Metode Penyajian Hasil Analisis Data

28

F. Analisis Data

Hubungan konsep dengan cara menganalisis data, semua data yang telah dikumpulkan melalui metode observasi dengan teknik catat dianalisis dengan sifat data dan tujuan penelitian. Data yang diperoleh lewat teknik catat yaitu berupa teks-teks terjemahan yang terdapat dalam kitab tersebut, yaitu teks-teks yang mengandung gaya bahasa dalam aspek balaghahnya. Analisis data pada penelitian ini terdiri atas dua tahap: 1. Digunakan kata-kata benda yang diumpamakan makhluk seperti manusia untuk menganalisis gaya bahasa personifikasi. 2. Digunakan kata depan dan penghubung untuk menganalisis gaya bahasa simile. 3. Digunakan kata konkret dan kata abstrak untuk menangkap daya indra. 4. Digunakan imaji atau pencitraan untuk memberikan efek visual, supaya pembaca seolah-olah bisa melihat dan merasakan peristiwaa yang terjadi. 5. Digunakan tema untuk memberikan tafsiran tema bagi sebuah terjemahan. 6. Rasa digunakan untuk menonjolkan sikap pengarang terhadap terjemahannya. 7. Amanat digunakan untuk menyampaikan pesan yang terkandung dalam terjemahan tersebut.

G. Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil analisis data penelitian ini ditampilkan dengan menggunakan metode informal. Pelaksanaan penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu: 29 Metodologi penelitian Metode Kualitatif Paradigma Semantik Sumber Data kalimat yang sudah diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia, yang diidentifikasikan mengandung gaya bahasa dalam aspek balaghah, kemudian mengklasifikasikannya sesuai dengan kategori gaya bahasa yaitu berdasarkan : langsung tidaknya makna. Penyediaan data 1. Metode simak dan tekniknya yaitu teknik simak bebas cakap, peneliti hanya menyimak informasi teks baik yang berkenaan dengan isi maupun satuan bahasa teks. 2. Metode catat . Analisis Data 1. Digunakan kata-kata benda yang diumpamakan makhluk seperti manusia untuk menganalisis gaya bahasa personifikasi. 2. Digunakan kata depan dan penghubung untuk menganalisis gaya bahasa simile. 3. Digunakan kata konkret dan kata abstrak untuk menangkap daya indra. 4. Digunakan imaji atau pencitraan untuk memberikan efek visual, supaya pembaca seolah-olah bisa melihat dan merasakan peristiwaa yang terjadi. 5. Digunakan tema untuk memberikan tafsiran tema bagi sebuah terjemahan. 6. Rasa digunakan untuk menonjolkan sikap pengarang terhadap terjemahannya. 7. Amanat digunakan untuk menyampaikan pesan yang terkandung dalam terjemahan tersebut. Penyajian Data Formal 30 GAMBARAN TENTANG KITAB DURRATUN NASHIHIN a. Riwayat Hidup Pengarang Seorang ulama yang hidup pada abad ke-18 H, dengan nama lengkapnya adalah Syekh Usman bin Hasan bin Ahmad Syakir Al-Khaubawy 1224 M . Beliau Istanbul, Turki. 40 Nama al-Khaubawy dinisbatkan dengan kata khaubah yang berarti para pekerja tarbazun. 41 Beliau berasal dari Roma yang bermadzhab Hanafi, beliau juga seorang ahli hukum, mufassir serta seorang pakar hadis, namun bukan termasuk periwayat hadis. Riwayat hidup pengarang secara lengkap baik tentang kapan lahirnya, kehidupan dimasa kecil sampai beliau dewasa, jenjang pendidikannya dan kondisi sosial kemasyarakatan dimana beliau hidup belum penulis temukan. Keinginan Usman al-Khaubawy untuk menulis pengajaran atau nasehat- nasehat tersebut serta meluruskan kekeliruan-kekeliruannya itu belum dapat terwujud, dikarenakan beberapa hari setelah Usman al-Khaubawy ditimpa musibah sakit keras yang memaksanya berbaring ditempat tidur untuk beberapa lama. Akibat dari sakitnya itu beliau tidak mampu berbicara, dalam keadaan seperti ini beliau bernazar “bila Allah SWT masih melindungi sari dari segala bencana dan bahaya, maka saya akan menyajikan sesuatu yang digemari nasehat dikalangan para penggemarnya dikalangan masyarakat”. Setelah beliau betul- betul sembuh, kemudian menyiapkan kertas putih dan menulisnya laksana 40 Usman Al-Khaubawi, Durratun Nashihin fi al- wa’zi wa al-Irsyadi, Beirut: Dar al-fikr 1998, h. 3. 41 Umar Ridha Kahhalah, Mu’ja al-muallafin tarajim musannifi al-Kutub al-Arabiyah, Beirut: Dar al- Haya’ 957, h. 5 -253. 31 mengalirkan air sungai dan air laut yang diperlukan dikalangan mereka. Setelah selesai penulisannya yang diibaratkan sebagai “Permata atau Mutiara yang belum pernah disentuh ”, kemudian beliau memberi nama kitab itu dengan nama Durratun Nashihin. Penulisan dan penyusunan kitab Durratun Nashihin selesai pada tahun 1804 M 1224 H, kemudian Utsman bin Hasan bin Ahmad Syakir al- Khaubawy meninggal pada tahun 1804 M tidak lama setelah selesai menyusun kitab tersebut. Dalam pembahasan kitab Durratun Nashihin terbagi dalam beberapa penyajian bab yang terdiri atas fadhilah- fadhilah misalnya: shalat berjama‟ah, fadhilah birrul walidain, berdzikir, berteman, fadhilah bulan rajab, sya‟ban, ramadhan dan lain-lainya, yang didukung dengan ayat-ayat Al- Qur‟an, hadis- hadisnya serta dilengkapi dengan pendapat para ulama dan kisah-kisah yang relevan dengan pembahasan masing-masing. 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS DATA PENELITIAN Mencermati data penelitian ini ditemukan beberapa jenis gaya bahasa antara lain personifikasi, dan gaya bahasa simile. Gaya bahasa tersebut ditinjau dari aspek balaghah yaitu sebagai berikut:

1. Personifikasi.