Dalang Sebagai Juru Dakwah

masa itu antara lain sudah menyebutkan kata-kata “mawayang” dan `aringgit’ yang maksudnya adalah pertunjukan wayang. 19

3. Dalang Sebagai Juru Dakwah

Dalam dunia pewayangan dalang merupakan unsur penting pada sebuah pementasan, terlepas dari apa pun tema yang akan di pentaskan. Berkaitan dengan kegiatan dakwah Islamiah, seorang dalang pun dapat di katagorikan sebagai juru dakwah atau seorang Da’i melalui profesinya tersebut. Hal ini memungkinkan karena dalam setiap pementasan sabuah pagelaran wayang seorang dalang sangat mungkin menyampaikan pesan-pesan agamis dalam setiap lakon yang dipentaskan. Dahulu pada saat awal-awalnya perkembangan Islam di Nusantara, para penyebar Islam khususnya Walisongo yaitu Sunan Kali Jaga, juga telah menggunakan media wayang untuk mendukung kegiatan dakwahnya, dan ternyata berhasil. Faktor-faktor yang memungkinkan seorang dalang menjadi seorang juru dakwah di antaranya adalah : a. Karakter dalang yang faham betul isi cerita setiap lakon pewayangan yang umumnya mengandung tema kehidupan sosial. Apapun temanya, baik tentang kerajaan, mahabrata, cerita hindu dan sebagainya, namun semua itu bisa dimasuki pesan-pesan bernilai Islami tanpa harus merubah inti dan isi cerita secara keseluruhan atau sebagian, dengan kecerdasan dan wawasann yang dimiliki, profesi seorang dalang dapat dengan mudah untuk melakukannnya. b. Wayang merupakan kesenian tradisional yang masih banyak digemari, dan biasanya dalang sangat dikagumi oleh para penggemarnya. Situasi ini dapat 19 Sri Mulyono, Wayang: asal-usul Filsafat dan Masa Depannya PT. Gunung Agung, 1976, h. 239-245 digunakan oleh seorang dalang untuk menyampaikan pesan-pesan bernilai Islami pada setiap pementasannya, tentunya di selingi oleh humor-humor yang mendidik yang dapat mempengaruhi para audiennya. c. Tema wayang mengikuti zaman, sehingga dalang tidak akan ditinggalkan oleh penggemarnya, sehingga ia akan terus berdakwah. d. Dalang adalah Guru, Victoria M, Clara dalam bukunya Dalang di Balik Wayang 1967 ”menyatakan bahwa dalang yang dahulu menganggap dirinya sendiri sebagai guru masyarakat , sekarang justru menyebut dirinya sebagai seniman, sementara itu kaum elit baru, berbeda dari kaum tradisional, justru sekarang tertarik pertama-tama dan terutama terhadap peranan dalang sebagai guru, tulisnya.” 20 20 Sigit Oerdianto, “Berdakwah Keliling Kota dengan Wayang Kulit, Suara Merdeka, senin 31 Oktober 2008

BAB III GAMBARAN UMUM WAYANG DAN PROFIL DALANG KI

SUDARDI A. Gambaran Umum Wayang

a. Pengertian Wayang

Pengertian wayang menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah : “Boneka tiruan yang dibuat dari kulit yang diukir, kayu yang dipahat, dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dipertunjukan drama tradisional yang dimainkan oleh seorang dalang.” 1 Pengertian wayang adalah walulang inukir kulit yang diukir dan dilihat bayangannya pada kelir. Dengan demikian, wayang yang dimaksud tentunya adalah Wayang Kulit seperti yang kita kenal sekarang. Tapi akhirnya makna kata ini meluas menjadi segala bentuk pertunjukan yang menggunakan dalang sebagai penuturnya disebut wayang. Oleh karena itu terdapat wayang golek, wayang beber, dan lain-lain. Pengecualian terhadap wayang orang yang tiap boneka wayang tersebut diperankan oleh aktor dan aktris sehingga menyerupai pertunjukan drama. 2

b. Jenis - Jenis Wayang

Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar. 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Indonesia.h, 1010 2 Sri Mulyono, Wayang: asal-usul Filsafat dan Masa Depannya PT. Gunung Agung, 1976, h. 154 28 Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. 3 Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang dikenal sebagai wayang orang, dan ada pula wayang yang berupa sekumpulan boneka yang dimainkan oleh dalang. Wayang yang dimainkan dalang ini diantaranya berupa wayang kulit atau wayang golek. Cerita yang dikisahkan dalam pagelaran wayang biasanya berasal dari Mahabharata dan Ramayana. Pertunjukan wayang di setiap negara memiliki teknik dan gayanya sendiri, dengan demikian wayang Indonesia merupakan buatan orang Indonesia asli yang memiliki cerita, gaya dan dalang yang luar biasa. Kadangkala repertoar cerita Panji dan cerita Menak cerita-cerita Islam dipentaskan pula. Wayang, oleh para pendahulu negeri ini sangat mengandung arti yang sangat dalam. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan Wayang. Para Wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat bekaitan satu sama lain. Yaitu Mana yang IsiWayang Wong dan Mana yang Kulit Wayang Kulit harus dicari Wayang Golek. 3 S. Haryono, Pratiwimba Adiluhung, Sejarah dan Perkembangan Wayang, Yogyakarta: Penerbit Djambatan, 1988, Cet, ke-1 h- 5-6 Jenis-jenis Wayang :

1. Wayang purwa atau wayang kulit purwa. Kata purwa pertama dipakai untuk

Dokumen yang terkait

Pandangan Dalang Tentang Wayang Kulit Purwa sebagai Media Kritik Sosial Politik. (Studi pada Dalang Wayang Kulit seMalang Raya).

0 9 20

Wayang Kulit Sebagai Media Dakwah (Pendekatan Komunikasi Antar Budaya Terhadap Pementasan Wayang Kulit Ki Yuwono Di Desa Bangorejo Banyuwangi)

1 11 134

TINJAUAN GALERI WAYANG KULIT KI ANOM SUROTO DI LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI WAYANG KULIT KI ANOM SUROTO DI SURAKARTA.

0 16 16

TINJAUAN UMUM MUSEUM WAYANG KULIT MUSEUM WAYANG KULIT DI YOGYAKARTA.

1 11 25

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SANGGAR WAYANG KULIT SEBAGAI WISATA BUDAYA DI DESA KEPUHSARI MANYARAN Sanggar Wayang Kulit Sebagai Wisata Budaya Di Desa Kepuhsari Manyaran Wonogiri.

0 2 25

PESAN-PESAN MORAL PADA PERTUNJUKAN WAYANG KULIT (Studi Kasus Pada Lakon “Wahyu Makutharama” dengan Dalang Ki Djoko Pesan-Pesan Moral Pada Pertunjukan Wayang Kulit (Studi Kasus Pada Lakon “Wahyu Makutharama” dengan Dalang Ki Djoko Bawono di Desa Harjo Win

0 4 17

\PESAN-PESAN MORAL PADA PERTUNJUKAN WAYANG KULIT (Studi Kasus Pada Lakon “Wahyu Makutharama” dengan Dalang Ki Pesan-Pesan Moral Pada Pertunjukan Wayang Kulit (Studi Kasus Pada Lakon “Wahyu Makutharama” dengan Dalang Ki Djoko Bawono di Desa Harjo Winangun

0 1 14

ANALISIS WACANA HUMOR GARA-GARA DALAM PAGELARAN WAYANG KULIT ANALISIS WACANA HUMOR GARA-GARA DALAM PAGELARAN WAYANG KULIT DENGAN DALANG KI MEDOT SAMIYONO SUDARSONO (SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK).

0 1 14

Fungsi Musik Campursari pada Pergelaran Wayang Kulit Ki Joko Hadiwijoyo Semarang (Studi Kasus pada Pertunjukan Wayang Kulit di Kelurahan Tembalang Semarang).

0 0 2

EKSISTENSI WAYANG KULIT SEBAGAI MEDIA KR

0 0 100