Pertanyaan Penelitian Kerangka Pemikiran

Likud pimpinan Benyamin Netanyahu yang pernah menjadi Perdana Menteri Israel. 12 Negara Israel yang merupakan salah satu sekutu AS di Timur-Tengah. Oleh karena itu menjadi kepentingan bagi AS untuk melindungi Israel dari berbagai ancaman. Kepentingan AS ini dibuktikan dengan memberikan bantuan luar negeri kepada Israel baik ekonomi dan militer. Terhitung sampai 2005, bantuan langsung Amerika Serikat kepada Israel hampir 154 miliar dollar yang sebagian besar diantaranya dalam wujud hibah dan bukan pinjaman. 13 Selain bantuan ekonomi dan militer, AS juga memberikan bantuan diplomasi kepada Israel antara tahun 1972 sampai 2006 dengan memberikan hak vetonya terhadap 42 resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB terkait dengan Israel. 14

B. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan yang menjadi acuan penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh lobi American Israel Public Affairs Committee AIPAC dalam kebijakan invasi Amerika Serikat ke Irak pada tahun 2003?

C. Kerangka Pemikiran

Untuk menganalisis penulisan ini, maka penulis akan menggunakan teori Pembuatan Kebijakan Decision Making. Selanjutnya penulis juga menggunakan 12 Benyamin Netanyahu pernah terpilih menjadi Perdana Menteri Israel pada tahun 1996- 1999. Netanyahu mencalonkan diri lagi pada tahun 2009 dari Parati Likud dan memenangkan pemilu dari lawan politiknya Tzipi Livni dari Partai Kadima. Lihat Herry Nurdi, Lobi Zionis dan Rezim Bush, Jakarta: Mizan Republika, 2006, h. 71. 13 Mearsheimer dan Walt, Dahsyatnya Lobi Israel. h. 36. 14 Ibid, h. 62. teori kebijakan luar negeri menurut James N. Rossenau dan K.J Holsti yang akan digunakan dalam menganalisis kebijakan AS melakukan invasi ke Irak tahun 2003. Selain itu konsep kelompok penekan pressure group dan konsep pelobi domestik yang terdapat dalam undang-undang AS yang dikenal dengan The Federal Regulation of Lobbying Act of 1946 FARA 1946. Konsep kelompok penekan dan konsep pelobi domestik digunakan untuk menganalisis pengaruh AIPAC dalam pemerintahan George W. Bush terhadap invasi AS ke Irak tahun 2003. • Teori Pembuatan Keputusan Decision Making Menurut Richard Snyder dkk mengemukakan bahwa berbagai faktor internal dan eksternal mempengaruhi perilaku politik luar negeri suatu negara. 15 Asumsi dasar bahwa tindakan internasional dapat didefinisikan sebagai keputusan-keputusan yang dibuat oleh unit-unit domestik yang diakui, dimana para pemimpin negara baik individu maupun kelompok bertindak sebagai aktor- aktor utama dalam proses pengambilan keputusan tersebut. 16 Selain itu William D. Coplin mengemukakan mengenai teori pembuatan keputusan adalah: “…Apabila kita akan menganalisa kebijakan luar negeri suatu negara, maka kita harus mempertanyakan para pemimpin negara dalam membuat kebijakan luar negeri. Dan salah besar jika menganggap bahwa para pemimpin negara para pembuat kebijakan luar negeri bertindak tanpa pertimbangan konsiderasi. Tetapi sebaliknya, tindakan luar negeri tersebut dipandang sebagai 15 Snyder et.al. dalam Rosenau, James N. 1969. International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research and Theory. New York: The Free Press, h. 199-205. 16 Lloyd Jensen. 1982. Explaining Foreign Policy. New Jersey, Prentice Hall, Inc.,Englewood Cliffs, h. 7. akibat dari tiga konsiderasi yang mempengaruhi para pengambil kebijakan luar negeri…”. 17 William D. Coplin menjelaskan tentang tiga konsiderasi sebagaimana yang telah disebutkan di atas, yaitu: 18 • Pertama, kondisi politik dalam negeri suatu negara termasuk faktor budaya yang mendasari tingkah laku politik manusianya. • Kedua, situasi ekonomi dan militer suatu negara tersebut, termasuk faktor geografis yang selalu menjadi pertimbangan utama dalam hal pertahanan dan keamanan. • Ketiga, konteks internasional, situasi di negara yang menjadi politik luar negeri serta pengaruh dari negara-negara lain yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. Berikut ini dapat digambarkan dalam skema pengambilan keputusan politik luar negeri menurut William D. Coplin. Skema Pengambilan Keputusan Politik Luar Negeri Sumber: William D. Coplin. Pengantar Politik Internasional: Telaah dan Teoritis, terjemahan: Marsedes Marbun, 2 nd ed. Bandung: Sinar Baru, 1992, h. 30. 17 William D. Coplin, Pengantar Politik Internasional: Suatu telaah Teoritis, edisi ke-2 Bandung: Sinar Baru, 1992. h. 30. 18 Ibid. h. 30. Kondisi Politik Dalam Negeri Pengambilan Keputusan Kemampuan Ekonomi dan Militer Tindakan Politik Luar Negeri Konteks Internasional Berdasarkan skema di atas dapat dijelaskan alasan AS melakukan invasi ke Irak pada tahun 2003. Tindakan tersebut dipengaruhi oleh tiga hal yaitu: kondisi politik dalam negeri, kemampuan ekonomi dan militer, serta konteks internasional sangat berpengaruh terhadap pembuat keputusan dalam menentukan kepentingan luar negerinya. 1. Kondisi Politik Dalam Negeri Kondisi politik dalam negeri pasca terjadinya tragedi 911 menjadi hal menakutkan bagi masyarakat AS. Kenangan akan serangan terhadap runtuhnya World Trade Center yang menewaskan kurang lebih tiga ribu orang 19 menjadikan AS sebagai negara adikuasa melakukan kampanye perang melawan terorisme global. Hal ini dilakukan oleh AS untuk melakukan pencegahan tragedi yang serupa tidak terjadi lagi di masa yang akan datang. Presiden Bush pun melakukan perombakan terkait keamanan nasional AS dengan membentuk Homeland Security yang berfungsi dalam pencegahan teror terhadap AS. 2. Kemampuan Ekonomi dan Militer AS merupakan negara adikuasa yang memiliki perekonomian yang kuat dan memiliki persenjataan yang canggih di dunia. Kemampuan perekonomian AS yang kuat disebabkan dalam perdagangan internasional menggunakan mata uang dollar. Secara tidak langsung AS mendapat keuntungan dari perdagangan internasional sehingga keuntungan tersebut digunakan untuk pengembangan IPTEK dan perkembangan senjata. Hasil perkembangan IPTEK dan persenjataan dapat dilihat dari buatan-buatan 19 James Petras, The Power of Israel in USA, “Zionis Mencengkeram Amerika dan Dunia Jakarta: Zahra, 2008, h. 133. AS berupa Pesawat Tempur F-117, F-22, F-23, Helicopter Apache, Pesawat tanpa awak, Tank, Kapal Induk berbahan bakar nuklir, dan rudal jelajah Tomahawk. 20 3. Konteks Internasional Dalam konteks internasional posisi AS adalah sebagai negara adikuasa tunggal. Sebagai negara adikuasa tunggal AS merasa memiliki tanggung jawab dalam memerangi terorisme global. Hal ini terlihat dari invasi AS ke Afghanistan pada tahun 2001 untuk menggulingkan rezim Taliban serta demi menangkap Osama bin laden yang diduga dalang di balik Tragedi 911. Pada Maret 2003 Presiden Bush melakukan invasi untuk kedua kalinya yang ditujukan ke Irak, alasannya Irak memiliki keterkaitan dengan organisasi Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden dan memiliki WMD Weapon of Muss Destruction atau senjata pemusnah massal. • Kebijakan Luar Negeri Untuk memahami kebijakan luar negeri, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendefinisikan kebijakan luar negeri . Menurut Rossenau kebijakan luar negeri adalah “All the attitudes and activities through which organized nation societies seeks to cope with and benefit from international environment”, 21 yaitu semua sikap dan aktivitas yang melalui itu masyarakat nasional yang terorganisasi berusaha untuk menguasai dan mengambil keuntungan dari lingkungan internasional. 20 Sayidiman Suryohadiprojo, Si Vis Pacem Para Bellum, Membangun Pertahanan Negara yang Modern dan Efektif ,Gramedia Pustaka, Jakarta, 2005. h. 317. 21 James N. Rossenau, Internasional Politic and Foreign Policy: A Reader in Research and Theory, New York: Macmillan Publishing CO. Inc., 1997, h. 27. Selanjutnya menurut Rossenau pembuatan keputusan kebijakan luar negeri di pengaruhi oleh lima sumber, yaitu: Individu Individual, Peran Role, Pemerintah Government, Masyarakat Social, dan Sistemik Sistemic. 22 Sumber Individu adalah semua aspek dari seorang pembuat keputusan nilai, bakat, dan pengalamannya yang membedakan pilihan-pilihan kebijakan luar negerinya atau perilakunya dengan pembuat keputusan lain. Peran merupakan semua sumber yang berkaitan dengan perilaku eksternal seorang pejabat yang berasal dari peran yang dimainkan dan yang terlepas dari karakteristik individunya. Sumber Pemerintah menjelaskan mengenai masukan-masukan yang diberikan oleh kongres kepada presiden untuk melakukan suatu tindakan yang dapat menyelamatkan negaranya dan memfokuskan kepada struktur dan proses dari sebuah pemerintahan. Masyarakat merupakan aspek-aspek bukan pemerintah non-governmental dari suatu masyarakat yang mempengaruhi perilaku eksternal, seperti orientasi nilai yang utama suatu masyarakat, tingkat kesatuan nasional dan perkembangan industrialisasinya. Sumber sistemik terdiri dari semua aspek-aspek bukan manusia dari lingkungan eksternal suatu masyarakat atau setiap tindakan yang terjadi di luar negaranya yang dapat mempengaruhi pilihan-pilihan yang dibuat pemerintahnya. Setelah pemaparan mengenai sumber-sumber yang mempengaruh pembuatan keputusan kebijakan luar negeri, maka penulis akan menyimpulkan sumber individu dan peran akan digunakan dalam BAB III yang membahas sumber-sumber yang mempengaruhi kebijakan luar negeri AS tentang invasi AS ke Irak tahun 2003. 22 Ibid, H. 167. Selanjutnya menurut K.J Holsti kebijakan luar negeri merupakan seperangkat ide atau tindakan yang dibuat oleh pembuat kebijakan untuk memecahkan masalah atau mendorong beberapa perubahan dalam kebijakan, tingkah laku atau tindakan dari negara lain, aktor-aktor non negara, ekonomi internasional atau lingkungan fisik dunia. 23 Selanjutnya menurut K.J Holsti dalam pembuatan kebijakan luar negeri dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor ekternal meliputi struktur sistem internasional, struktur perekonomian dunia, tujuan dan tindakan aktor-aktor lain, masalah regional dan global serta hukum internasional dan opini dunia. 24 Sedangkan faktor internal domestik meliputi kondisi sosio- ekonomi, karakteristik geografi dan topografi, atribut nasional, struktur dan filosofi pemerintah, opini publik, dan birokrasi. 25 Setelah pemaparan teori kebijakan luar negeri di atas, maka penulis menyimpulkan sistem internasional, sifat perekonomian dunia, tujuan dan tindakan aktor-aktor lain merupakan faktor eksternal yang dominan mempengaruhi kebijakan AS. Sedangkan kebijakan AS untuk menginvasi Irak dalam faktor internal penulis akan menganalisis berdasarkan kondisi sosio- ekonomi, struktur dan filosofi pemerintah, dan opini publik. Menurut Charles W. Kegley, Jr. dan Eugene R. Wittkopf proses kebijakan luar negeri terdiri dari faktor input dan output. 26 Faktor input terdiri dari eksternal sources sumber eksternal, societal sources sumber-sumber sosial, 23 K.J Holsti, International Politics: A Framework for Analysis 6 th edition New Jersey: Prentice-Hall International, Inc, 1992, h. 82. 24 Ibid, h. 271-274. 25 Ibid, h. 275-285. 26 Charles W. Kegley, Jr. dan Eugene R. Wittkopf, American Foreign Policy Pattern And Process, Fifth edition, New York: St. Martin’s Press, 1996, h. 15 governmental sources sumber pemerintahan, role sources sumber peran, dan invidual sources sumber invidu. Sedangkan output adalah kebijakan luar negeri yang dihasilkan. 27 AIPAC termasuk kategori ke dalam societal sources dalam faktor input sebagai kelompok kepentingan yang mempengaruhi kebijakan luar negeri AS. Terkait mengenai pembahasan pengaruh AIPAC dalam pemerintahan George W. Bush terhadap invasi Amerika Serikat ke Irak pada tahun 2003, maka penulis akan menggunakan teori kebijakan luar negeri yang telah dijelaskan di atas. Teori ini akan digunakan pada Bab III yang membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan luar negeri Amerika Serikat tentang invasi AS ke Irak tahun 2003. • Kelompok Penekan Pressure Groups Kelompok penekan adalah kelompok kepentingan interest group yang aktif di dalam politik. 28 Menurut Maurice Duverger, kelompok penekan tidak secara langsung mengambil bagian dalam memperoleh kekuasaan atau dalam melancarkan kekuasaan itu sendiri. 29 Mereka bertindak untuk mempengaruhi kekuasaan tanpa terlibat didalamnya, mereka melancarkan tekanan-tekanan atas kekuasaan yang sedang berjalan. Definisi dari kelompok penekan menurut Duverger adalah sekumpulan orang pemikir, mereka terbiasa mengadakan diskusi mengevaluasi keadaan negara, mengkritik jalannya pemerintahan, menuangkan gagasan-gagasan perbaikan keadaan, kemudian hasil pemikirannya yang berupa kritik-kritik tajam, sering disampaikan kepada pemerintah atau lembaga-lembaga 27 Ibid, h. 15. 28 Max J. Skidmore dan Marshall Charter Tripp, American Government: A Brief Introduction New York: ST.Martin’s Press, 1989, h. 74. 29 Maurice Duverger, Partai Politik dan Kelompok-Kelompok Penekan Terjemahan Drs. Laila Hasyim, penerbit Bina Aksara, 1981, h. 119. negara lainnya. Dari hasil pemikiran ini ternyata mempunyai dampak luas atas perubahan opini masyarakat terhadap pemerintah, sehingga pemerintah mulai memperhitungkan pengaruh kelompok pemikir ini, maka kelompok pemikir demikian ini bisa juga dikatakan sebagai memiliki kekuatan politik kolektif informal. Dalam mempergunakan pengaruh politiknya, kelompok penekan mempergunakan tiga sumber kekuatan yaitu, kekuatan finansial, jumlah anggota dan pengetahuan. 30 Sedangkan upaya untuk mencapai tujuan dilakukan dengan cara memobilisasi opini publik, kampanye dan promosi, menyokong kandidat- kandidat calon politik, mempublikasi opini-opini, dan mensponsori pertemuan testimonial dengan makan malam. 31 Keberadaan kelompok penekan di AS didukung oleh undang-undang mengenai lobi yaitu The Federal Regulation of Lobbying Act of 1946 FRLA 1946. 32 FRLA 1946 merupakan undang-undang yang mengatur kegiatan pelobi domestik. Dari ciri-ciri kelompok penekan di atas maka penulis, mengkategorikan AIPAC sebagai kelompok penekan dan kegiatannya diatur oleh FRLA 1946 di dalam undang-undang AS. AIPAC mengklaim bahwa mereka memiliki kekuatan finansial yang kuat, jumlah anggota yang banyak, dan memiliki pengetahuan yang handal dalam melobi. 33 Kapasitas tersebut membuat AIPAC dapat melakukan lobi dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri AS. 30 Max J. Skidmore dan Marshall Charter Tripp, American Government: A Brief Introduction, h. 77 31 Ibid, h. 78-79. 32 The Washington Lobby, Congressional Quarterly Inc, 1987, h. 36. 33 “How we work,” diakses pada tanggal 11 April 2011, pukul 21:00 dari http:www.aipac.orgenabout-aipachow-we-work. Di dalam proses lobi AIPAC menggunakan teknik-teknik untuk mempengaruhi pemerintah lembaga legislatif dan eksekutif. Teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut: 34 • Teknik Koalisi Coalition Organization adalah teknik yang digunakan AIPAC untuk mencari individu atau kelompok yang memiliki pandangan yang sama dengan AIPAC. • Teknik lobi secara langsung Direct Lobbying adalah teknik yang dilakukan AIPAC dengan cara pertemuan langsung dengan para anggota kongres, pejabat tinggi pemerintahan, diplomat, dan para politikus untuk membicarakan mengenai hubungan Amerika Serikat dengan Israel. Pertemuan langsung biasanya diadakan setiap tahun yang dikenal dengan Konferensi AIPAC The Annual Policy Conference. • Teknik menghimpun dukungan masyarakat Grass Roots adalah teknik yang dilakukan AIPAC dengan melakukan pendekatan terhadap individu, media massa dan masyarakat luas yang dapat mempengaruhi pemilihan anggota kongres atau presiden di berbagai wilayah di negara bagian di AS. • Teknik dukungan pada masa kampanye melalui PACs Political Action Committees pro Israel, teknik ini memberikan dukungan dana kepada calon kandidat yang ingin mencalonkan diri baik menjadi anggota kongres maupun presiden. Bila berhasil terpilih maka para calon kandidat tersebut harus membalas budinya dengan memberi dukungan kepada Israel. Terkait dengan Pengaruh AIPAC terhadap Presiden George W. Bush dalam invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003, penulis menggunakan konsep 34 The Washington Lobby, Congressional Quarterly Inc, 1987, h. 3-6. kelompok penekan pressure group. Aplikasi tentang kelompok penekan pressure group akan diterapkan dalam Bab IV pada bagian sikap AIPAC terhadap rencana invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003. Sedangkan teknik- teknik yang digunakan AIPAC dalam mempengaruhi pemerintah lembaga legislatif dan eksekutif akan dijelaskan pada Bab II.

D. Metoda Penelitian