Menurut ulama Islam akad berakhir disebabkan terpenuhinya tujuan akad tahqiq gharadh al-‘aqd, Fasakh, infisakh, kematian, dan ketidak-izinan ‘adal
al-ijazah dari pihak yang memilki kewenangan dalam akad mauquf.
a. Suatu akad dipandang berakhir apabila tujuan akad telah tercapai. Dalam akad
jual beli misalnya, akad dipandang telah berakhir apabila barang telah berpindah tangan kepada pembeli dan harganya telah menjadi milik penjual.
Dalam akad gadai rahn dan jaminan kafalah akad dipandang telah berakhir apabila utang telah dibayar. Demikian juga, akad berakhir disebabkan
berakhirnya masa akad intiha’ muddah al-‘aqad. Jika masa kontrak sudah berakhir misalnya, maka akad sewa menyewa sudah habis dan akad menjadi
berakhir atau selesai dengan sendirinya.
b. Faskah. Sebuah akad berakhir disebabkan fasakh pemutusan. Dalam akad
yang mengikat bagi para pihak, ada beberapa alasan yang menyebabkan akad dapat atau bahkan harus di fasakh:
1. Disebabkan akad dipandang fasad, misalnya menjadi sesuatu yang tidak
jelas spesifikasinya atau menjual sesuatu dengan dibatasi waktu. Jual beli semacam itu dipandang fasad, dan karenanya harus wajib di fasakh, baik
oleh para pihak yang berakad maupun hakim, kecuali terdapat hal-hal yang menyebabkan fasakh tidak dapat dilakukan seperti pihak pembeli telah
menjual barang yang dibelinya.
2. Disebabkan adanya khiyar. Pihak yang memiliki hak khiyar, baik khiyar
syarat, khiyar ‘aib, khiyar ru’yah maupun lainnya dibolehkan untuk
melakukan fasakh akad yang telah dilakukannya. 3.
Disebabkan iqalah. Iqalah adalah fasakh terhadap akad berdasarkan kerelaan kedua belah pihak ketika salah satu pihak menyesal dan ingin
mencabut kembali akad yang telah dilakukannya. 4.
Disebabkan ‘adam al-tanfidz, yakni kewajiban yang ditimbulkan oleh akad tidak dipenuhi oleh para piihak atau salah satu pihak bersangkutan. Jika hal
itu terjadi, akad boleh fasakh. Misalnya dalam akad yang mengandung khiyar naqd
khiyar pembayaran.
c. Infisakh, yakni putus dengan sendirinya dinyatakan putus, putus demi
hukum. Sebuah akad dinyatakan putus apabila isi akad tidak mungkin dapat dilaksanakan istihalah al-tanfidz disebabkan afat samawiyah force
majeure . dalam akad jual-beli misalnya barang yang dijual rusak di tangan
penjual sebelum diserahkan kepada pembeli. Dengan demikian, akad jual beli misalnya barang yang dijual rusak ditangan penjual sebelum diserahkan
kepada pembeli. Dengan demikian, akad jual beli dinyatakan putus dengan sendirinya infisakh, karena pelaksanaan akad yang dalam hal ini
menyerahkan barang mustahil dapat dilakukan.
d. Kematian