Peserta Didik ANALISIS KOMPARATIF PEMIKIRAN MUHAMMAD

45 1. Adab terhadap guru a. Ucapkanlah salam terlebih dahulu bila berjumpa dengan guru b. Senantiasa penuh dan hormat kepada segala perintah guru, sepanjang tidak melanggar perintah agama dan undang-undang negara c. Tunjukkan perhatian ketika guru sedang memberikan pelajaran, dan bertanyalah dengan sopan menurut keperluannya d. Listen to a teacher with your spiritual ears e. Dont go on to something else until you have understood what you are working on f. Try to make friends with successful teachers and get tips from them g. Bersikap merendah diri, sopan dan hormat dalam bergaul atau berhadapan dengan guru h. Jangan berjalan di muka atau berjalan mendahului guru 2. Adab terhadap sesama teman belajar a. Senantiasa menjaga jarak antar murid pria dan murid wanita, karena dalam pergaulan di antara mereka itu sering terbuka peluang yang mengganggu kehidupan belajar dan dapat berakibat jauh dalam kehidupan mereka kelak b. Berpakaian secara pantas, sopan dan memadai sehingga tidak melampaui batas pandangan mata yang dapat menimbulkan berbagai gairah yang menyesatkan c. Pelihara diri dari ucapan dan tingkah laku yang saling memikat agar terhindar dari pikiran dan perbuatan maksiat d. Saling ingat-mengingatkan di antara mereka kepada kehormatan dirinya, kepada tanggung jawab yang dipikul di atas pundaknya serta keselamatan dunia dan akhirat, sehingga mereka terhindar dari keterlanjuran yang mungkin terjadi e. Secara bersama-sama senatiasa membina pergaulan sesuai dengan norma- norma agama dalam berbagai kegiatan belajar di luar maupun di dalam kelassekolah f. Do not maintain ties with people who discourage you from learning or dislike your studying 46 g. Try to make friends with successful students and get tips from them h. Be respectful and humble towards your friends 34

C. Potensi Dasar fitrah Manusia dan Implikasinya terhadap Pendidikan

Menurut Fethullah Gulen peserta didik adalah manusia yang memiliki fitrah atau potensi untuk mengembangkan diri. Fitrah atau potensi tersebut mencakup iradah, akal, hati, hati nurani, perasaan dan jiwa yang mana kala diberdayakan secara baik akan menghantarkan seseorang bertauhid kepada Allah dan kesuksesan di dunia dan di akhirat. 35 Manusia itu terdiri atas substansi, yaitu pertama, substansi jasad, yang bahan dasarnya adalah dari materi yang merupakan bagian dari alam semesta ciptaan Allah Swt yang dalam pertumbuhan dan perkembangannya tunduk dan mengikuti aturan, hukum, ketentuan Allah Swt yang berlaku di alam semesta. Kedua, substansi nonjasadi, yaitu penghembusan peniupan ruh ke dalam diri manusia sehingga manusia merupakan benda organic yang mempunyai hakikat kemanusiaan serta mempunyai berbagai alat potensial dan fitrah. 36 Menurut Fethullah Gulen, jasad adalah tempat dimana jiwa berada, meskipun jiwa bukan tujuan utama bagi manusia namun tanpa jasad jiwa tidak akan berkembang secara sempurna, dan melalui wasilah jasad jiwa manusia akan memberikan makna tertentu Oleh karena itu Gulen menganjurkan manusia untuk senantiasa memelihara tubuhnya antara lain: pertama, sederhana dalam makan dan minum -karena telah dianjurkan dalam riwayat hadis Nabi Muhammad saw- untuk menjaga tubuh selalu sehat, kedua, mendidik diri -karena seluruh badan kita mempunyai kebutuhan, misalnya jika merasa lapar perut memmbutuhkan makanan, diri kita juga membutuhkan berakhlak yang baik- untuk dapat berbudi yang baik. 34 Ghazali Bin Basri, Falsafah Pendidikan Islam Huraian Konsep Aplikasi, Brunei Darussalam: PP KUPU SB, 2008, H. 90 35 Islam in Practice, Good Character, A Comprehensive Guide to Manners and Morals in Islam, New Jersey: Tughra Books, 2011, h. 28-29 36 Zakiyah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008, cet. Ke-2, h. 274-275 47 Jika ditinjau dari segi bahasa, fitrah berarti: ciptaan, sifat tertentu yang mana setiap yang maujud disifati dengan Allah pada masa awal penciptaan, sifat pembawaan manusia -sejak lahir- agama, as-sunnah. Menurut Imam Gazali, fitrah adalah suatu sifat dasar manusia yang dibekali sejak lahirnya, dengan memiliki keistimewaan sebagai berikut: 1. Beriman kepada Allah Swt 2. Kemampuan dan kesediaan untuk menirima kebaikan dan keturunan atau dasar kemampuan untuk menerima pendidikan dan pengajaran 3. Dorongan ingin tahu untuk mencari hakikat kebenaran yang merupakan daya untuk berfikir 4. Dorongan biologis yang berupa syahwat dan ghodob 5. Kekuatan-kekuatan lain dan sifat-sifat manusia yang dapat dikembangkan dan disempurnakan. 37 Adapun implikasi fitrah dan potensi bagi peserta didik dalam pendidikan ialah: Menurut Fethullah Gulen maka dengan ajaran beriman kepada Allah, beriradah, rajin, bekerja keras, hidup berdisiplin, mempunyai rasa tanggung jawab bebaslah manusia itu dan berkembanglah pribadinya insy Allah tida ada satu benda pun yang menghalanginya. 38 Penulis berpendapat bahwa kita saksikan saat ini, diberbagai negara di dunia banyak individu yang seakan tenggelam dalam keterpurukan, hidup berlandaskan pada ideologi-ideologi buatan manusia, dan banyak yang terjerembab dalam kekosongan jiwa dan masa depan semu. Tidak sedikit negara yang terpuruk meski menyandang nama sebagai negara maju. Banyak pula individu yang hidup dalam jiwa yang rapuh meski jabatan dan kekayaannya melimpah. Sesungguhnya, setiap manusia yang fitrah ingin hidup dalam kebermanaan yang dilandaskan pada ideologi sejati. Sebenarnya manusia telah 37 Dari Video peluncuran buku Bangkitnya Spiritualitas Islam Karya Muhammad Fethullah Gulen, Tanggal 3 April 2013 38 Zainuddin dkk, Seluk-beluk Pendidikan dari Al Ghozali, Jakarta: Bumi Aksara, 1991, cet. Ke-1, h. 66-67 48 dilengkapi dengan alat-alat potensial dan potensi-potensi dasar atau fitrah, jikalu diaktualkan dan ditumbuh kembangkan dalam kehidupan nyata di dunia ini melalui pendidikan maka akan berubah dunia kita. Adapun fitrah manusia hanya bisa dididik oleh Allah Swt, namun dalam mendidik peserta didik potensi dasar tersebut tidak akan berpengaruh tanpa ada lingkungan yang membentuknya. Sehingga ada enam macam faktor yang saling berkaitan dan berpengaruh antara faktor yang satu dengan faktor yang lainnya, yaitu faktor tujuan, pendidik, peserta didik, alat pendidikan, lingkungan dan keluarga.

D. Kewajiban Pendidik dan Peserta Didik dalam Menuntut Ilmu Sebagai

Pengembangan Potensi Menurut M.Fethullah Gulen dan Al-Ghazali 1. Sumber Ilmu Ilmu atau sains adalah sejenis pengetahuan manusia yang diperoleh dengan riset terhadap objek-objek yang empiris. Dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya manusia akan dapat menetralisir perkembangan fitrahnya dari pengaruh negative yang ditimbulkan oleh lingkungan dimana dia berada. Maka dari itu hukumnya kewajiban yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk menuntut ilmu agar potensi atau fitranya dapat berkembang terus dengan baik dan benar. M. Fethullah Gulen berbeda pendapat dengan Hamka dalam permasalahan mengklafisikasikan sumber ilmu. Fethullah Gulen mengklasifikasikan sumber ilmu kepada tiga jenis yaitu: a. Haber-i Mutevatir riwayat yang kuat. Ini dibagi menjadi dua yang pertama adalah ilmu pengetahuan yang bersumber dari Allah Swt melalui wahyu-Nya, kebenaranya bersifat mutlak. Yang kedua adalah ilmu pengetahuan yang bersumber dari sunnah nabi Muhammad Saw. Kebenaranya bersifat mutlak kalau diriwayatkan dengan benar. Kebenaranya tidak akan bersifat mutlak kalau diriwayatkan dengan lemah. 49 Riwayat yang lemah harus dibandingkan dengan Al-Quran jika sesuai dengan ayat Al-Quran maka bersifat mutlak juga. b. Ilmu pengetahuan yang diupayakan manusia, melalui proses kerja rasional sebagai anugerah tertinggi dari tuhan dengan melihat berbagai fenomena sebagai ayat-ayat Allah Swt yang terbetang di alam semesta ini. Kebenaran penegetahuan melalui proses ini bersifat relatif, sebatas kemampuan akal dalam menemukan kebenaran tersebut. c. Ilmu pengetahuan yang bersumber dari kepekaan indrawi Havass-i Selime. Kebenaranya tidak bersifat mutlak. 39 Sedangkan Imam Al-Ghazali membagi ilmu pengetahuan yang bersumber dari Syariat pengetahuan syariat dan Ghairu Syariat aqliyah, ilmu yang bersumber dari syariat antara lain: a. Ushul pokok atau asal, yang terdiri dari empat pengetahuan. Al-Quran, As-Sunah, Ijma umat Tarikh dan Atsar sahabat. b. Furu cabang, yaitu pengetahuan yang berhubungan dengan kemaslahatan dunia seperti ilmu fiqh dan pengetahuan yang berhubungan dengan kemaslahatan akhirat seperti ilmu akhlak atau etika Islam yang lebih memperhatikan penyempurnaan hati. c. Muqaddimah pengantar atau pendahuluan, yaitu ilmu yang merupakan alat, seperti ilmu bahasa dan tata bahasa nahwu. Kedua ilmu ini tidak termasuk kedalam ilmu syariat, tetapi harus dipelajari dan sebagai alat untuk mempelajari ilmu-ilmu syariat. d. Mutammimat penyempurna, yang juga berfungsi untuk mempelajari sumber-sumber syariat, antara lain: ilmu Al-Quran, ilmu Hadis, dan ilmu Atsar sahabat. Ilmu yang bersumber dari Ghairu Syariat aqliyah. Antara lain: Sumber-sumber primer dari pengetahuan Ghairu Syariat aqliyah adalah akal pikiran, eksperimen dan akulturasi. Dengan demikian lapangan 39 Dari Video peluncuran buku Bangkitnya Spiritualitas Islam Karya Muhammad Fethullah Gulen, Tanggal 3 April 2013