1 Akad sewa menyewa ijarah. Menurut Hanafiyah, akad ijarah berakhir
disebabkan kematian salah satu pihak, namun tidak berakhir menurut mazhab yang lain.
2 Akad rahn dan kafalah. Kedua akad ini adalah bentuk akad yang hanya
mengikat satu pihak yaitu pihak kreditur da’in, pemegang gadai dan makful lah
penerima manfaat kafalah. 3
Jika pemberi gadai meninggal, akad menjadi berakhir dan barang gadaian dijual oleh washiy, pengampu untuk membayar utangnya apabila ahli
waris masih di bawah umur. Akan tetapi, jika ahli warisnya orang dewasa, mereka bisa membayarkan utang pewaris pemberi gadai guna
menyelamatkan barang gadaian. 4
Dalam akad kafalah kafalah bi al-dain, akad tidak berakhir disebabkan kematian debitur madin. Akad baru berakhir dengan pembayaran utang
kepada kreditur dain atau pembebasan utang ibra’. Jika kafil pemberi garansi meninggal dunia, utang yang digaransinya dibayar dari harta
peninggalannya.
B. Mudharabah dalam Perbankan Syari’ah
1. Pengertian
Mudharabah berasal dari kata Dharb, berarti memukul atau berjalan.
Pengertian berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan
kakinya dalam menjalankan usahanya.
18
Mudharabah disebut juga Muqorodoh, asal kata qiradh yang berarti memotong, karena pemilik harta memotong
sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh keuntungan
19
. Sedangkan pengertian Mudharabah sangat banyak diungkapkan oleh para
pemikir ekonomi Islam maupun ulama fiqh. Diantaranya Drs Rasyad Hasan, memberikan pengertian Mudharabah dengan cukup representative. Mudharabah
yaitu suatu akad kontrak yang memuat penyerahan modal khusus atau semaknanya tertentu dalam jumlah jenis dan karakter sifat dari orang yang
diperbolehkan dewasa dan bijaksana, yang ia pergunakan untuk berdagang dengan pembagiannya dalam kesepakatan
20
. Pengertian lain diungkapkan yaitu Mudharabah adalah suatu perjanjian usaha
antara pemilik modal dengan pengusaha, dimana pemilik modal menyediakan seluruh dana yang diperlukan dan pihak pengusaha melakukan pengelolaan usaha
atas hasil usaha, bersama ini dibagi sesuai dengan kesepakatan pada waktu pembiayaan ditandatangani yang dituangkan dalam bentuk nisbah misalnya
60:40 atau 65:35
21
. Menurut Afzalurrahman, Mudharabah adalah suatu kontrak kemitraan
Patnership yang berlandaskan bagi hasil usaha dengan cara seseorang
18
M.Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, h.95
19
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Bandung: PT Al Ma’rif, 1997, h.31
20
Hertanto Widodo, dkk., PAS Panduan Akutansi Syari’ah Panduan Praktis Operasional Baitul Maal wa Tamwil
, Bandung : Mizan, 1999, h.51
21
Drs. H. Karnaen Perwataatmadja, MPA, dan H. Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Syari’ah,
Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992, h. 22
memberikan modalnya kepada yang lain untuk melakukan bisnis dan kedua belah pihak membagi keuntungan dan memiliki kerugian berdasarkan isi
perjanjian bersama. Pihak pertama sebagai supplier harta atau pemilik modal dan pihak kedua, pengelola atau mudhorib
22
. Dengan demikian, apabila ada kerja sama dalam menggerakkan roda
perekonomian, maka kedua belah pihak akan mendapatkan keuntungan modal dan skill keterampilan dipadukan menjadi satu. Kerja sama dalam bentuk ini
disebut mudharabah ﺔ رﺎ
ا oleh ulama Irak, dan disebut Qiradh القراض oleh ulama Hijaz. Sedangkan Ulama fikih mendefinisikan Mudharabah atau
Qiradh dengan: “Pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pekerja
pedagang untuk diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu dibagi menurut kesepakatan bersama”. Apabila terjadi kerugian, maka kerugian itu
sepenuhnya ditanggung oleh pemilik modal. Hal ini hendaknya dapat dipahami, bahwa yang rugi tidak hanya pemilik modal saja, tetapi juga pekerja pelaksana,
yaitu rugi pikiran dan tenaga
23
.
2. Hukum dan Dasar Hukum Mudharabah