49
Riwayat yang lemah harus dibandingkan dengan Al-Quran jika sesuai dengan ayat Al-Quran maka bersifat mutlak juga.
b. Ilmu pengetahuan yang diupayakan manusia, melalui proses kerja rasional
sebagai anugerah tertinggi dari tuhan dengan melihat berbagai fenomena sebagai ayat-ayat Allah Swt yang terbetang di alam semesta ini.
Kebenaran penegetahuan melalui proses ini bersifat relatif, sebatas kemampuan akal dalam menemukan kebenaran tersebut.
c. Ilmu pengetahuan yang bersumber dari kepekaan indrawi Havass-i
Selime. Kebenaranya tidak bersifat mutlak.
39
Sedangkan Imam Al-Ghazali membagi ilmu pengetahuan yang bersumber dari Syariat pengetahuan syariat dan Ghairu Syariat aqliyah,
ilmu yang bersumber dari syariat antara lain: a.
Ushul pokok atau asal, yang terdiri dari empat pengetahuan. Al-Quran, As-Sunah, Ijma umat Tarikh dan Atsar sahabat.
b. Furu cabang, yaitu pengetahuan yang berhubungan dengan
kemaslahatan dunia seperti ilmu fiqh dan pengetahuan yang berhubungan dengan kemaslahatan akhirat seperti ilmu akhlak atau etika Islam yang
lebih memperhatikan penyempurnaan hati. c.
Muqaddimah pengantar atau pendahuluan, yaitu ilmu yang merupakan alat, seperti ilmu bahasa dan tata bahasa nahwu. Kedua ilmu ini tidak
termasuk kedalam ilmu syariat, tetapi harus dipelajari dan sebagai alat untuk mempelajari ilmu-ilmu syariat.
d. Mutammimat penyempurna, yang juga berfungsi untuk mempelajari
sumber-sumber syariat, antara lain: ilmu Al-Quran, ilmu Hadis, dan ilmu Atsar sahabat.
Ilmu yang bersumber dari Ghairu Syariat aqliyah. Antara lain: Sumber-sumber primer dari pengetahuan Ghairu Syariat aqliyah
adalah akal pikiran, eksperimen dan akulturasi. Dengan demikian lapangan
39
Dari Video peluncuran buku Bangkitnya Spiritualitas Islam Karya Muhammad Fethullah Gulen, Tanggal 3 April 2013
50
pengetahuannya dibatasi dalam hal-hal yang ada, dapat diamati dan dicapai oleh naluri. Ilmu yang terpuji adalah yang berhubungan dengan kemaslahatan
dunia, dan ilmu yang tercela adalah yang sangat merugikan dirinya atau yang lainnya, sedangkan ilmu yang mubah ialah yang tidak dilarang secara tegas
oleh syra dan karenanya dapat dibenarkan oleh hukum, dan kemudian pula oleh semua ilmu pengetahuan yang rasional filosofis.
40
2. Klasifikasi Ilmu
Menurut Fethullah Gulen ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan hakekatnya. Fethullah gulen mengklasifikasikan ilmu sebagai berikut:
a. Ilim ilmu
Menurut Gulen ilmu berbeda dengan bilim sains karena sumber ilmu adalah wahyu yaitu Al-Quran dan hadist nabi Muhammad saw. Sebab
membebaskan manusia daripada kejahilan. Ilmu kenbenaranya mutlak karena wahyu dari Allah Swt. Al-Quran tidak mengajarkan kimia,
kedokteran, Nabi Muhammad Saw tidak pula mengajarkan ilmu yang demikian, meski demikian Al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad Saw
selalu senantiasa membuka pintu akal untuk menyeledikinya, oleh sebab itu tidaklah heran kalau beberapa abad setelah Nabi Muhammad Saw
wafat dunia Islam menjadi negara yang sekaya-kayanya dengan segala macam ilmu.
b. Bilim Sains
Kata sains berasal dari kata science bahasa Inggris. Sains sepenuhnya adalah hasil usaha manusia dengan perangkatnya yaitu panca indra dan
akal, maka sains tidak membicarakan sesuatu yang tidak dapat dijangkau oleh panca indra dan akal. Kebenaranya tidak mutlak bisa salah bisa juga
benar.
41
40
M. Fethullah Gulen, Prizma 2, Izmir: Nil Yayinlari, 2002, h. 55-56
41
Zainuddin dkk, Seluk-beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara, 1991, cet. Ke-1, h. 36-37
51
Menurut penulis klasifikasi ilmu menurut Islam seperti yang diterangkan oleh Fethullah Gulen di atas, menjadi latar belakang munculnya
system pendidikan. Lalu para tokoh tersebut mengembangkan ilmu pengetahuan yang bersumber dalam Al-Quran sehingga menjadi sumber yang
paling utama terhadap munculnya ilmu pengetahuan, dan terus berkembang sampai pada saat ini.
3. Urgensi Menuntut Ilmu
Menurut Fethullah Gulen arti ilmu adalah pengenalan seseorang kepada Sang Maha Pencipta, kemudian mengenalkan Sang Pencipta kepada
orang lain. dan hendaknya mereka meyakini, bahwa tuhan kita mempunyai sifat-sifat dan nama-nama Yang Mahamulia. Berikutnya, hendaklah ia
mengenal Tuhan-nya dengan sebenar-benar pengenalan. Adapun ungkapan, Siapa yang mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya,
42
Al-Quran menganjurkan manusia untuk mencari ilmu pengetahuan. Sebagaimana yang tel
ah disebutkan oleh Allah „Azza wa Jalla di dalam firman-Nya berikut ini,
Artinya : Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,
sedang ia takut kepada azab akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-
orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
43
Al-Zumar: 9 Hal tersebut juga seiring dengan pendapat Fethullah Gulen, yakni di
dalam agama Islam diberi perintah yang sekeras-kerasnya untuk menuntut
42
M. Fethullah Gulen, Prizma 4, Izmir: Nil Yayinlari, 2005, h. 96-97-98-99-100
43
M. Fethullah Gulen, Irsad Ekseni, Izmir: Nil Yayinlari, 2008, h. 121-122