin.
f. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi okupasional profesi dan pekerjaan, berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri,
dan sebagainya.
17
3. Metode Dakwah