kemudian dari Ternate seperti prabu Geniyara dan Daeng Purbayunus, dari Siam seperti Prabu Maesadura, dan dari negara Bali.
Wayang gedog yang kita kenal sekarang, konon diciptakan oleh Sunan Giri pada tahun 1485 gaman naga kinaryeng bathara pada saat mewakili raja Demak yang
sedang melakukan penyerbuan ke Jawa Timur invasi Trenggono ke Pasuruan.
4. Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan wayang yang terbuat dari boneka
kayu, yang terutama sangat populer di wilayah Tanah Pasundan.
5. Wayang orang disebut juga dengan istilah wayang wong bahasa Jawa adalah
wayang yang dimainkan dengan menggunakan orang sebagai tokoh dalam cerita wayang tersebut. Sesuai dengan nama sebutannya, wayang tersebut tidak lagi
dipergelarkan dengan memainkan boneka-boneka wayang wayang kulit yang biasanya terbuat dari bahan kulit kerbau ataupun yang lain, akan tetapi
menampilkan manusia-manusia sebagai pengganti boneka-boneka wayang tersebut. Mereka memakai pakaian sama seperti hiasan-hiasan yang dipakai pada
wayang kulit. Supaya bentuk muka atau bangun muka mereka menyerupai wayang kulit kalau dilihat dari samping, sering kali pemain wayang orang ini
diubah dihias mukanya dengan tambahan gambar atau lukisan.
4
B. Profil Dalang Ki Sudardi a. Sejarah Hidup Ki Sudardi
SUDARDI, KI. Lahir di Semarang pada tanggal 10 September 1946 di sebuah desa Pringapus, kecamatan Klepu Kabupaten Semarang. Nama
lengkapnya H. Sudardi, sering dipanggil dengan sebutan Ki Sudardi. Merupakan
4
Artikel ini di akses tanggal 18 Juni 2010 dari http:id.wikipedia.orgwikiWayangWayang
28 putra dari Satijan dan Sri Wahyuni yang merupakan tokoh masyarakat desa
Pringapus yang dikenal sebagai seorang pengusaha dan sesepuh desa. Satijan atau yang dikenal sebagai Mbah Satijan merupakan pengusaha di
bidang pertanian, beliau dikenal sebagai orang yang memiliki banyak sawah, dan beliau merupakan salah satu orang terkaya pada masanya. Ki Sudardi merupakan
anak pertama dari 5 bersaudara, diantaranya adalah Sudardi, Sudarto, Mulyono Pangestu, Sri Sulastri, dan Suhendra.
5
Ki Sudardi adalah dalang wayang Kulit Purwa yang terkenal di tahun 1987-an sampai saat ini. Pernah mengenyam pendidikan di Konservatori
Karawitan Indonesia Surakarta, selain mengikuti kursus pedalangan HBS dan Kursus Pedalangan Pamardi Putri.
Ia merupakan salah satu dari beberapa dalang yang pernah ditugasi mendalang di Keraton Kesultanan Yogyakarta, pada masa pemerintahan Sri
Sultan Hamengkubuwono ke X. Dalang lainnya yang juga mendapatkan kehormatan tampil di Keraton adalah dalang-dalang pilihan pada jamannya. Tidak
banyak dalang yang mendapat kesempatan itu. Ki Sudardi yang berasal dari desa kecil di Pringapus Semarang. Belajar
mendalang pertama kali ketika usianya 16 tahun. Mulai berani tampil di muka umum sejak tahun 1962. Sebagai dalang ia pernah mendalang di daerah-daerah
khusunya di khusnya di pulau Jawa, dan pernah sesekali pentas di pulau Sumatra 1980. Di samping mendalang, Ki Sudardi juga berprofesi sebagai seorang guru.
Beliau pensiun sebagai Guru SPG Negeri di Pringapus Semarang.
5
Wawancara Pribadi dengan Ki Sudardi, Desa Pringapus Semarang, tanggal 20 Mei 2010.
Atas jasa-jasanya mengembangkan dunia pewayangan khususnya di Kabupaten Semarang, pada tahun 1984 Ki Sudardi mendapat anugerah Hadiah
Seni. Karena pengabdiannya di bidang seni pedalangan, beliau mendapat anugerah dari Keraton Surakarta, Hadiah dari Hamengku Buwana X, mendapat
sebutan sebagai abdi dalem keraton.
6
Beliau tergabung di dalam Perkumpulan Seni Wayang Kulit Smarangan, bersama dalang-dalang yang berada di daerahnya, Ki Sudardi merupakan salah
seorang dalang yang dikenal pada masanya. Ki Sudardi dikenal piawai dalam menggarap catur dan dramatisasi dalam
adegan-adegan. Sebagai seorang dalang beliau memfaforitkan beberapa dalang pendahulu, di antaranya adalah Ki Pujosumarto, Ki Nyoto Carito, Ki Harjocarito,
Ki Nartosabda, Ki Amat Cremodisono dll. Dalam meniti kesuksesan dalam berkarya, beliau berpendapat bahwa seorang dalang harus bisa mengikuti situasi
dan kondisi serta berpedoman Trikarsa: Melestarikan, mengembangkan dan mengagungkan
wayang.
b. Pendidikan Ki Sudardi 1.
Secara Formal
H. Sudardi, yang akrap di panggil Ki Sudardi dalam perilaku keseharinannya sejak duduk di bangku SD sudah menampakan sosok pribadi yang
kreatif dan dinamis dalam bergaul sesama teman seusianya. Setelah selesai mengenyam pendidikan tingkat dasar SD pada tahun
1958, Ki Sudardi melanjutkan sekolah ke menengah tingkat pertama SMP, pada
6
Arsip pementasan wayang kulit Ki Sudardi, Pringapus Semarang, 10 November 2007
masa-masa itu konsentrasi masa belajarnya banyak tertganggu oleh hobinya mendalami ilmu pedalangan sampai lulus SMP pada tahun 1961. dengan tekadnya
untuk segera bisa mendalang termotivasi oleh dalang-dalang yang pernah pentas di daerahnya. Selain itu Ki Sudardi juga pernah belajar mendalang oleh dalang Ki
Pujosumarto dan Ki Nyoto Carito.
7
Pengalaman serta prestasi yang telah diraihnya sebagai juara dalang se- kecamatan klepu yang diadakan oleh lurah desa Pringapus Semarang pada tahun
1965, sedang pada tahun 1984 Ki Sudardi mendapat anugerah Hadiah Seni. Karena pengabdiannya di bidang seni pedalangan, beliau mendapat anugerah dari
Keraton Surakarta, Hadiah dari Hamengku Buwana X, mendapat sebutan sebagai abdi dalem keraton, dan Ia merupakan salah satu dari beberapa dalang yang
pernah ditugasi mendalang oleh beliau, pada masa pemerintahannya. Dalang lainnya yang juga mendapatkan kehormatan tampil di Istana kesultanan adalah
dalang-dalang pilihan pada jamannya. Tidak banyak dalang yang mendapat kesempatan itu.
8
2. Secara Non-formal