Faktor-Faktor Kepuasan Kerja Kepuasan Kerja 1. Pengertian Dan Hakikat Kepuasan Kerja

a. Nama perusahaan b. Imbalan dan penghargaan c. Kesempatan promosi d. Isi pekerjaan e. Sistem pengawasan f. Hubungan antar pekerja g. Hari depan yang lebih baik 42 Menurut Darsono, dan Tjatjuk Siswandoko, nama perusahan mempengaruhi kepuasan kerja seseorang, karena orang yang bekerja disebuah perusahaan atau sekolah yang namanya sudah dikenal baik oleh masyarakat akan menimbulkan kepuasan tersendiri, sebab nama perusahaan atau sekolah yang telah dikenal baik oleh masyarakat maka kualitas organisasi tersebut juga baik. Imbalan dan penghargaan juga menjadi faktor penentu kepuasan kerja, karena imbalan dan penghargaan yang sesuai dengan beratnya pekerjaan yang mereka jalani akan memberikan kepuasan kerja kepada pegawai. Selanjutnya seorang pegawai yang memiliki kesempatan promosi juga menjadi faktor kepuasan kerja. Isi pekerjaan juga mempengaruhi kepuasan kerja pegawai, karena pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan pegawai akan menimbulkan kepuasan, begitupun sebaliknya. Sistem pengawasan pemimpin yang sesuai dengan suasana dan kondisi organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja para pegawai. Hubungan antara atasan-bawahan, dan hubungan anatara rekan sejawat sangat berpengaruh terhadap kenyamanan seseorang dalam bekerja, jika hubungan tersebut buruk, maka tidak akan terjadi kepuasan kerja begitupun sebaliknya. hari depan yang baik adalah kesejahteraan pegawai yang bekerja dalam organisasi tersebut. 42 Darsono, Tjatjuk Siswandoko, Manajemen Sumber Daya Manusia Abad 21, Jakarta: Nusantara Consulting, 2011, h. 216 Robbins menjelaskan bahwa kepuasan kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut : a. Tipe kerja b. Rekan kerja c. Tunjangan d. Diperlakukan dengan hormat dan adil e. Keamanan kerja f. Peluang menyumbangkan gagasan g. Upah h. Pengakuan terhadap kinerja i. Kesempatan untuk maju. 43 Menurut Robins tiap kerja mempengaruhi kepuasan kerja seseorang, sebab tipe kerja yang sesuai dengan kemampuan akan menghasilkan pekerjaan yang baik. Rekan kerja yang baik dan saling membantu juga menjadi faktor penentu kepuasan kerja seseorang, dengan memiliki rekan kerja yang saling membantu, dan hubungan kerja yang baik akan membuat nyaman dalam bekerja. Tunjangan dan upah yang sesuai dengan beratnya pekerjaan akan berpengaruh terhadap keberhasilan sebuah organisasi, karena tunjangan yang sesuai, perlakuan adil, dan mendapatkan keamanan dari pemimpin kepada bawahannya akan meningkatkan kenyamanan seseorang dalam bekerja yang nantinya berpengaruh juga terhadap keberhasilan tujuan organisasi. Pemimpin yang memberikan kebebasan kepada para pegawainya untuk menyumbangkan gagasannya untuk perusahaan akan memberikan rasa puas untuk pegawai, karena ia merasa dihargai, dan didengar pendapatnya. Pengakuan terhadap kinerja adalah penghargaan dari pemimpin terhadap pegawai atas hasil kerja yang telah ia kerjakan. Dan sebuah organisasi dan seorang pemimpin yang mau mengajarkan pegawainya agar lebih maju akan sangat berpengaruh terhadap kepuasan kerjanya, kesempatan untuk maju dirasakan perlu oleh pegawai agar pekerjaannya lebih baik. 43 Ibid Menurut Eburt faktor-faktor yang ikut menentukan kepuasan kerja sebagai berikut: a. Faktor hubungan antara karyawan: 1 Hubungan langsung antara manajer dengan karyawan, 2 Faktor psikis dan kondisi kerja, 3 Sugesti teman sekerja, 4 Emosi dan situasi kerja. b. Faktor individual: 1 Sikap, 2 Umur, 3 Jenis Kelamin. c. Faktor-faktor luar: 1 Keadaan keluarga, 2 Rekreasi, 3 Pendidikan. 44 Eburt menyatakan bahwa terdapat tiga faktor yang ikut menentukan kepuasan kerja, faktor petama yaitu faktor hubungan antara karyawan. Hubungan yang baik antara atasan-bawahan, dan antara rekan sejawat menjadi faktor pertama penentu kepuasan kerja seorang pegawai. Karena hubungan yang baik akan menghasilkan kenyamanan dalam lingkungan organisasi. Kepercayaan seorang pemimpin kepada bawahannya untuk bekerja lebih baik, dan menyalurkan pendapat akan sangat berpengaruh terhadap kenyamanan seorang dalam bekerja, mereka dianggap mampu dan dipercaya untuk melaksanakan tugasnya dengan baik. Faktor psikis dan dan kondisi kerja yang baik akan mengasilkan kenyaman kerja seseorang, sebab kondisi kerja yang nyaman akan berpengaruh terhadap kenyaman seseorang dalam bekerja. Emosi yang stabil dan situasi kerja yang baik mendukung ketercapaian tujuan organisasi dengan efektif dan efisien, karena emosi yang stabil dan situasi kerja yang baik menimbulkan kenyamanan 44 Anan Nur, Telaga Ilmu, Manajemen, Pendidikan, diakses pada tanggal 6 februari 2013 http:anan-nur.blogspot.com201102kepuasan-kerja.html seseorang dalam bekerja, dan akan berakibat kepada hasil pekerjaan yang maksimal. Faktor yang kedua adalah faktor individual yaitu faktor sikap, umur, jenis kelamin. Setiap manusia pasti memiliki sikap dan kepribadian yang berbeda-beda. Dalam sebuah organisasi, sikap- sikap tersebut harus dipersatukan dan harus mengurangi tingkat keegoisan masing-masing. Organisasi yang para pegawainya tidak mengandalkan ego masing-masing akan menjadi organisasi yang baik dan maju. Dan didalam organisasi tidak hanya sikap yang berbeda-beda, tetapi umur juga berbeda. Perbedaan umur akan menghasilkan perbedaan tingkat keegoisan, ini juga menjadi penyebab kepuasan atau ketidakpuasan kerja para pegawai. Faktor jenis kelamin juga menjadi faktor penentu kepuasan kerja seseorang, karena kemampuan laki-laki dan perempuan pasti berbeda, jika ketiga hal tersebut tidak menjadi masalah, maka akan terjadi kepuasan kerja para pegawai dan organisasi tersebut berjalan dengan baik sehingga tujuan dari organisasi berjalan dengan efektif dan efisien. Faktor dari luar juga berpengaruh terhadap kepuasan kerja, yaitu tuntutan keluarga, rekreasi dan pendidikan. Tuntutan dan keadaan keluarga berpengaruh terhadap kepuasan kerja, jika seorang pegawai bekerja di dalam sebuah perusahaan kecil tetapi tuntutan keluarga tinggi, maka pegawai tersebut tidak akan merasa puas dengan pekerjaanya. Hiburan juga dibutuhkan untuk kepuasan batiniah pegawai. Hiburan dapat mempererat hubungan antara atasan-bawahan ataupun antara rekan sejawat. Dan yang terakhir adalah pendidikan. Pegawai dengan pendidikan tinggi akan berbeda dengan yang memiliki pendidikan dibawahnya. Faktor pendidikan biasanya mempengaruhi faktor gaji yang diterima para pegawai. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi kepuasan kerja pegawai. Faktor yang menyebabkan kepuasan kerja adalah faktor pekerjaan. Pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya sangat berpengaruh terhadap ketercapaian kepuasan kerja yang tinggi. Jika ia merasa tugas yang diberikan sesuai dengan keahliannya, maka ia dengan senang hati akan mengerjakan pekerjaannya dengan semangat. Rekan kerja juga menunjang kepuasan kerja seseorang, karena dengan memiliki motivasi kerja yang baik dari rekannya akan sangat membantu kenyamanan kerjanya, ia akan senang dengan pekerjaanya karena ia mendapat dukungan dari rekan kerjanya. Komunikasi yang baik antar rekan kerja juga sangat membantu ketercapaian kepuasan kerja yang baik. Selanjutnya adalah faktor tunjangan dan upah yang diterima juga menjadi faktor penentu kepuasan kerja, karena pujian atas hasil kerja yang baik memberikan rasa bangga terhadap dirinya, dan memacu untuk bekerja lebih baik. Gaji yang sesuai dengan besarnya tanggungjawab, dan sesuai dengan kebutuhan pribadi akan membantu ketercapaian kinerja yang baik yang berarti kepuasan kerjanya tinggi. Perlakuan hormat dan adil dari atasan kepada seluruh bawahannya juga sangat berpengaruh penting terhadap ketercapaian tujuan dan kinerja yang baik, karena perlakuan yang baik berarti seseorang dihormati, di beri kenyamanan dan keamanan bekerja dalam organisasiperusahaan tersebut. Kepala sekolah yang mau menerima masukan, kritikan dan saran dari bawahannya, dan bahkan ia mengembangkan potensi para bawahannya juga menjadi faktor penentu kepuasan kerja seseorang dalam bekerja. Ia merasa didengarkan dan diperhatikan oleh atasannya dan merasa diberi kesempatan untuk maju. Kesempatan untuk maju juga menjadi faktor, sebab ia dapat mengembangkan dirinya menjadi lebih baik.

C. Kerangka berpikir

Pendidikan di Negara ini masih banyak masalah dan jauh dari harapan. Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, salah satunya adalah kepuasan kerja guru. Guru yang tidak merasa puas akan bermalas-malasan dalam melakuan seluruh pekerjaan. Dan sebaliknya guru yang merasa puas akan menciptakan iklim organisasi yang baik yang nantinya akan berpengaruh terhadap kualitas para siswa. Untuk memperbaiki kepuasan kerja para guru adalah terlebih dahulu memperbaiki dan meningkatkan kualitas pemimpin. Pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang baik dan sesuai dengan suasana dan kondisi organisasi dan dapat mempengaruhi bawahannya, akan berakibat kepada ketercapaian tujuan organisasi dengan baik. Kepala sekolah yang memiliki hubungan yang baik dengan bawahannya akan menciptakan kepuasan kerja pegawainya. Goerge R. Terry merumuskan bahwa kepemimpinan itu adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang agar diarahkan mencapai tujuan organisasi. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Variabel X Kepuasan kerja Guru Variabel Y

D. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis yang dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya. Dari suatu penelitian yang harus diuji kebenarannya melalui jalan riset. Dengan kata lain hipotesis merupakan dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah yang membutuhkan pembuktian atau diuji kebenarannya. Dari gambaran di atas dapat diajukan hipotesisnya sebagai berikut : Ho : Diduga terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru di SMK Yadika 5 Ha : Diduga tidak terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan kepela sekolah terhadap kepuasan kerja guru di SMK Yadika 5 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Yadika 5 Pondok Aren yang berlokasi di Jln Jurang Mangu Barat Raya No 25A, Pondok Aren Tangerang, Banten 15223. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013. B. Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini adalah metode korelasional, regresi , yaitu mencari pengaruh antara gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru. Dalam buku metodologi penelitian menurut Emzir, metode korelasional bertujuan untuk “menentukan apakah, dan untuk tingkatan apa, terdapat hubungan antara dua atau lebih variabel yang dapat dikuantitatifkan. Tingkatan hubungan diungkapkan sebagai suatu koefisien korelasi. ” 1 Peneliti dalam hal ini mengaitkan hubungan antara gaya 1 Emzir, metodelogi penelitian pendidikan, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada 2012 h. 38 kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru di sekolah SMK Yadika 5 Pondok Aren – Tangerang. C. Populasi Dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di SMK Yadika 5 Pondok Aren, yaitu berjumlah 31 orang guru. Maka peneliti mengambil sample acak dari keseluruhan populasi yang ada yaitu berjumlah 10 orang guru. D. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variable yang saling berkaitan, yaitu : 1. Variabel bebas atau independen X yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah. 2. Variable terkait atau dependen Y yaitu kepuasan kerja guru.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan metode sebagai berikut : 1. Angket Angket digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Tiap pertanyaan dalam angket ini merupakan bagian dari hipotesis yang ingin diuji. Angket di bagikan kepada seluruh guru yang ada di SMK Yadika 5 Pondok Aren. Angket ini berisi pertanyaan tentang fakta-fakta yang dianggap dikuasai oleh responden yang berkenaan dengan gaya kepemimpinan kepala sekolah dan kepuasan kerja guru. Angket tersebut terdiri dari 31 butir soal untuk variabel X Gaya kepemimpinan kepala sekolah, dan 31 butir soal untuk variabel Y Kepuasan Kerja Guru. 2. Observasi Observasi adalah cara pengambilan data dengan menggunakan pengamatan langsung. Pengamatan data secara langsung dilaksanakan terhadap subjek sebagaimana adanya dilapangan. Observasi ini dilaksanakan di SMK Yadika 5 Pondok Aren sebagai objek sasaran dari penelitian. 3. Dokumentasi Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Dokumentasi dibutuhkan untuk melengkapi data-data sekolah yang dibutuhkan.

F. Instrumen

1 Variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah X a. Definisi Konseptual Gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah kemampuan kepala sekolah untuk mempengaruhi atau mendorong seseorang atau sekelompok orang agar bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan tertentu atau sasaran dalam situasi tertentu. b. Definisi Operasional Gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini dapat diukur dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner sebanyak 25 butir pertanyaan yang mencerminkan indikator gaya kepemimpinan kepala sekolah. c. Kisi-kisi Instrumen Variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah X