Macam-Macam Gaya Kepemimpinan Gaya Kepemimpinan 1. Konsep Pemimpin dan Kepemimpinan
ia menghargai setiap pendapat dan gagasan dari para bawahannya untuk kebaikan organisasi.
Pemimpin yang berorientasi pada hubungan juga dengan leluasa memberikan kesempatan kepada para pegawai untuk
menyumbangkan ide-ide dan mengajak pegawainya untuk ikut andil dalam menentukan jawaban dari setiap permasalahan yang
ada disekolah. Pemimpin dalam hal ini mengutamakan hubungan yang baik antara atasan-bawahan dan antar sesama rekan kerja.
Pemimpin ini mengutamakan kenyamanan para bawahan dalam bekerja.
Pada dimensi struktur tugas, Fiedler berpendapat bahwa apabila tugas-tugas tersebut telah jelas, mutu daripada penyelenggaraan
kerja akan lebih mudah dikendalikan dan anggota-anggota kelompok dapat lebih jelas pertanggungjawabannya dalam
pelaksanaan kerja, daripada apabila tugas-tugas itu tidak jelaskabur.
19
Tugas yang diberikan oleh pemimpin harus jelas karena ketepatan pekerjaan yang dilakukan oleh para pegawai akan
berpengaruh terhadap ketercapaian tujuan organisasi. Tugas-tugas yang jelas, arahan dan pengontrolan yang baik dari pemimpin akan
sangat membantu memaksimalkan kinerja para pegawai.
Gaya kepemimpinan
berorientasi tugas
dan gaya
kepemimpinan yang berorientasi hubungan digunakan secara efektif apabila hubungan pemimpin dengan anggotanya, struktur
tugas dan posisi kekuasaan sebagai berikut :
19
Soewarno Hendayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi Dan Manajemen, Jakarta: PT Dharma Karsa Utama, 1990, h. 79
Hubungan pemimpin
dengan anggotanya
+ Struktur tugas
+ Posisi
kekuasaan
Gaya kepemimpinan
Yang efektif
:
Gaya yang berorientasi pada tugas
: Gaya yang berorientasi pada hubungan
Gambar 2.1 Kombinasi Variabel Situasional
Pemimpin yang berorientasi pada tugas berhasil dengan efektif menyelesaikan
tugas-tugasnya dalam
situasi yang
menguntungkan kolom 1, 2, 3 dan dalam situasi yang paling tidak menyenangkan kolom 8. Pada kolom situasi 1, 2, dan 3;
situasi sangat menyenangkan, suasana kelompok baik, dan tuigas-tugas terstruktur; pemimpin dihormati, pelaksanaan tugas
1 2
3 4
5 6
7 8
Baik Tinggi
Kuat Baik
Tinggi Lemah
Baik Rendah
Kuat Baik
Rendah Lemah
Buruk Tinggi
Kuat Buruk
Tinggi Lemah
Buruk Rendah
Kuat Buruk
Rendah Lemah
T T
T H
H H
H T
Menu ju
T
H
yang ada memungkinkan kebebasan untuk memberi hadiah dan hukuman kepada bawahan tertata dengan jelas dan spesifik.
20
Pada situasi yang tidak menyenangkan kolom 8, posisi kekuasaan
pemimpin rendah.
Gaya kepemimpinan
yang berorientasi pada tugas akan berjalan dengan baik jika
pemimpinnya memiliki profesionalisme tinggi. Gaya yang berorientasi pada hubungan akan efektif digunakan
dalam situasi yang relatif menyenangkan kolom 4, 5, 6, dan 7. Kolom 5, pemimpin tidak disukai oleh anggota kelompok karena
kondisi tugas yang terstruktur. Kolom 4, pemimpin disukai oleh anggota kelompoknya tetapi tugas-tugas tidak terstruktur.
Pemimpin yang berorientasi pada hubungan dapat bekerja dengan efektif apabila mendapat dukungan dari kelompoknya. Tugas
seorang pemimpin yang berorientasi pada hubungan adalah dengan menjaga hubungan baik antar kelompok.
Menurut Hersey dan Blanchard, hubungan antara pimpinan dan anggotanya mempunyai empat tahapfase yang diperlukan bagi
pimpinan untuk mengubah gaya kepemimpinan, yaitu : a. Pada kesiapan awal perhatian pimpinan pada tugas sangat
tinggi, anggota diberi instruksi yang jelas dan dibiasakan dengan peraturan, struktur dan prosedur kerja.
b. Tahap selanjutnya adalah dimana anggota sudah mampu menangani tugasnya, perhatian pada tugasnya sangat
penting karena bawahan belum dapat bekerja tanpa struktur. Kepercayaan pimpinan pada bawahan semakin
meningkat.
c. Tahap ketiga dimana anggota mempunyai kemampuan lebih besar dan motivasi berprestasi mulai tampak dan
mereka secara aktif mencari tanggung jawab yang lebih besar, pemimpin masih harus mendukung dan memberikan
perhatian, tetapi tidak perlu lagi memberikan pengarahan.
d. Tahap yang terakhir adalah tahap dimana anggota mulai percaya diri, dapat mengarahkan diri dan berpengalaman,
20
Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer, Jakarta: Rajawali Press, 1990, h. 14
pemimpin dapat mengurangi jumlah perhatian dan pengarahan.
21
Tinggi Tingkah laku hubungan
memberikan tingkah laku untuk mendukung
Rendah Tingkah laku tugas
Memberikan pedomanpengarahan
Gambar 2.2 Model Kepemimpinan Situasional Hersey- Blanchard
22
Pada model 1 pemimpin memberikan pengarahan yang baik terhadap tugas para bawahannya agar mereka maksimal dalam
mengerjakan pekerjaannya, ia memotivasi para bawahannya dengan baik sehingga pekerjaan menjadi lebih baik. Tetapi dalam
model ini, antara pemimpin dengan bawahannya tidak memiliki hubungan yang baik, ia lebih mementingkan pekerjaannya daripada
hubungannya dengan para bawahan. Pada model 2 pemimpin memberikan pengarahan yang baik
terhadap tugas-tugas yang ia berikan, pemimpin memotivasi para bawahan dengan baik agar pekerjaannya lebih baik, anggota
diberikan instruksi yang baik oleh pemimpin, dan dalam model ini antara pemimpin dengan para bawahannya memiliki hubungan
yang baik, ia menaruh kepercayaan kepada para bawahannya
21
Veithzal Rivai, Deddy Mulyadi, Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011, h. 16
22
Ibid
Hubungan tinggi dan
tugas rendah 3
Tugas tinggi dan hubungan
tinggi 2
Hubungan rendah dan
tugas rendah 4
Tugas tinggi dan hubungan
rendah 1
dengan baik, dan percaya terhadap para bawahannya bahwa mereka mampu dan bisa mengerjakan semua pekerjaannya.
Pada model 3 hubungan antara pemimpin dengan anggotanya berjalan dengan baik, pemimpin memotivasi para bawahan dengan
baik, pemimpin memberikan kesempatan kepada para bawahan untuk ikut andil dalam mengeluarkan pendapat yang positif untuk
kemajuan organisasi. Tetapi dalam model ini pemimpin kurang memberikan pengarahan yang baik terhadap para bawahannya
mengenai tugas yang diberikan. Pada model 4 hubungan antara pemimpin dengan para
anggotanya rendah, dan dalam model ini pemimpin tidak memberikan pengarahan yang baik terhadap para bawahan.
Pemimpin dalam model ini tidak memperdulikan hubungannya dengan para bawahan, dan tidak memperdulikan bagaimana kinerja
para pegawai. Pada dimensi hubungan pemimpin dan anggota kelompok,
fiedler menganggap sangat penting dari sudut pandangan seorang
pemimpin, apabila
kekuasaan atas
dasar kedudukanjabatan dan struktur tugas dapat dikendalikan secara
lebih luas dalam suatu badan usahaorganisasi dan selama anggota kelompok suka melakukan dan penuh kepercayaan
terhadap pemimpinnya dan suka mengikuti kepemimpinannya.
23
Fiedler memberikan perhatian mengenai pengukuran orientasi kepemimpinan dari seorang individu. Ia mengembangkan Least-
Preferred Co-Worker LPC Scale untuk mengukur dua gaya kepemimpinan :
a. Gaya berorientasi tugas, yang mementingkan tugas atau otoritatif.
b. Gaya berorientasi hubungan, yang mementingkan hubungan kemanusiaan.
Sedangkan kondisi situasi terdiri dari dua faktor utama, yaitu :
23
Soewarno Hendayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi Dan Manajemen, Jakarta: PT Dharma Karsa Utama, 1990, h. 80
a. Hubungan pemimpin-anggota, yaitu derajat baikburuknya hubungan antara pemimpin dan bawahan.
b. Struktur tugas, yaitu derajat tinggirendahnya strukturisasi, standardisasi dan rincian tugas pekerjaan.
24
Hubungan antar manusia yang baik adalah landasan penting untuk terciptanya sebuah organisasi yang baik. Hubungan yang
baik antara kepala sekolah dengan guru akan memperbaiki tugas dan kualitas pekerjaan para guru. Guru tidak sungkan
mengeluarkan pendapatnya dalam berbagai forum sebagai usaha untuk
meningkatkan kualitas
sekolah dan
memberikan pendapatnya agar kualitas sekolah semakin meningkat. Jika tidak
ada hubungan yang baik antara guru dengan kepala sekolah, para guru takut untuk mengeluarkan pendapat mereka dan pikiran
mereka tidak berkembang karena pemimpin tidak memberikan kebebasan kepada para guru untuk mengeluarkan pendapat mereka.
hubungan antara kepala sekolah dengan guru yang baik, menjadikan kualitas sekolah lebih baik.
Kepala sekolah yang memiliki kedekatan dan memiliki hubungan yang baik dengan para guru, ia akan dengan gampang
mempengaruhi kinerja para guru, mengontrol setiap pekerjaan para guru dengan efektif. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi
kepuasan kerja guru adalah hubungan yang baik antara kepala sekolah dengan guru, karena dengan hubungan yang baik maka
akan tercipta iklim organisasi yang baik. Guru yang memiliki kedekatan hubungan yang baik dengan kepala sekolah akan merasa
senang bekerja, karena kepala sekolah memberikan motivasi agar pekerjaannya lebih baik, kepala sekolah mendorong para guru
untuk bekerja lebih baik dari sebelumnya.
24
Veithzal Rivai, Deddy Mulyadi, Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011, h. 12
Telaah kepemimpinan yang dilakukan pada pusat riset Universitas
of Michigan,
melalui penelitian
ini mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan yang berbeda,
disebut sebagai job-centered yang berorientasi pada pekerjaan dan employee-centered yang berorientasi pada karyawan.
a. Pemimpin yang job-centered Pemimpin yang berorientasi pada tugas menerapkan
pengawasan ketat, sehingga bawahan melakukan tugasnya dengan menggunakan prosedur yang telah ditentukan.
b. Pemimpin yang berpusat pada bawahan Mendelegasikan pengambilan keputusan pada bawahan dan
membantu pengikutnya dalam memuaskan kebutuhannya dengan cara menciptakan lingkungan kerja yang suportif.
25
Sama halnya dengan pendapat-pendapat yang sebelumnya bahwa
pemimpin yang
berorientasi pada
tugas sangat
memperhatikan tugas-tugas para bawahannya. Pemimpin ini menerapkan pengawasan yang ketat, mengandalkan hukuman
kepada para pekerja yang tidak melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur. Menurutnya perhatian terhadap para pekerja
adalah sesuatu yang mewah. Jika pemimpin yang berorientasi terhadap hubungan manusia, ia lebih memperhatikan hubungan
yang baik dan lingkungan atau iklim organisasi yang baik, karena menurutnya dengan mempunyai hubungan kerja yang baik dengan
para bawahan, maka akan sangat mudah untuk mempengaruhi dan mengevaluasi pekerjaan para bawahan. Ia mendelegasikan
pengambilan keputusan kepada bawahannya, karena ia ingin para anggotanya ikut andil dalam mengeluarkan pendapat demi
ketercapaian tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Sondang. P. Siagian dalam bukunya, dari sudut gaya
manajerialnya, para pemimpin dalam berbagai bentuk organisasi dapat digolongkan dalam :
a. Tipe paternalistik b. Tipe Demokratik
26
25
Ibid
Terdapat beberapa macam tipe pemimpin menurut Sondang. P. Siagian dari sudut pandang gaya manajerialnya, yaitu tipe
paternalistik yaitu tipe pemimpin yang terlalu melindungi karena ia menganggap bawahannya adalah makhluk yang tidak dewasa, dan
tipe pemimpin ini, ia tidak memberikan kesempatan kepada para bawahannya untuk mengambil keputusan karena ia menganggap
dirinyalah yang paling tahu. Pemimpin ini jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya
kreasi mereka, jarang memberikan kesempatan para bawahannya untuk mengeluarkan pendapat bahkan ia tidak mengajak para
bawahannya untuk ikut andil dalam memutuskan jawaban dari setiap persoalan dalam organisasi. ia juga tidak memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan potensi dirinya dalam organisasi. Ia menganggap dirinyalah yang paling
tahu, maka dari itu ia tidak memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk maju.
Lain halnya dengan tipe demokratis, pada tipe ini ia senang menerima pendapat dari para bawahannya, ia dengan bebas
memberikan kesempatan kepada para bawahannya untuk mengeluarkan pendapatnya untuk kebaikan dan kemajuan
organisasi. Ia selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses darinya. Ia mengarahkan para bawahannya untuk berani
bertindak walaupun mungkin berakibat pada kesalahan agar para bawahannya tidak melakukan kesalahan yang sama. Pemimpin ini
memberikan kesempatan maju untuk para bawahannya. Ia juga berusaha mengembangkan dirinya menjadi lebih baik. Dalam hal
ini, pemimpin tidak memaksakan kehendaknya, ia selalu mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan
tujuan pribadi para bawahannya, dan ia selalu memberikan
26
Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008, h. 34-36
masukan-masukan atas keluhan-keluhan yang dialami oleh bawahannya. ia senang menerima pendapat bahkan kritikan dari
bawahannya, ia menganggap dengan kritikan dan pendapat ia dapat menjadi lebih baik dan organisasi juga dapat berjalan dengan baik
bahkan dapat lebih berkembang. Graves di Stanford University memberikan laporan “Group
Processes In Training Administrations” laporannya dalah
mengenai 4 tipe kepemimpinan yang antara lain terdiri dari : a. Tipe Autorian
b. Tipe Laizzes-faire c. Tipe demokratis
d. Tipe pseudo demokratis
27
Dalam bukunya, Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto berpendapat bahwa ada 4 tipe kepemimpinan berdasarkan laporan
“Group Process in Training Administration yaitu tipe autorian, yaitu seorang pemimpin yang bersifat ingin berkuasa, dan tidak
memberikan kesempatan kepada para anggota untuk ikut andil dalam memutuskan persoalan. Lain halnya dengan tipe laizzes
faire, tipe ini segala peraturan, kebijaksanaan suatu institusi berada di tangan anggota. Jika tipe demokratis, pemimpin dalam tipe ini
menghargai seluruh masukan dari para anggotanya, tetapi keputusan tetap berada di tangan seorang pemimpin. Jika tipe
pseudo demokratis, pemimpin ini adalah pemimpin demokrasi yang semu, pemimpin ini memberikan kesempatan kepada para
bawahan untuk ikut serta dalam mengambil keputusan, tetapi sebenarnya hal ini memanipulasi agar pendapatnya yang disetujui.
27
Hendiyat Soetopo, Wasty Soemanto, Kepemimpinan Dan Supervisi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara, 1988, h. 7-9
Tannenbaum dan Schmidt dalam artikel mereka yang dimuat dalam majalah
Havard Bussiness Review : “How To Choose a Leadership Pattern”, berargumen bahwa gaya kepemimpinan
otokratis dan
demokratis, keduanya
merupakan gaya
kepemimpinan, dan oleh karenanya dapat didudukkan dalam suatu kontinum dari perilaku pemimpin yang sangat otokratis
pada suatu ujung sampai pada perilaku pemimpin yang sangat demokratik pada ujung yang lain :
a. Gaya kepemimpinan kontinum Menurut Robert Tannenbaum dan Warren Schmidt
ada dua bidang pengaruh yang ekstrem. Pertama, bidang pengaruh pimpinan dan kedua, bidang
pengaruh kebebasan bawahan.
b. Gaya managerial Grid Dalam pendekatan ini manager berhubungan
dengan dua hal, yakni produksi disatu pihak dan orang-orang dipihak lain. Dalam hal ini ada gaya
yang efektif dan tidak efektif, yaitu :
1 Gaya efektif a Eksekutif
b Pencinta pengembangan c Otokratis yang baik hati
d Birokrat
2 Gaya tidak efektif a Pencinta kompromi
b Missionari c Otokrat
d Lari dari tugas Deserter.
28
Dalam bukunya terdapat dua gaya kepemimpinan, yaitu gaya kepemimpinan kontinum dan gaya kepemimpinan managerial grid.
Gaya kepemimpinan kontinum yang pertama adalah bidang pengaruh pimpinan dalam hal ini pemimpin menggunakan
otoritasnya dalam memimpin, dengan kata lain pada gaya yang pertama adalah gaya kepemimpinan yang bersifat otoriter, ia
menggunakan otoritasnya untuk memimpin, seluruh anggotanya harus melaksanakan apa yang ia perintahkan, dan dalam
pengambilan keputusan ia bersikap otoriter, keputusan berada
28
Miftah Toha, Perilaku Organisasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Utama, 2007, h. 302-314
ditangannya, dan tidak memberikan kesempatan kepada para bawahan untuk memberikan pendapatnya. Lain halnya dengan
yang kedua, yaitu bidang pengaruh kebebasan bawahan. Dalam hal ini pemimpin bersikap demokratis, ia mau menerima pendapat dari
para bawahannya, ia memberikan kebebasan kepada para bawahan untuk mengeluarkan pendapatnya. Pemimpin mengarahkan para
bawahan untuk mengeluarkan pendapatnya. Gaya yang kedua adalah gaya managerial grid dalam
pendekatan ini ada dua hal yaitu bagaimana seorang pemimpin memikirkan mengenai produksi dan hubungan antar personal.
Dalam gaya ini ia harus mempertimbangkan berapa banyak produksi yang harus dihasilkan dengan tidak mengurangi
hubungannya dengan para bawahan. Ia harus benar-benar mempertimbangkan keputusan yang akan ia ambil, memahami
prosedur, melakukan penelitian dan harus memiliki pemikiran yang kreatif, dengan tidak lupa memperhatikan kualitas pelayanan para
bawahan, dan menjadikan pekerjaannya berjalan dengan efektif dan efisien.
Dalam gaya manajerial grid terbagi menjadi dua gaya kepemimpinan, yaitu gaya kepemimpinan efektif dan tidak. Gaya
kepemimpinan yang tergolong efektif yang pertama adalah gaya eksekutif yaitu gaya yang banyak memberikan perhatian kepada
tugas dan hubungan kerja. Ada pula gaya pecinta pengembangan, yaitu gaya yang memberikan banyak perhatian terhadap hubungan
kerja tetapi minim terhadap tugas-tugas pekerjaan. Gaya otokratis yang baik hati, yaitu kebalikan dari gaya pencinta pengembangan,
gaya ini lebih banyak memperhatikan pekerjaan dan tugas-tugas yang dilaksanakan, daripada hubungan kerja. Dan yang terakhir
adalah gaya birokrat, yaitu gaya ini mempunyai perhatian yang minim kepada tugas yang dikerjakan, maupun hubungan kerja.
Ada pula gaya yang tidak efektif. Yang pertama adalah gaya pencinta kompromi, yaitu gaya ini memberikan perhatian yang
besar terhadap tugas yang dikerjakan dan hubungan kerja yang menekankan pada kompromi, apapun yang dilakukan harus
berdasarkan kompromi. Gaya yang kedua adalah gaya missionari yaitu memberikan perhatian yang besar terhadap hubungan kerja,
tetapi kurang memberikan perhatian terhadap tugas dengan perilaku yang tidak sesuai. Ada pula gaya otokrat, yaitu ia
memiliki perhatian yang besar terhadap pekerjaan tetapi minim dalam hubungan kerja. Jika gaya kepemimpinan yang lari dari
tugas, yaitu gaya ini sama sekali tidak memberikan perhatian baik pada tugas maupun pada hubungan kerja.
Robert House mengemukakan ada empat gaya kepemimpinan yang menjadi perilaku seorang pemimpin, yakni :
a. Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi b. Kepemimpinan direktif
c. Kepemimpinan partisipatif d. Kepemimpinan suportif.
29
Menurut Robert House pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang dapat menyesuaikan dirinya dengan situasi dalam
sebuah organisasi. Ia mengemukakan ada 4 gaya kepemimpinan, yaitu : kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi, dalam gaya
ini pemimpin menaruh rasa percaya yang besar kepada para bawahannya bahwa mereka mampu menyelesaikan seluruh tugas
dengan baik. Pemimpin hanya berpusat pada prestasi para pegawainya, pemimpin memberikan tantangan kepada para
pegawai dan ia mengharapkan agar para bawahan berusaha mencapai tujuan seoptimal mungkin. Gaya yang ke 2 adalah gaya
kepemimpinan direktif, yaitu pemimpin yang berorientasi pada hasil. Ia memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
29
Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer, Jakarta: Rajawali Press, 1990, h. 18-19
mengentahui apa yang menjadi harapannya untuk organisasi yang dipimpinnya. Pemimpin dengan gaya ini memberikan pengarahan
tentang tugas yang akan dilaksanakan oleh para bawahannya. Gaya kepemimpinan yang ke 3 yang dikemukakan oleh Robert
Housen adalah gaya kepemimpinan partisipatif, yaitu pemimpin yang mau meminta saran kepada para bawahannya dan meminta
para bawahannya untuk ikut andil dalam menberikan masukan- masukan positif dan ikut andil dalam menyelesaikan permasalahan
dalam orgsanisasi. Dan gaya kepemimpinan yang ke 4 adalah gaya kepemimpinan suportif, yaitu seorang pemimpin yang berorientasi
pada hubungan manusia. Ia berusaha mendekatkan diri dan menyenangkan perasaan para bawahannya, ia menganggap
bawahannya adalah kawan, menurutnya, sebuah organisasi dapat berjalan dengan baik jika seluruh anggota dalam organisasi
tersebut memiliki hubungan yang baik. Dengan memiliki hubungan yang baik antara atasan dan bawahan, maka akan dengan sangat
mudah ia mengontrol, membimbing para bawahannya. Gaya kepemimpinan yang utama terbagi menjadi dua yaitu
gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada tugas dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan manusia. Gaya
kepemimpinan yang berorientasi pada tugas lebih mengutamakan tugas yang dikerjakan, ia mengarahkan, mengontrol pekerjaan para
pegawainya dengan sangat teliti, tidak jarang pemimpin dalam hal ini memiliki sikap yang otoriter dan memaksakan kehendaknya.
Yang ia perdulikan hanya pekerjaan, semua pekerjaan harus sesuai dengan yang ia inginkan, pemimpin membantu para pekerjanya
untuk menyusun rencana kerja, memberi arahan kepada para pekerja agar pekerjaannya berjalan sesuai dengan yang ia inginkan.
Pemimpin dengan tegas memberi tahu aturan-aturan yang terdapat dalam organisasi, dan para pegawainya harus melaksanakan tugas
sesuai dengan aturan-aturan yang ia buat. Pemimpin memberikan tugas sesuai dengan jabatan dan keahlian para pekerjanya.
Pemimpin dalam hal ini harus menciptakan saluran komunikasi yang baik dalam organisasi. Setiap informasi ia bagikan kepada
seluruh anggotanya sesuai dengan struktur yang terdapat dalam organisasi. pemimpin mengarahkan seluruh pegawainya untuk
mengikuti aturannya dan mengarahkan pegawainya agar tujuan dari organisasi tercapai. Ia menganggap keberhasilan sebuah
organisasi tergantung dari kualitas pekerjaan yang dilakukan. Pemimpin yang berorientasi pada hubungan adalah pemimpin
yang lebih mementingkan hubungannya dengan para bawahan. Pemimpin ini lebih mengutamakan hubungannya dengan para
bawahan. Ia mengganggap dengan memiliki hubungan yang baik, maka akan dengan mudah ia dapat mempengaruhi bawahannya. Ia
menaruh rasa percaya yang besar kepada para pegawainya bahwa mereka mampu melaksanakan tugas dengan baik tanpa harus
memaksakan kehendak. ia menampung seluruh keluhan-keluhan yang dialami setiap pegawainya dan berusaha memberikan solusi
yang terbaik dari setiap keluhan dan permasalahan yang dialami. Pemimpin menghargai setiap pekerjaan para bawahannya, ia
membiarkan para pekerjanya untuk mengembangkan potensi dirinya.
Pemimpin yang berorientasi pada hubungan membiarkan para pegawai
untuk mengembangkan
dirinya, agak
kualitas pekerjaannya semakin baik. Pemimpin memberikan kebebasan
para pegawai untuk mengeluarkan pendapatnya, dan mengajak berdiskusi untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh
organisasi. Pemimpin ini harus dapat menciptakan hubungan yang baik dalam organisasi, karena hubungan yang baik akan
memberikan kenyamanan seseorang dalam bekerja. Motivasi dan
perhatian yang baik dari pemimpin akan sangat berpengaruh terhadap ketercapaian pekerjaan, dengan memberikan motivasi
maka para pegawai merasa diperhatikan dan dihargai, bahkan dipercaya oleh pemimpinnya untuk mengerjakan tugas dengan
baik. Motivasi dan arahan yang baik sangat menunjang ketercapaian pekerjaan yang baik yang annatinya akan berpengaruh
terhadap kualitas organisasi.