Para pejabat yang umumnya keturunan Yahudi di dalam kabinet Presiden Bush yang telah disebutkan di atas memiliki hubungan dekat dengan lobi AIPAC,
mereka termasuk tamu kehormatan dalam sidang tahunan AIPAC yang membahas hubungan AS dengan Israel. Peranan mereka dalam pemerintahan George W.
Bush sangat membantu terhadap pencapaian tujuan-tujuan AIPAC, yaitu mempertahankan eksistensi negara zionis Israel dan menghancurkan negara-
negara yang memusuhi Israel, seperti Irak. Berdasarkan analisa diatas, maka dapat disimpulkan bahwa variabel-
variabel tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain, dimana terdapat pengaruh dari orang-orang atau kelompok tertentu yang menginginkan invasi ke Irak segera
terwujud. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang kelompok Neo konservatif dan para pendukung Israel yang terlembaga dan terpusat pada satu lobi Yahudi
terbesar di AS yakni AIPAC.
C. Sikap Pro dan Kontra terhadap Kebijakan Invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003
Kebijakan mengenai invasi AS ke Irak menimbulkan sikap pro dan kontra di AS. Kalangan yang pro yang terdiri dari kelompok Neokonservatif di dalam
kabinet Presiden Bush, lobi Yahudi AIPAC dan kelompok Kristen Fundamentalis. Mereka mengganggap, bahwa Irak merupakan negara yang berbahaya bagi
perdamaian dunia. Hal ini karena Irak di bawah kepemimpinan Saddam Hussein berusaha menciptakan persenjataan kimia dan biologi serta upaya untuk
memperoleh persenjataan nuklir yang berbahaya bagi sekutu AS di Timur-Tengah yaitu Israel.
173
Selain itu Saddam juga diasumsikan bekerjasama dengan para
173
Alasan Presiden Bush menginvasi Irak karena kepemilikan senjata pemusnah massal hingga saat ini masih menimbulkan perdebatan di kalangan para pengamat dalam dan luar negeri
teroris terkait dengan serangan 11 September 2001, padahal dugaan keterkaitan ini tidak mempunyai bukti yang akurat dan kuat. Latar belakang inilah yang
mendorong AS melakukan kebijakan untuk menginvasi Irak pada tahun 2003 yang didukung oleh 48 negara di dunia. Negara-negara tersebut di antaranya
Afghanistan, Albania, Angola, Australia, Azerbaijan, Bulgaria, Kolombia, Republik Ceko, Denmark, Republik Dominika, El Savador, Eritrea, Estonia,
Ethiopia, Georgia, Honduras, Hungaria, Islandia, Italia, Jepang, Kuwait, Latvia, Lithuania, Masedonia, Kepulauan Marshall, Micronesia, Mongolia, Belanda,
Nikaragua, Palau, Panama, Filipina, Polandia, Portugal, Rumania, Rwanda, Singapura, Slowakia, Kepulauan Solomon, Korea Selatan, Spanyol, Tonga, Turki,
Uganda, Ukraina, Inggris, Uzbekistan, dan Amerika Serikat.
174
Kalangan yang kontra terhadap kebijakan invasi ke Irak umumnya datang dari aktivis hak asasi manusia HAM, negara-negara yang mayoritas muslim, dan
negara anggota tetap DK PBB yaitu Perancis, Rusia, dan Cina.
175
Demonstrasi menentang perang juga berlangsung di seluruh dunia terutama di kota-kota besar
seperti Paris, Berlin, Washington, New York, Sydney, dan Canberra.
176
Presiden Perancis ketika itu Jacques Chirac menilai AS terlalu buru-buru dalam
memutuskan sesuatu. Presiden Chirac lebih menekankan upaya diplomatis melalui penyelidikan yang dilakukan IAEA International Atomic Energy
AS yang masih mengundang kontraversi. Ini karena program senjata pemusnah massal yang dituduhkan oleh Amerika ke Irak belum dapat dibuktikan. Kritik ini ditulis oleh Patrick Martin,
“US Government Lied about Iraki Weapon to Justify War” diakses pada tanggal 20 Mei 2011 pukul 10:45 dari http:www.wsws.orgarticles2003.
174
“
Coalition Members”, diakses pada tanggal 20 Januari 2011, pukul 17:00 dari http:www.whitehouse.govnewsreleases2003.
175
Siti Muti’ah Setiawati, dkk., Irak di Bawah Kekuasaan Amerika, h. 42.
176
Ibid, h. 94.
Association terhadap isu senjata pemusnah massal Irak.
177
Selain itu Dewan Keamanan PBB pada bulan November 2002 mengeluarkan resolusi 1441
mengenai pemeriksaan senjata pemusnah massal Irak yang diterima oleh Saddam Hussein.
178
Hal ditandai dengan masuknya tim inspeksi persenjataan yang disebut United Nations for Monitoring, Verification, and Inspection Comission
UMNOVIC yang dipimpin oleh Hans Blix, hasilnya Irak tidak mempunyai senjata pemusnah massal seperti yang dituduhkan oleh AS.
179
E. Invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003