Keabsahan Aqdu Al-Idz’an kontrak kepatuhan

b. ‘Aqdu Al-Idz’an dengan harga yang tidak adil, atau memiliki Ghaban Fahisy yaitu ketidak seimbangan antara objek akad dengan harga yang memberatkan salah satu pihak. Dalam keadaan ini diperlukan intervensi atau ikut campur tangan pemerintah dalam menetapkan harga agar tidak terjadi tindakan monopoli oleh salah satu pihak kepada pihak yang lemah.

3. Keabsahan Aqdu Al-Idz’an kontrak kepatuhan

‘Aqdu Al-Idz’an sebagai kontrak yang banyak di perselisihkan oleh para ulama memiliki tingkat keabsahan yang berbeda yaitu 44 : 1. Pendapat pertama mengatakan bahwa ‘aqdu al-idz’an itu adalah kontrak yang tidak sebenarnya. Karena dalam kontrak ini tidak ada kebebasan dalam berkontrak, sesuai dengan penamaannya idz’an yang berarti tunduk dan patuh, nasabah hanya bisa mematuhi semua ketentuan yang disodorkan. Kontrak lebih dipandang sebagai undang-undang yang memiliki kekuatan hukum yang mengikat antara kedua belah pihak yang bertransaksi, legalitas hukumnya disetarakan dengan undang-undang, sehingga tidak boleh ada yang mengingkarinya dan akad tidak dapat dibatalkan. 2. Pendapat kedua mengatakan bahwa ‘aqdu al-idz’an itu adalah kontrak yang sebenarnya, karena kontrak ini atas kesepakatan kedua belah pihak dimana ketika persyaratan-persyaratan yang diajukan oleh Bank diterima oleh Nasabah. Keadaan seperti ini adalah permasalahan ekonomi bukan perumusan dari undang-undang yang diselesaikan dengan cara menguatkan kedudukan 44 Ib id h.279 pihak yang lemah dari pihak yang kuat, bukan dengan cara menghilangkan substansi akad.

BAB III PROFIL PT BANK NEGARA INDONESIA SYARI’AH BNI Syari’ah Tbk

A. Sejarah PT Bank Negara Indonesia Syari’ah Tbk

Pada awalnya PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk, merupakan bank umum pemerintah pertama yang berdiri pada tanggal 5 Juli 1946. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan untuk mewujudkan cita-cita BNI menjadi Universal Banking. BNI menjadi salah satu pelopor dalam pengembangan Bank Syari’ah di Indonesia. Sesuai dengan Undang-undang NO.10 Tahun 1998 yang memungkinkan bank-bank umum untuk membuka layanan syari’ah. BNI membuka layanan perbankan yang sesuai dengan prinsip syari’ah dengan konsep dual banking system, yakni penyediaan dua layanan perbankan, umum dan syari’ah sekaligus. Diawali dengan pembentukan tim bank syari’ah di tahun 1999, Bank Indonesia kemudian mengeluarkan izin prinsip dan usaha untuk beroperasinya Unit Usaha Syari’ah BNI menerapkan strategi pengembangan jaringan cabang syari’ah 45 . Pendirian BNI Syari’ah diawali dengan pembentukan Tim Bank Syari’ah pada tahun 1999, di antaranya yaitu Maryono, Mungin, Endan Kusnadi dan lain-lain. Kemudian Bank Indonesia mengeluarkan izin prinsip dan usaha beroperasionalnya Unit Usaha Syari’ah BNI. Keputusan BNI untuk membuka divisi usaha syari’ah merupakan jawaban terhadap tuntutan pasar. Hal ini ditunjang dengan landasan 45 BNI Syari’ah, Profil Perusahaan, Jakarta: BNI Syari’ah, h.2. 49